Red: Agung Sasongko
johnprattbooker.com
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jika hari nurani kita masih
merasakan, tentu kita tak ingin aib kita diumbar. Fitrah manusia merasa
tidak nyaman saat melakukan perbuatan tercela. Apalagi jika aib kita
tersebar luas. Entah perasaan campur aduk seperti apa yang terjadi.
Jika kita dengan sadar enggan aib kita diketahui orang, maka mulai
sekarang tutuplah rapat-rapat aib orang lain. Perbuatan menutupi aib
orang lain dijanjikan Rasulullah akan berdampak juga pada diri kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang
Muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR Muslim).
Hal yang sama juga akan terjadi saat seseorang amat gemar mengumbar
aib saudaranya. Seolah sudah tidak ada lagi rasa kemanusiaan dan
persaudaraan. Allah SWT menjanjikan, siapa saja yang mengumbar aib
saudaranya, maka Allah SWT akan membuka aib orang tersebut. Dalam hadis
riwayat Imam Tirmidzi dijelaskan rinci, Allah akan membuka aib orang
tersebut meskipun aib itu dirahasiakan di lubang kendaraannya.
Apa kuasa kita atas Allah SWT yang Maha Mengetahui. Perbuatan setitik
zarrah pun pasti diketahui oleh-Nya. Jika Allah sudah menjanjikan akan
membuka aib seseorang jika orang tersebut membuka aib saudaranya, maka
akan kemanakah kita bersembunyi?
Godaan kepentingan, keinginan untuk menjatuhkan, tersengat rasa iri
atau bahkan faktor lingkungan kadang membuat kita menjadi berani menjadi
penyebar aib seseorang. Bahaya lisan memang amat besar. meskipun ia
juga bisa menjadi sarana hidayah seseorang. Di sisi lain, ia bisa
menjadi pisau yang amat tajam menusuk perasaan saudara seiman.
Jika seseorang kita lihat melakukan perbuatan maksiat, maka hak dia
untuk mendapatkan nasihat dari kita. Secara otomatis, nasihat untuk
menghentikan perbuatan maksiat tersebut menjadi kewajiban yang harus
kita tunaikan. Kita nasihati agar tidak lagi melakukan perbuatan nista.
Hanya itu. Sementara menutup rapat aib orang tersebut adalah hak orang
itu dan menjadi kewajiban yang melekat pada kita.
Mari kita simak ungkapan Imam Syafii yang indah ini. "Siapa yang
menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia
benar-benar menasihatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasihati
tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengungkap aibnya dan
mengkhianatinya."
Mari kita niatkan untuk saling menjaga dan menasihati dalam
ketakwaan. Lantas memberikan hak saudara kita sesuai porsinya. Dengan
saling menutupi aib dan membiasakan saling menasihati semoga tercipta
ukhuwah yang jauh amat kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar