*Pekanbaru, (Analisa) *Sejumlah pulau terluar yang berada di perairan
Bengkalis dan Kepulauan Meranti atau yang berhadapan langsung dengan Selat
Melaka terancam hilang akibat tingkat abrasi yang tinggi.
Demikian Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau,
Hariansyah Usman dalam perbincangan dengan Analisa di kantornya, Selasa sore
(1/6). Tingkat abrasi yang tinggi ini mengancam batas kedaulatan Negara
Kesatuan RI (NKRI).
“Setiap tahun ada saja pulau terluar yang hilang atau karam akibat abrasi
air laut. Begitu juga pantai di pulau-pulau yang ada kini telah bergeser
atau hilang sampai 5 kilometer,” terangnya.
Pria yang akrab dipanggil Kaka ini memaparkan temuan Walhi. Kini, katanya,
di pulau-pulau terpencil yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan, para
penduduk berusaha bertahan menyelamatkan rumah dan kebunnya dengan semakin
mundur ke pedalaman. Bahkan, ada kebun dan rumah yang berada di bibir pantai
kini tenggelam di bawah air laut.
Namun, Kaka menyesalkan fenomena alam ini tidak mendapatkan perhatian serius
dari pemerintah. Baik di tingkat pusat sampai di tingkat kabupaten.
Sejumlah daerah yang mengalami abrasi parah itu diantaranya Pulau Rangsang
di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.
Seperti daerah Gayung Kiri dan Tanjung Samak Pulau Rangsang, derasnya ombak
yang menghantam mengakibatkan sekitar 10-20 meter setiap bulannya daratan
bibir pantai habis terkikis. Dibagian lain, ratusan hektare yang dulunya
pemukiman penduduk dan kebun sagu warga kini telah hilang berganti menjadi
lautan.
“Untuk membendung abrasi itu, warga sekitar berusaha menanam tanaman penahan
ombak, seperti bakau dan jenis lainnya,” kata Kaka. Selain masalah abrasi,
tambah Kaka, persoalan yang turut memberatkan penduduk di pulau terluar
Indonesia adalah diberikannya izin perkebunan bagi perusahaan Hutan Tanaman
Industri (HTI).
Di Pulau Rangsang, masyarakat saat ini terjepit, di satu sisi sedang diancam
oleh abrasi yang menghilangkan 5 kilometer daratan, di sisi lain pemukiman
yang semakin mundur itu hanya tinggal berjarak sekitar 500 meter saja dari
kebun HTI milik PT Sumatra Riang Lestari. (dw)
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56822:akibat-abrasi-pulau-terluar-riau-terancam-hilang&catid=3:nasional&Itemid=128
Bengkalis dan Kepulauan Meranti atau yang berhadapan langsung dengan Selat
Melaka terancam hilang akibat tingkat abrasi yang tinggi.
Demikian Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau,
Hariansyah Usman dalam perbincangan dengan Analisa di kantornya, Selasa sore
(1/6). Tingkat abrasi yang tinggi ini mengancam batas kedaulatan Negara
Kesatuan RI (NKRI).
“Setiap tahun ada saja pulau terluar yang hilang atau karam akibat abrasi
air laut. Begitu juga pantai di pulau-pulau yang ada kini telah bergeser
atau hilang sampai 5 kilometer,” terangnya.
Pria yang akrab dipanggil Kaka ini memaparkan temuan Walhi. Kini, katanya,
di pulau-pulau terpencil yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan, para
penduduk berusaha bertahan menyelamatkan rumah dan kebunnya dengan semakin
mundur ke pedalaman. Bahkan, ada kebun dan rumah yang berada di bibir pantai
kini tenggelam di bawah air laut.
Namun, Kaka menyesalkan fenomena alam ini tidak mendapatkan perhatian serius
dari pemerintah. Baik di tingkat pusat sampai di tingkat kabupaten.
Sejumlah daerah yang mengalami abrasi parah itu diantaranya Pulau Rangsang
di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.
Seperti daerah Gayung Kiri dan Tanjung Samak Pulau Rangsang, derasnya ombak
yang menghantam mengakibatkan sekitar 10-20 meter setiap bulannya daratan
bibir pantai habis terkikis. Dibagian lain, ratusan hektare yang dulunya
pemukiman penduduk dan kebun sagu warga kini telah hilang berganti menjadi
lautan.
“Untuk membendung abrasi itu, warga sekitar berusaha menanam tanaman penahan
ombak, seperti bakau dan jenis lainnya,” kata Kaka. Selain masalah abrasi,
tambah Kaka, persoalan yang turut memberatkan penduduk di pulau terluar
Indonesia adalah diberikannya izin perkebunan bagi perusahaan Hutan Tanaman
Industri (HTI).
Di Pulau Rangsang, masyarakat saat ini terjepit, di satu sisi sedang diancam
oleh abrasi yang menghilangkan 5 kilometer daratan, di sisi lain pemukiman
yang semakin mundur itu hanya tinggal berjarak sekitar 500 meter saja dari
kebun HTI milik PT Sumatra Riang Lestari. (dw)
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56822:akibat-abrasi-pulau-terluar-riau-terancam-hilang&catid=3:nasional&Itemid=128
Tidak ada komentar:
Posting Komentar