Laporan Penelitian.com - Ombak laut Europa tampak ramah untuk kehidupan.
Meskipun keriput dan bopeng, Europa adalah salah satu objek halus di
Tata Surya. Mungkin dunia terestrial alien yang tetap membuat penasaran
Galileo Galilei sejak tahun 1610.
Prospek air cair menempatkan Europa di bagian atas daftar dunia Tata Surya yang mungkin mendukung kehidupan alien. Tapi bulan Jupiter yang terbentuk miliaran tahun lalu terus-menerus gelap, lautan air tertutup di bawah lapisan tebal es, sekitar 40 persen memiliki fitur goresan dan bekas luka.
Pola silang-menyilang mungkin pertemuan air hangat dan es beku. Tapi Matahari terlalu redup dan permukaan Europa terlalu reflektif. Teori lain melibatkan tarikan gravitasi Jupiter yang menghasilkan tektonik dan memanaskan lautan Europa.
Laporan baru menunjukkan turbulensi laut memahat medan chaos di permukaan es. Asumsinya efek disebabkan rotasi sebagai Gaya Coriolis yang mendominasi arus laut, menyalurkan panas ke lintang tinggi. Model ini tidak bergantung pada arus laut yang disebabkan oleh konveksi panas internal.
"Aliran kurang terorganisir, tetapi lebih kuat di daerah ekuator. Hal ini berkorelasi dengan distribusi chaos," kata Johannes Wicht, planetolog Max Planck Institute for Solar System Research di Lindau, Jerman.
Model mengusulkan laut sangat bergolak dengan dorongan laut yang kuat. Laut yang bergolak bermanfaat bagi setiap kehidupan yang mengaduk nutrisi dari dasar laut ke seluruh lautan. Mikroba hidup di air tergenang dan turbulensi membuat hidup jauh lebih mungkin.
ESA Jupiter Icy Moons Explorer (JUICE) diharapkan dapat memetakan kekacauan medan Europa via flyby di tahun 2030. Penyelidikan lebih lengkap kekacauan medan Europa mungkin memiliki relevansi dunia lain di luar bulan Jupiter.
JUICE juga dapat mencari setiap sidik jari dan ventilasi hidrotermal. Seperti di bulan Saturnus, Enceladus, dan ujian besar pemahaman model semacam ini bermanfaat untuk dunia es lain di Tata Surya. Lautan di bawah permukaan lapisan es mungkin juga biasa di exoplanet.
Prospek air cair menempatkan Europa di bagian atas daftar dunia Tata Surya yang mungkin mendukung kehidupan alien. Tapi bulan Jupiter yang terbentuk miliaran tahun lalu terus-menerus gelap, lautan air tertutup di bawah lapisan tebal es, sekitar 40 persen memiliki fitur goresan dan bekas luka.
Pola silang-menyilang mungkin pertemuan air hangat dan es beku. Tapi Matahari terlalu redup dan permukaan Europa terlalu reflektif. Teori lain melibatkan tarikan gravitasi Jupiter yang menghasilkan tektonik dan memanaskan lautan Europa.
Laporan baru menunjukkan turbulensi laut memahat medan chaos di permukaan es. Asumsinya efek disebabkan rotasi sebagai Gaya Coriolis yang mendominasi arus laut, menyalurkan panas ke lintang tinggi. Model ini tidak bergantung pada arus laut yang disebabkan oleh konveksi panas internal.
"Aliran kurang terorganisir, tetapi lebih kuat di daerah ekuator. Hal ini berkorelasi dengan distribusi chaos," kata Johannes Wicht, planetolog Max Planck Institute for Solar System Research di Lindau, Jerman.
Model mengusulkan laut sangat bergolak dengan dorongan laut yang kuat. Laut yang bergolak bermanfaat bagi setiap kehidupan yang mengaduk nutrisi dari dasar laut ke seluruh lautan. Mikroba hidup di air tergenang dan turbulensi membuat hidup jauh lebih mungkin.
ESA Jupiter Icy Moons Explorer (JUICE) diharapkan dapat memetakan kekacauan medan Europa via flyby di tahun 2030. Penyelidikan lebih lengkap kekacauan medan Europa mungkin memiliki relevansi dunia lain di luar bulan Jupiter.
JUICE juga dapat mencari setiap sidik jari dan ventilasi hidrotermal. Seperti di bulan Saturnus, Enceladus, dan ujian besar pemahaman model semacam ini bermanfaat untuk dunia es lain di Tata Surya. Lautan di bawah permukaan lapisan es mungkin juga biasa di exoplanet.
K. M. Soderlund (Institute for Geophysics, John A. & Katherine
G. Jackson School of Geosciences, The University of Texas at Austin, J.
J. Pickle Research Campus, Building 196 (ROC), 10100 Burnet Road
(R2200), Austin, Texas 78758-4445, USA) et al. Ocean-driven heating of Europa’s icy shell at low latitudes. Nature Geoscience, 01 December 2013, DOI:10.1038/ngeo2021
Gambar: NASA/JPL
Video: K. M. Soderlund et al., DOI:10.1038/ngeo2021
Video: K. M. Soderlund et al., DOI:10.1038/ngeo2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar