Sambil
jalan sehat, Menteri Susi dan para atlet terus mengajak mayarakat yang
berolahraga di area CFD untuk gemar makan ikan. Tak lupa mereka juga
menyosialisasikan manfaat ikan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia.
Menteri
Susi berpendapat, ikan tidak mengandung kolestrol jahat yang banyak
kandungan trigliserida layaknya daging. Oleh karena itu, ikan dapat
dijadikan menu utama yang harus dihidangkan setiap harinya.
“Protein
terbaik dari mana? Pasti dari ikan. Di sini yang pintar juga pasti
karena ikan. Yang sehat juga karena makan ikan. Yang kuat seperti Zohri,
juara dunia kita, adik kita ini sudah menjuarai lari 100 meter dunia di
bawah usia 20 tahun, luar biasa. Rahasianya karena apa? Makan ikan,”
tutur Menteri Susi saat memberi sambutan seusai melakukan jalan sehat.
“Saya
lebih suka ikan daripada daging. Biasanya makan ikan kembung yang banyak
di kampung saya sama ikan tongkol. Ikan banyak protein, biar cerdas
biar pintar. Ayo makan ikan biar sehat dan cerdas,” ajak Zohri.
Tak dapat
dipungkiri, saat ini masyarakat Indonesia masih menghadapi permasalahan
gizi. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi Kemenkes Tahun 2017, status
gizi Indonesia tercatat kekurangan gizi 17,8 persen; pertumbuhan
stunting/kerdil 29,6 persen; dan kurus 9,5 persen. Angka stunting ini
menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak tumbuh kerdil dan ini berpotensi
menurunkan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.
Oleh
karena itu, ikan menjadi solusi peningkatan gizi masyarakat utamanya
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK) dan perkembangan
otak anak-anak di Bawah Dua Tahun (Baduta).
Ikan
menjadi pilihan karena beberapa keunggulannya dibandingkan sumber
protein lain di antaranya ikan halal dan dapat diterima semua kalangan;
memiliki kandungan omega 3 tinggi yang baik untuk perkembangan mata,
otak, dan jaringan syaraf (kandungan omega tertinggi: bandeng 27 mg/100
gram); komposisi asam amino lengkap, mudah dicerna dan diserap tubuh;
kandungan zat besi tinggi untuk mencegah anemia (kandungan zat besi
tertinggi: belut 2,0 mg/100 gram); bentuk, jenis, warna, rasa, dan
ukuran yang beragam sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam produk;
serta terjangkau bagi segala kelas ekonomi.
Meskipun
sudah mengalami peningkatan, kampanye gemarikan tak lantas dihentikan.
Menurut Menteri Susi, selama ini masih banyak masyarakat yang beralasan
tidak makan ikan karena banyak duri pada dagingnya. Namun tak perlu
khawatir, kini sudah banyak jenis kreasi dan inovasi olahan ikan.
“Kemarin
di Twitter banyak yang (mengadu) takut makan ikan karena durinya. Ini
bapak Rifa’i jualan ikan goreng tepung bandeng yang tidak ada durinya
lagi atau duri lunak. Jadi tidak ada alasan takut makan ikan karena
duri. Ayo makan ikan, supaya seperti Zohri tadi yang ikut jalan sama
ibu, juara lari dunia, pintar, dan cerdas,” ungkap Menteri Susi saat
memantau bazaar produk perikanan di area CFD.
Sebelumnya,
kegiatan kampanye ini telah diawali dengan pre-event sosialisasi dan
edukasi Gemarikan di beberapa sekolah dasar, di antaranya di SD Islam Al
Hikmah Petukangan pada 18 Juli 2018; SDN 07 Kalibata pada 19 Juli 2018;
dan SDN 01 Menteng pada 25 Juli 2018 lalu.
Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar