Pergilah ke kawasan perairan. Anda niscaya akan mendapati
panorama yang unik, entah itu perairan yang berada di wilayah darat maupun perairan
yang membatasi kawasan pesisir.Yang terakhir ini menyajikan belaian lembut pasir laut pada sepasang kaki Anda, sementara
sepasang mata menikmati panorama lautan yang membentang berbatas cakrawala langit. Negara kita justru memiliki
bentang laut seluas
dua pertiga dari luas keseluruhan wilayah.
Inilah rumah bagi terumbu karang yang cantik, berbagai jenis ikan, dan sumber daya hayati lainnya. Indonesia
tercatat sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, yang telah diakui oleh konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) pada tahun 1982.Wilayah yang luas itu dengan pantai sepanjang
95.186 kilometer dengan sekitar 17.480 pulau yang membentang pada garis katulistiwa dengan
iklim tropis.
Ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi melintasi wilayah perairan Indonesia, yang memiliki ekosistem
terumbu karang yang indah. Saat ini berbagai pihak telah menyuarakan semangat pelestarian untuk melindungi sumber daya ikan yang kita miliki bagi anak cucu kita di masa mendatang
Diapit oleh dua samudra (Samudra Hindia dan Pasifik) dan benua (Asia dan Australia, Laut Indonesia
memiliki posisi yang strategis,
yang dapat memberikan keuntungan ekonomi. Seiring pergeseran
pusat ekonomi dunia, dari Poros Atlantik ke Asia Pasifik, kapal-kapal pengangkut
internasional secara rutin melintasi perairan dalam Indonesia. Para ahli ekonomi memperkirakan bahwa potensi ekonomi jasa perhubungan laut
mencapai 12 miliar dolar AS per tahun. Angka ini berdasarkan pada perhitungan, sejak 15 tahun terakhir
negara kita mengeluarkan devisa lebih dari 10 miliar dolar per tahun
untuk membayar armada pelayaran asing yang selama ini mengangkut 95 persen dari total
barang untuk ekspor dan impor. Armada tersebut juga memobilisasi 45 persen dari total barang yang dikapalkan melalui
ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), yang
meliputi Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makassar, dan laut-laut lainnya.
Jalur laut Indonesia memang telah memegang peranan penting sejak zaman nenek moyang. Peninggalan
pada zaman pra sejarah mengindikasikan adanya penguasaan teknologi
pembuatan perahu dan kemampuan mengarungi lautan Nusantara dan singgah di kawasan sekitarnya. Pada masa Hindu-Buddha mulai menyebar di kepulauan Nusantara, kerajaan-kerajaan Nusantara pun melakukan kegiatan maritim aktif, baik intra-insular ataupun
ekstra-insular, hingga ke India dan China. Kekayaan komoditas perdagangan dari sumber daya alam dan posisi geografis yang strategis kepulauan Nusantara, menjadikan wilayah ini
berkembang sebagai jalur
perdagangan dan transportasi penting.
Laut juga menjadi saksi bagaimana pengorbanan para pahlawan kita saat berjuang
merebut Irian Barat dari tangan penjajah
Belanda. Pada tanggal 15 Januari 1962,
suatu pertempuran terjadi di Laut Aru, Maluku. Saat itu, dua jenis kapal jenis perusak,
pesawat jenis Neptune, dan Frely milik Belanda menyerang KRI Macan Tutul, KRI Macan
Kumbang, dan KRI Harimau milik Indonesia yang tengah berpatroli. Komodor Yos Sudarso
yang memimpin armada Indonesia, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, berhasil melakukan
manuver untuk mengalihkan perhatian musuh. Pihak musuh
akhirnya hanya memusatkan
penyerangan ke KRI MacanTutul. Dua kapal lainnya selamat, sementara KRI Macan Tutul tenggelam
beserta awaknya. Yos Sudarso menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat pertempuran.”
Bagi para peneliti
kelautan negara kita merupakan tempat penelitian yang sangat penting. Pasalnya, tiga lempengan kerak Bumi saling bertabrakan sehingga
menjadikan topografi dasar laut Indonesia bervariasi.
Bentuknya mulai dari kawasan paparan laut
yang dangkal (< 200 meter) di Laut Jawa, hingga kawasan cekungan
yang dalam di Laut
Banda dan deretan palung laut yang memanjang dan
ultra dalam (> 7.000 meter) di
selatan Pulau Jawa. Kombinasi beragam kedalaman
laut ini memberikan keuntungan dikaitkan dengan sirkulasi air laut yang mendukung ekologi dan menjadi habitat berbagai
ikan bernilai ekonomis, beserta pasokan alami makanan ikan yang berkesinambungan.
Pada Oktober 2002, Tim
Ekspedisi Laut Dalam Indonesia-Jepang berhasil menyelam
pada
kedalaman lebih dari 2.000 meter di Palung Jawa. Menggunakan kapal selam
riset Jepang, Shinkai 6500, para ilmuwan itu mencari jawaban ilmiah terhadap Patahan
Sumatra, endapan gas metana di dasar laut, dan keberadaan biota laut dalam yang hidup tanpa cahaya matahari.
Keindahan terumbu karang yang hidup di perairan
dangkal negara kita berhasil
memikat hati setiap penyelam,entah yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara. Di wilayah perairan terumbu karang yang jernih, hewan-hewan membekali
diri mereka dengan warna-warna yang mencolok. Pada kawasan yang berlimpah cahaya matahari ini perubahan warna yang terjadi pada seekor ikan, misalnya ikan kambing-kambing (Pomacanthus
imperator),
juga berhasil
memancing minat para peneliti dan olahragawan selam.
Menghampar sepanjang kurang lebih 50.000 kilometer persegi, kawasan terumbu karang membentengi pulau-pulau Indonesia.Wilayah terumbu karang itu juga termasuk kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kawasan itu memiliki luas terumbu karang sekitar 75.000 km2 yang mencakup Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Lebih dari 120 juta orang hidupnya sangat bergantung dari terumbu karang di kawasan tersebut. Hal ini menjadi alasan yang sangat kuat untuk melakukan upaya konservasi terumbu karang di kawasan tersebut.
Kawasan segitiga terumbu
karang sendiri memiliki lebih dari 500 spesies karang.
Hingga saat ini, kepulauan Raja Ampat merupakan
lokasi dengan keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia dengan sekitar 537 jenis karang (CI, 2001). Jumlah
jenis karang tersebut
merupakan 75% jenis karang yang ditemukan di dunia. Akibat letaknya yang dekat dengan garis pantai dan mudah diakses masyarakat
setempat, ekosistem terumbu karang mengalami tekanan yang hebat. Praktik
penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak merupakan contoh umum dalam
kegiatan perusakan. Untuk
itu,
sudah sepantasnya kita menyelamatkan laut negara kita demi masa depan, bukan hanya untuk anak-cucu, tetapi sekaligus
menjaga kelangsungan hidup ekosistem dunia.
Sumber Buku : Konservasi Kawasan Perairan Indonesia Bagi Masa Depan Dunia,
Sumber Buku : Konservasi Kawasan Perairan Indonesia Bagi Masa Depan Dunia,
Ko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar