INFONAWACITA.COM
– Bali menghasilkan devisa sebesar 16,99 juta dolar AS dari ekspor ikan
dan udang selama bulan Desember 2017, meningkat 2,53 juta dolar AS atau
17,54 persen dibanding bulan sebelumnya (November 2017) yang tercatat
14,46 juta dolar AS.
“Namun dibanding dengan bulan yang sama tahun
sebelumnya perolehan devisa hasil perikanan itu melonjak 5,45 juta
dolar AS atau 47,29 persen, karena Desember 2016 hanya menghasilkan
11,54 juta dolar AS,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Jumat (16/2/2018).
Ia mengatakan,
pengapalan ikan dan udang hasil tangkapan para nelayan di Bali itu mampu
memberikan kontribusi 36 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar
47,22 juta dolar AS selama bulan Desember 2017, meningkat 1,32 juta
dolar AS atau 2,88 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 45,90 juta
dolar AS.
Total
nilai ekpor Bali tersebut meningkat 5,81 juta dolar AS atau 14,03
persen, karena nilai ekspor Bali selama Desember 2016 hanya menghasilkan
devisa sebesar 41,41 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan,
pasaran China menyerap paling banyak komoditas ikan dan udang dari Bali
yakni mencapai 29,48 persen, menyusul Amerika Serikat 26,12 persen,
Jepang 16,44 persen, Taiwan 8,07 persen, Hong Kong 5,87 persen dan
Australia 3,99 persen.
Selain itu juga menjangkau pasaran
Singapura 1,55 persen, Thailand 0,78 persen, Jerman 0,78 persen,
Perancis 0,68 persen dan sisanya 6,29 persen ke berbagai negara lainnya
di belahan dunia.
Adi Nugroho menjelaskan, ikan dan udang
merupakan salah satu dari lima komoditas utama ekspor Bali yang
memberikan andil terbesar yakni 31,51 persen, menyusul produk perhiasan
(permata) 15,94 persen, pakaian jadi bukan rajutan 11,17 persen, produk
kayu, barang dari kayu 9,02 persen serta produk perabot, penerangan
rumah 5,75 persen.
Nilai Ekspor Ikan
Nilai ekspor ikan dan udang dari Bali itu cukup besar, perannya terhadap pembentukan nilai tukar petani (NTP) selama bulan Januari 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen dari 104,53 persen pada Desember 2018 menjadi 104,65 persen pada Januari 2018.Indeks harga dari hasil produksi yang diterima petani mengalami kenaikan 1,06 persen, lebih besar dari pada indeks yang dibayar petani yang tercatat mengalami kenaikan 0,95 persen.
Kenaikan indeks harga yang diterima
disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas perikanan yang tercatat
mengalami kenaikan harga, antara lain rumput laut, tongkol, lemuru, nila
dan teri.
Sementara itu kenaikan yang terjadi pada indeks yang
dibayar petani disebabkan oleh meningkatnya indeks harga konsumsi rumah
tangga petani sebesar 1,16 persen serta biaya biaya produksi dan
penambahan barang modal (BPPBM) 0,49 persen, ujar Adi Nugroho. (ANT/HG)
https://infonawacita.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar