Pulau Bepondi,
merupakan salah satu pulau dari 31 Pulau-Pulau Kecil Terluar Berpenduduk
yang dimiliki oleh Indonesia. Pulau berpenduduk sekitar 600 jiwa ini
terletak di utara Papua dengan Titik Dasar dan Titik Referensi yaitu TD
074. dan TR 074. Pulau ini tidak begitu luas hanya sekitar 2,5 km² dan
letaknya di Samudera Pasifik, maka sekeliling pulau ditemukan terumbu
karang dan pantai berpasir. Secara administrasi Pulau Bepondi merupakan
wilayah Kabupaten Supiori, distrik Supiori Utara dan Desa Masyai. Mata
pencaharian penduduk di pulau ini tidak menetap sebab sangat tergantung
dengan musim pencarian ikan. Pada musim teduh (April-Juli) masyarakat
melakukan pencarian ikan dan hasil laut, sedangkan pada musim gelombang
besar masyarakat mengolah tanah dengan berkebun dan membuat ikan asin.
Hasil tangkapan dan ikan olahan biasanya terdiri dari ikan tenggiri,
sirip dan ekor hiu biasnaya dijual di Biak dan Manokwari.
Berdasarkan penuturan masyarakat Pulau
Bepondi, aktivitas menangkap ikan hiu mereka sudah lama dilakukan.
Masyarakat pulau mempunyai sebutan lain untuk ikan hius yaitu ikan
gurano. Alat yang mereka gunakan untuk menangkap ikan hiu adalah alat
pancing tradisional yang menggunakan nilon dan mata pancing. Lokasi
pemancingan mereka di reef slop sebelah timur dan selatan pulau Bepondi
serta di pulau Ayawi. Jumlah hasil tangkapan mereka tergantung alat
pancing yang mereka gunakan. Dengan menggunakan alat pancing tradisional
mereka dapat menangkap hiu 7-15 ekor/hari/perahu. Saat ini ada sekitar
5-6 perahu nelayan yang beroperasi melakukan penangkapan hiu sehingga
diperkirakan dalam sehari 40-50 ekor hiu tereksploitasi. Jenis ikan hiu
yang ditangkap antara lain jenis hiu tresher shark dan black tip shark,
jenis ikan hiu yang belum dilindungi oleh regulasi pemerintah Indonesia.
Namun, mereka hanya dapat menangkap hiu pada musim timur saja sedangkan
untuk musim-musim yang lain mereka hanya menangkap ikan jenis lain.
Menurut
data yang ada, diperkirakan pada musim timur ikan hiu akan beruaya dari
lautan pasifik menuju ke sekitar pulau Bepondi, maka dari itu banyak
pemancing hiu dari luar yang datang mencari disekitar pulau Bepondi.
Akan tetapi, untuk saat ini hasil penjualan ikan gurano (hiu) sedang
menurun, sehingga para pemancing gurano tidak banyak terlihat disekitar
pulau. Ikan hiu yang mereka tangkap, siripnya mereka langsung jual
sedangkan dagingnya mereka asar atau garami kemudian di jual atau di
konsumsi masyarakat pulau. Daging ikan Hiu yang tidak laku terjual
diawetkan secara tradisional oleh masyarakat dengan cara dijadikan
daging asap. Metode pengasapan ini oleh masyarakat di kawasan timur
Indonesia dikenal dengan istilah di-Asar. Daging ikan hiu yang telah diasar tersebut bisa bertahan sampai beberapa minggu sebagai bahan konsumsi masyarakat jika tidak melaut.
Bagi Indonesia, perikanan hiu masih
menjadi andalan baik bagi ekonomi nelayan maupun sebagai ekonomi
nasional sebagai salah satu komoditas ekspor. Produksi ikan hiu nasional
adalah sekitar 60.000 ton (data 2011), jumlah ekspornya mencapai 2500
ton (data 2006 dan ekspor sirip hiu mencapai 486 ton (data 2006), suatu
jumlah produksi dan pengekspor terbesar di dunia, baru kemudian disusul
oleh negara India (Didi S, 2013). Dalam hal produksi dan jumlah ekspor
yang tinggi dari indonesia, hal itu sesuatu yang wajar karena luas
perairan kita yang mencapai 5,5 juta km2 dengan memiliki 118 jenis hiu
tentunya suatu potensi yang sangat besar dibandingkan dengan potensi
perikanan hiu negara manapun.
Namun demikian, untuk mengetahui status
eksploitasi ikan hiu diperairan Indonesia, perlu dilakukan studi
mendalam tentang aspek-aspek perikanan hiu yang meliputi jenis,
distribusi dan status eksploitasinya pada beberapa perairan Indonesia.
Hal ini berguna untuk mendukung upaya kebijakan konservasi jenis ikan
yang kini sedang digalakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
bentuk intervensi yang diberlakukan dapat berbasiskan data yang akurat
serta sekaligus memberi solusi terhadap upaya meningkatkan taraf hidup
masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil Indonesia. (DFW-Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar