Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti sebagi wakil untuk pertemuan Sherpa Meeting of the
High Level Panel on Building a Sustainable Ocean Economy di Oslo, Norwegia,
Selasa (19/6/2018). Menurut keterangan resmi dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Surat penunjukan itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara
tertanggal 8 Juni 2018. Menteri Susi hadir dalam pertemuan untuk persiapan
materi dan berfungsi sebagai contact person Pemerintah RI. Saat ini, Menteri
Susi dan delegegasi sudah berada di Oslo, Norwegia untuk pertemuan ini.
Penunjukan Menteri Susi mewakili Presiden itu merupakan respons atas permintaan
PM Norwegia Erna Solberg yang mengundang Presiden Jokowi sebagai anggota Panel
Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan (High-Level
Panel on Building Sustainable Ocean Economy).
Panel Tingkat Tinggi digelar
karena fakta bahwa laut memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan
manusia, menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi apabila dimanfaatkan secara berkelanjutan. Untuk menjadikan
potensi laut ini benar-benar terlaksana, butuh konsensus dunia untuk menyamakan
persepsi ini, terutama di tengah ancaman terhadap kesehatan dan produktivitas
laut.
Dokumen Rencana Aksi yang dihasilkan
oleh Panel Tingkat Tinggi akan dibahas bersama Utusan Khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kelautan (United Nations Special Envoy for Ocean)
untuk diadopsi PBB pada UN Ocean Conference tahun 2020. Utusan Khusus PBB
tentang Kelautan saat ini adalah Peter Thomson, (Mantan Presiden UN General
Assembly ke-71). Tujuan umum Panel Tingkat Tinggi ini adalah berkontribusi
terhadap pencapaian agenda Sustainable Development Goals 2030. Anggota panel
Secara umum, anggota panel terdiri dari Kepala-kepala Pemerintahan/Heads of
Government/ Heads of State. Ada 13 negara yang sudah bergabung antara lain
Norwegia, Indonesia, Ghana, Guinea, Jamaika, Meksiko, Palau, Portugal, Australia,
Jepang, Fiji, Chile dan Namibia.
Tiga belas negara ini mewakili
lebih dari 60 persen seluruh panjang garis pantai di dunia, yaitu sepanjang
261.444 km. Indonesia dan Norwegia merupakan dua negara dengan garis pantai
terpanjang kedua dan ketiga di dunia. Garis pantai terpanjang di dunia dimiliki
Kanada yaitu 202.080 kilometer. Garis pantai Indonesia 99.093 kilometer dan
Norwegia 83.281 kilometer. Manfaat bagi Indonesia Keikutsertaan Indonesia dalam
panel ini sejalan dengan visi Presiden Jokowi menjadikan Indonesia sebagai
poros maritim dunia.
Dengan garis pantai terpanjang
kedua dunia dan luas laut 6.315.222 km2 Indonesia butuh kebijakan pembangunan dan
pengelolaan sumber daya kelautan yang belimpah secara berkelanjutan. Jumlah
penduduk Indonesia yang secara langsung bertumpu pada laut besar. Lebih dari 50
persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir. Sekitar 5,6 juta penduduk
Indonesia bergantung secara langsung kepada rumah tangga nelayan (BPS, 2013).
Secara internasional, keikutsertaan ini meningkatkan citra Indonesia dalam
bidang kelautan. Kepemimpinan Indonesia dalam pemberantasan pencurian ikan di
bawah Presiden telah diakui dunia.
Posisi Indonesia sebagai salah satu pelopor bidang
kelautan akan semakin kuat dengan partisipasi Indonesia dalam keanggotaan Panel
Tingkat Tinggi ini. Keterlibatan Indonesia menjadi sangat penting karena hasil
Panel Tingkat Tinggi ini akan jadi kebijakan ekonomi kelautan berkelanjutan di
tingkat global. –– ADVERTISEMENT –– PenulisWisnu Nugroho EditorWisnu Nugroho
Tag: Norwegia kelautan nelayan perikanan Menteri Susi Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Presiden Tunjuk Menteri
Susi ke Oslo untuk Ekonomi Kelautan
Wisnu Nugroho
Kompas.com - 19/06/2018, 06:19 WIB
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti saat bersilaturahmi dengan nelayan di Istana
Negara, Jakarta, Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari
masukan dari nelayan tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan
cantrang yang dapat merusak ekosistem air laut.
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti saat bersilaturahmi dengan nelayan di Istana
Negara, Jakarta, Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari
masukan dari nelayan tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan
cantrang yang dapat merusak ekosistem air laut. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO
A)
OSLO, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti sebagi wakil untuk pertemuan Sherpa Meeting
of the High Level Panel on Building a Sustainable Ocean Economy di Oslo,
Norwegia, Selasa (19/6/2018).
Menurut keterangan resmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Surat
penunjukan itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara tertanggal 8 Juni
2018.
Menteri Susi hadir dalam pertemuan untuk persiapan materi dan berfungsi
sebagai contact person Pemerintah RI. Saat ini, Menteri Susi dan
delegegasi sudah berada di Oslo, Norwegia untuk pertemuan ini.
Penunjukan Menteri Susi mewakili Presiden itu merupakan respons atas
permintaan PM Norwegia Erna Solberg yang mengundang Presiden Jokowi
sebagai anggota Panel Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Ekonomi
Kelautan Berkelanjutan (High-Level Panel on Building Sustainable Ocean
Economy).
Baca juga: Kegelisahan Menteri Susi setelah Tenggelamkan Kapal Pencuri
Ikan
Panel Tingkat Tinggi digelar karena fakta bahwa laut memiliki potensi
besar untuk memenuhi kebutuhan manusia, menyediakan lapangan kerja bagi
jutaan orang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi apabila dimanfaatkan
secara berkelanjutan.
Untuk menjadikan potensi laut ini benar-benar terlaksana, butuh
konsensus dunia untuk menyamakan persepsi ini, terutama di tengah
ancaman terhadap kesehatan dan produktivitas laut.
Anak-anak nelayan bermain denagn hiu paus di pantai Botutonuo, Kabupaten
Bone Bolango.
Anak-anak nelayan bermain denagn hiu paus di pantai Botutonuo, Kabupaten
Bone Bolango.(KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR)
Dokumen Rencana Aksi yang dihasilkan oleh Panel Tingkat Tinggi akan
dibahas bersama Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Kelautan (United Nations Special Envoy for Ocean) untuk diadopsi PBB
pada UN Ocean Conference tahun 2020.
Utusan Khusus PBB tentang Kelautan saat ini adalah Peter Thomson,
(Mantan Presiden UN General Assembly ke-71).
Tujuan umum Panel Tingkat Tinggi ini adalah berkontribusi terhadap
pencapaian agenda Sustainable Development Goals 2030.
Anggota panel
Secara umum, anggota panel terdiri dari Kepala-kepala
Pemerintahan/Heads of Government/ Heads of State.
Ada 13 negara yang sudah bergabung antara lain Norwegia, Indonesia,
Ghana, Guinea, Jamaika, Meksiko, Palau, Portugal, Australia, Jepang,
Fiji, Chile dan Namibia.
Baca juga: Ditentang di Indonesia, Menteri Susi Dipuji Dunia karena
Melawan Illegal Fishing
Tiga belas negara ini mewakili lebih dari 60 persen seluruh panjang
garis pantai di dunia, yaitu sepanjang 261.444 km.
Indonesia dan Norwegia merupakan dua negara dengan garis pantai
terpanjang kedua dan ketiga di dunia. Garis pantai terpanjang di dunia
dimiliki Kanada yaitu 202.080 kilometer. Garis pantai Indonesia 99.093
kilometer dan Norwegia 83.281 kilometer.
Manfaat bagi Indonesia
Keikutsertaan Indonesia dalam panel ini sejalan dengan visi Presiden
Jokowi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko
(keenam kiri) dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
(keenam kanan) bersilaturahmi dengan nelayan di Istana Negara, Jakarta,
Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari masukan dari nelayan
tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan cantrang yang dapat
merusak ekosistem air laut.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko
(keenam kiri) dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
(keenam kanan) bersilaturahmi dengan nelayan di Istana Negara, Jakarta,
Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari masukan dari nelayan
tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan cantrang yang dapat
merusak ekosistem air laut. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)
Dengan garis pantai terpanjang kedua dunia dan luas laut 6.315.222 km2
Indonesia butuh kebijakan pembangunan dan pengelolaan sumber daya
kelautan yang belimpah secara berkelanjutan.
Jumlah penduduk Indonesia yang secara langsung bertumpu pada laut besar.
Lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir.
Sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia bergantung secara langsung kepada
rumah tangga nelayan (BPS, 2013).
Secara internasional, keikutsertaan ini meningkatkan citra Indonesia
dalam bidang kelautan. Kepemimpinan Indonesia dalam pemberantasan
pencurian ikan di bawah Presiden telah diakui dunia.
Baca juga: Ini yang Diinginkan Jokowi dalam Wujudkan Poros Maritim Dunia
Posisi Indonesia sebagai salah satu pelopor bidang kelautan akan semakin
kuat dengan partisipasi Indonesia dalam keanggotaan Panel Tingkat
Tinggi ini.
Keterlibatan Indonesia menjadi sangat penting karena hasil Panel
Tingkat Tinggi ini akan jadi kebijakan ekonomi kelautan berkelanjutan
di tingkat global.
–– ADVERTISEMENT ––
PenulisWisnu Nugroho
EditorWisnu Nugroho
Tag:
Norwegia
kelautan
nelayan
perikanan
Menteri Susi
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Presiden Tunjuk Menteri Susi ke Oslo untuk Ekonomi Kelautan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/19/061900626/presiden-tunjuk-menteri-susi-ke-oslo-untuk-ekonomi-kelautan.
Penulis : Wisnu Nugroho
Editor : Wisnu Nugroho
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Presiden Tunjuk Menteri Susi ke Oslo untuk Ekonomi Kelautan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/19/061900626/presiden-tunjuk-menteri-susi-ke-oslo-untuk-ekonomi-kelautan.
Penulis : Wisnu Nugroho
Editor : Wisnu Nugroho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar