Karang, mangrove, dan padang lamun. Pada
beberapa sisi pantai pulau Lingian terdiri dari batuan granit. Batuan ini
merupakan batuan tertua yang tersingkap di pulau, dan diinterpretasikan sebagai
batuan utama yang membentuk pulau, serta membentuk perbukitan rendah di bagian
Barat Daya pulau. Batuan granit Pulau Lingian adalah salah satu pulau kecil
terluar yang terletak di Sulawesi Tengah. Pulau Lingian yang biasa juga disebut
pulau Lingayan memiliki ekosistem yang cukup kompleks, dengan ekosistem pantai
berbatu, pantai berpasir, terumbu ini yang memiliki warna segar abu-abu kehijauan,
warna lapuk kecoklatan. Secara fisik, batuan ini keras hingga sangat keras dan
telah mengalami pengkekaran yang terisi oleh mineral kalsit dan kuarsa. Dari hasil
pelapukan batuan ini menghasilkan pantai yang berpasir kasar yang berasal dari
mineral kuarsa yang dikandung.
Sarana dan
Prasarana
Untuk mencapai pulau Lingian dari
Jakarta, dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat udara ke Kota Palu dengan
waktu perjalanan ± 3 jam, kemudian
dilanjutkan dengan perjalanan darat ke Desa Ogotoa, Kecamatan Dampai Utara
dengan waktu tempuh ± 6 – 8 jam.
Selanjutnya, dari desa Ogotua ini, jalur laut merupakan pilihan. Tidak ada
kapal atau perahu ketinting bermesin 5.5 PK dengan waktu tempuh ± 30 menit. Sarana dan Prasarana
yang telah tersedia di pulau Lingian antara lain : jalan dusun, jetty,
penerangan, air bersih, sarana penangkapan, bangunan sekolah, pemukiman, tempat
ibadah, dan sarana informasi. Di pulau ini terdapat 78 rumah yang tersebar di
areal pemukimam dengan bangunan terbuat dari kayu dan 20 rumah diantaranya
merupakan bantuan dari kementerian transmigrasi yang diperuntukan bagi
nelayandari daratan utama Desa ogotua dan nelayan di Pulau Lingian. Dari
program tersebut terdapat 15 kepala keluarga yang dipindahkan dari daratan
utama Desa Ogotua, yaitu mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Kemudian 5
unit rumah lainnya diberikan kepada keluarga di Pulau Lingian yang belum
memiliki rumah.
Untuk kebutuhan air sehari-hari dipenuhi
oleh 8 (delapan) buah sumur dusun yang diperuntukkan khusus untyk mandi,
sedangkan untuk kebutuhan air minum banyak didatangkan dari daratan ogotua dan
hanya sebagian kecil yang menggunakan air sumuruntuk kebutuhan air minum.
Selain itu, untuk kebutuhan air tawar/bersih lainnya, masyarakat membuat bak
penampungan air hujan. Kebutuhan listrik masyarakat di pulau sudah terpenuhi
dengan menggunakan listrik tenaga surya (model home solar system)sebanyak 64
unit. Sarana penerangan ini merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan sebanyak 44 unit serta Kementerian Transmigrasi sebanyak 20 unit.
Terdapat 10 rumah di pulau ini yang memenuhi kebutuhan listriknya dari mesin
generator. Seluruh masyarakat di pulau Lingian beragama islam. Aktivitas ibadah
keseharian mereka dilayani oleh 1 buah mesjid. Mesjid ini dilengkapi dengan 2
unit listrik tenaga surya listrik yang biasanya hanya digunakan pada saat hari
Jum’at dan pada perayaan hari-hari besar. Mesjid ini juga dilengkapi dengan
perlengkapan sound system untuk pengeras suara. Selain itu, mesjid juga
dipergunakan untuk kegiatan taman pengajian al-quran (TPA).
Tahun ajaran 2009 – 2010 jumlah murid sekolah
SD di pulau Lingian adalah sebanyak 58 murid, sebagian besar masyarakat setelah
tamat sekolah dasar tidak melanjutkan lagi ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Hingga saat ini, di pulau Lingian baru 1 orang yang mengecap bangku
perguruan tinggi (PT) dan berprofesi pegawai negeri sipil (PNS) yaitu guru dan
6 orang yang tamat sekolah setingkat SMA. Tahun 2010 telah dibangun sarana
pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (Pustu), terdapat satu orang
bidan yang bertugas yang dibantu tiga orang dukun terampil. Puskesmas pembantu
(Pustu) ini mulai beroperasi sejak bulan Mei tahun 2010.
Ekosistem
Vegetasi darat dan pantai yang
terdapat di Pulau Lingian umumnya didominasi oleh pohon kelapa (Cocus
nucifera), semak dan mangrove. Pohon kelapa (Cocus nucifera) banyak
dibudidayakan oleh mayarakat dan merupakan vegetasi yang dominan di pulau ini.
Selain itu, terdapat juga beberapa pohon buah-buahan seperti pohon nangka dan
mangga. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang tumbuh subur di
sisi Timur Laut hingga Tenggara Pulau. Vegetasi ini didominasi oleh beberapa
jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur, berlempung atau berpasir. Ekosistem terumbu karang merupakan
salah satu potensi laut yang dimiliki oleh pulau Lingian. Sebaran terumbu
karang berada di sekeliling perairan pulau. Karang tumbuh membentuk karang tepi
yang melingkari pulau. Secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting
di Pulau Lingian, karena merupakan sumber produktivitas primer di perairan
dangkal di perairan ini dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak
organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya lamun berfungsi menstabilkan
dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan system akar
yang padat dan saling menyilang.
Potensi
Perikanan dan Kelautan
Ikan karang (ikan-ikan yang
berasosiasi dengan karang) yang menghuni perairan sekitar perairan Pulau
Lingian pada umumnya terdiri dari ikan karang yang dapat dikategorikan sebagai
species indicator, target dan primer. Selain kegiatan perikanan tangkap,
kegiatan perikanan budidaya sudah mulai dikembangkan di Pulau Lingian. Terdapat
3 buah keramba jarring apung yang dimiliki oleh 3 orang pemilik yaitu PT. Pulo
Mas, Pak Kepala Desa dan Pak Bachtiar. Namun yang beroperasi hanya tinggal 2
unit. Lokasi keramba jarring apung terletak disebelah tenggara pulau. Selain
itu, terdapat juga budidaya rumput dengan luas areal sekitar 500 hektar yang
terletak disebelah barat. Namun kegiatan budidaya rumput laut sedang mengalami
kemunduran produksi yang disebabkan oleh hama yang belum dapat penawarnya.
Kondisi Ekonomi
Sosial dan Budaya
Penduduk Pulau Lingian merupakan
pendatang dari beberapa daerah, sebagian besar berasal dari suku bajo (atau
masyarakat setempat menyebutnya Bajo Dondo atau Bajo Kaili), terdapat pula suku
mandar yang umumnya berasal dari Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat, dan
sebagian lagi berasal dari suku bugis yang berasal dari berbagai daerah si
Sulawesi Selatan. Bahasa sehari-hari yang digunakan di Pulau Lingian adalah
bahasa bugis, yang merupakan bahasa yang umumnya digunakan di daratan utama
desa Ogotua. Selain sebagai nelayan, aktivitas perekonomian lainnya yang
dilakukan masyarakat di pulau Lingian adalah mengolah kelapa menjadi kopra,
mengolah ikan kering, dan pembuatan arang dari batok kelapa. Permasalahan Pengambilan
karang dan pasir untuk kebutuhan bahan bangunan pernah marak dilakukan oleh
penduduk yang bermukim disekitar pulau Lingian. Hingga kini, penambangan karang
dan pengambilan pasir masih kerap dilakukan oleh masyarakat dalam frekuensi dan
kuntitas yang semakin menurun.
Di
perairan sekitar pulau Lingian terdapat beberapa jenis biota laut yang
dilindungi. Yang utama adalah Kima (Tridacna spp), kerang kepala kambing
(cassis cornuta)dan penyu laut (penyu hijau dan penyu sisik). Eksploitasi biota
ini kerap kali terjadi dalam frekuensi
yang cukup meresahkan. Di pulau ini kondisi kesehatan lingkungan sangat
memprihatinkan. Fasilitas sanitasi lingkungan sangat minim dimana masyarakat
tidak memiliki sarana MCK yang memadai. Areal perkebunan kelapa yang mendominasi
penggunaan lahan di Pulau Lingian, ternyata menimbulkan potensi konflik.
Potensi konflik timbul karena adanya klaim penguasaan dan kepemilikan lahan
oleh seseorang yang bukan warga pulau Lingian merupakan aparat pemerintah desa
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar