01 April, 2013

PULAU LINGIAN




Karang, mangrove, dan padang lamun. Pada beberapa sisi pantai pulau Lingian terdiri dari batuan granit. Batuan ini merupakan batuan tertua yang tersingkap di pulau, dan diinterpretasikan sebagai batuan utama yang membentuk pulau, serta membentuk perbukitan rendah di bagian Barat Daya pulau. Batuan granit Pulau Lingian adalah salah satu pulau kecil terluar yang terletak di Sulawesi Tengah. Pulau Lingian yang biasa juga disebut pulau Lingayan memiliki ekosistem yang cukup kompleks, dengan ekosistem pantai berbatu, pantai berpasir, terumbu ini yang memiliki warna segar abu-abu kehijauan, warna lapuk kecoklatan. Secara fisik, batuan ini keras hingga sangat keras dan telah mengalami pengkekaran yang terisi oleh mineral kalsit dan kuarsa. Dari hasil pelapukan batuan ini menghasilkan pantai yang berpasir kasar yang berasal dari mineral kuarsa yang dikandung.
 

Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai pulau Lingian dari Jakarta, dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat udara ke Kota Palu dengan waktu perjalanan ± 3 jam, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat ke Desa Ogotoa, Kecamatan Dampai Utara dengan waktu tempuh ± 6 – 8 jam. Selanjutnya, dari desa Ogotua ini, jalur laut merupakan pilihan. Tidak ada kapal atau perahu ketinting bermesin 5.5 PK dengan waktu tempuh ± 30 menit. Sarana dan Prasarana yang telah tersedia di pulau Lingian antara lain : jalan dusun, jetty, penerangan, air bersih, sarana penangkapan, bangunan sekolah, pemukiman, tempat ibadah, dan sarana informasi. Di pulau ini terdapat 78 rumah yang tersebar di areal pemukimam dengan bangunan terbuat dari kayu dan 20 rumah diantaranya merupakan bantuan dari kementerian transmigrasi yang diperuntukan bagi nelayandari daratan utama Desa ogotua dan nelayan di Pulau Lingian. Dari program tersebut terdapat 15 kepala keluarga yang dipindahkan dari daratan utama Desa Ogotua, yaitu mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Kemudian 5 unit rumah lainnya diberikan kepada keluarga di Pulau Lingian yang belum memiliki rumah.

Untuk kebutuhan air sehari-hari dipenuhi oleh 8 (delapan) buah sumur dusun yang diperuntukkan khusus untyk mandi, sedangkan untuk kebutuhan air minum banyak didatangkan dari daratan ogotua dan hanya sebagian kecil yang menggunakan air sumuruntuk kebutuhan air minum. Selain itu, untuk kebutuhan air tawar/bersih lainnya, masyarakat membuat bak penampungan air hujan. Kebutuhan listrik masyarakat di pulau sudah terpenuhi dengan menggunakan listrik tenaga surya (model home solar system)sebanyak 64 unit. Sarana penerangan ini merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 44 unit serta Kementerian Transmigrasi sebanyak 20 unit. Terdapat 10 rumah di pulau ini yang memenuhi kebutuhan listriknya dari mesin generator. Seluruh masyarakat di pulau Lingian beragama islam. Aktivitas ibadah keseharian mereka dilayani oleh 1 buah mesjid. Mesjid ini dilengkapi dengan 2 unit listrik tenaga surya listrik yang biasanya hanya digunakan pada saat hari Jum’at dan pada perayaan hari-hari besar. Mesjid ini juga dilengkapi dengan perlengkapan sound system untuk pengeras suara. Selain itu, mesjid juga dipergunakan untuk kegiatan taman pengajian al-quran (TPA).

Tahun ajaran 2009 – 2010 jumlah murid sekolah SD di pulau Lingian adalah sebanyak 58 murid, sebagian besar masyarakat setelah tamat sekolah dasar tidak melanjutkan lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hingga saat ini, di pulau Lingian baru 1 orang yang mengecap bangku perguruan tinggi (PT) dan berprofesi pegawai negeri sipil (PNS) yaitu guru dan 6 orang yang tamat sekolah setingkat SMA. Tahun 2010 telah dibangun sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (Pustu), terdapat satu orang bidan yang bertugas yang dibantu tiga orang dukun terampil. Puskesmas pembantu (Pustu) ini mulai beroperasi sejak bulan Mei tahun 2010.

Ekosistem
            Vegetasi darat dan pantai yang terdapat di Pulau Lingian umumnya didominasi oleh pohon kelapa (Cocus nucifera), semak dan mangrove. Pohon kelapa (Cocus nucifera) banyak dibudidayakan oleh mayarakat dan merupakan vegetasi yang dominan di pulau ini. Selain itu, terdapat juga beberapa pohon buah-buahan seperti pohon nangka dan mangga. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang tumbuh subur di sisi Timur Laut hingga Tenggara Pulau. Vegetasi ini didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berlempung atau berpasir. Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu potensi laut yang dimiliki oleh pulau Lingian. Sebaran terumbu karang berada di sekeliling perairan pulau. Karang tumbuh membentuk karang tepi yang melingkari pulau. Secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting di Pulau Lingian, karena merupakan sumber produktivitas primer di perairan dangkal di perairan ini dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya lamun berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan system akar yang padat dan saling menyilang.

Potensi Perikanan dan Kelautan   
            Ikan karang (ikan-ikan yang berasosiasi dengan karang) yang menghuni perairan sekitar perairan Pulau Lingian pada umumnya terdiri dari ikan karang yang dapat dikategorikan sebagai species indicator, target dan primer. Selain kegiatan perikanan tangkap, kegiatan perikanan budidaya sudah mulai dikembangkan di Pulau Lingian. Terdapat 3 buah keramba jarring apung yang dimiliki oleh 3 orang pemilik yaitu PT. Pulo Mas, Pak Kepala Desa dan Pak Bachtiar. Namun yang beroperasi hanya tinggal 2 unit. Lokasi keramba jarring apung terletak disebelah tenggara pulau. Selain itu, terdapat juga budidaya rumput dengan luas areal sekitar 500 hektar yang terletak disebelah barat. Namun kegiatan budidaya rumput laut sedang mengalami kemunduran produksi yang disebabkan oleh hama yang belum dapat penawarnya.

Kondisi Ekonomi Sosial dan Budaya
            Penduduk Pulau Lingian merupakan pendatang dari beberapa daerah, sebagian besar berasal dari suku bajo (atau masyarakat setempat menyebutnya Bajo Dondo atau Bajo Kaili), terdapat pula suku mandar yang umumnya berasal dari Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat, dan sebagian lagi berasal dari suku bugis yang berasal dari berbagai daerah si Sulawesi Selatan. Bahasa sehari-hari yang digunakan di Pulau Lingian adalah bahasa bugis, yang merupakan bahasa yang umumnya digunakan di daratan utama desa Ogotua. Selain sebagai nelayan, aktivitas perekonomian lainnya yang dilakukan masyarakat di pulau Lingian adalah mengolah kelapa menjadi kopra, mengolah ikan kering, dan pembuatan arang dari batok kelapa. Permasalahan Pengambilan karang dan pasir untuk kebutuhan bahan bangunan pernah marak dilakukan oleh penduduk yang bermukim disekitar pulau Lingian. Hingga kini, penambangan karang dan pengambilan pasir masih kerap dilakukan oleh masyarakat dalam frekuensi dan kuntitas yang semakin menurun.
           
Di perairan sekitar pulau Lingian terdapat beberapa jenis biota laut yang dilindungi. Yang utama adalah Kima (Tridacna spp), kerang kepala kambing (cassis cornuta)dan penyu laut (penyu hijau dan penyu sisik). Eksploitasi biota ini kerap  kali terjadi dalam frekuensi yang cukup meresahkan. Di pulau ini kondisi kesehatan lingkungan sangat memprihatinkan. Fasilitas sanitasi lingkungan sangat minim dimana masyarakat tidak memiliki sarana MCK yang memadai. Areal perkebunan kelapa yang mendominasi penggunaan lahan di Pulau Lingian, ternyata menimbulkan potensi konflik. Potensi konflik timbul karena adanya klaim penguasaan dan kepemilikan lahan oleh seseorang yang bukan warga pulau Lingian merupakan aparat pemerintah desa setempat.

Tidak ada komentar: