Hutan
mangrove adalah ekosistem yang terus terancam kelestariannya.
Diperkirakan 35% wilayah hutan mangrove dunia telah mengalami kerusakan.
Indonesia adalah satu-satunya negara dengan wilayah hutan mangrove
terluas yaitu mencapai 27.072 km2 (19.5% dari total wilayah hutan
mangrove dunia).
Hasil penelitian
terbaru yang diterbitkan dalam situs Proceedings of the National
Academy of Sciences (PNAS), Senin (30/7) mengungkapkan, jika lestari,
potensi hutan mangrove secara ekonomi, ekologis dan sebagai tempat
penyimpanan karbon sangat besar.
Penelitian ini disusun oleh tiga orang peneliti yaitu Juha
Siikamäkia, James N. Sanchiricoa dan Sunny L. Jardinec dari tiga lembaga
yaitu Resources for the Future; Department of Environmental Science and
Policy; dan Department of Agricultural and Resource Economics,
University of California, Davis.
Mereka berhasil mengungkap potensi ekonomi, ekologis dan penyimpanan
karbon dari hutan mangrove guna memromosikan pelestarian sumber daya
alam yang berharga ini.
Hutan mangrove selain sebagai tempat berkembangbiaknya ikan, kerang,
burung dan mamalia laut, juga berfungsi sebagai penahan abrasi dan
melindungi penduduk dari gelombang air laut.
Selain fungsi ekologis di atas, ketiga peneliti menyimpulkan, setiap
hektar hutan mangrove, mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih
banyak dibanding hutan tropis di dataran tinggi (upland tropical
forests). Peran ini penting untuk mengurangi jumlah emisi CO2, penyebab
pemanasan global yang saat ini terus meningkat.
Walau luas hutan mangrove hanya 0.7% (sekitar 140.000 km2) dari luas
hutan tropis dunia, hutan mangrove mampu menyimpan emisi karbon dioksida
hingga 20 miliar ton (20 Pg C) atau 2,5 kali lipat lebih banyak dari
emisi CO2 yang dihasilkan dunia setiap tahun.
Dan upaya menghindari emisi CO2 dengan menjaga kelestarian hutan
mangrove bisa dilakukan dengan biaya antara US$4-10 per ton CO2 –
relatif lebih murah jika dibandingkan upaya yang sama pada hutan tropis
lain yang mencapai US$10-20 per ton CO2.
Jika mangrove dijaga lestari, kemampuan ini akan terus meningkat,
namun jika tren kerusakan hutan mangrove saat ini terus berlanjut, maka
potensi akumulasi penyimpanan karbonnya akan musnah.
Salah satu sistem yang bisa digunakan untuk memromosikan upaya
konservasi hutan mangrove adalah program pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi (REDD).
Menurut para peneliti, potensi pasar karbon dengan melindungi hutan
mangrove ini masih belum banyak digali sebagaimana potensi penyimpanan
karbon di hutan tropis.
Untuk itu, penting mengetahui dan menghitung potensi penyimpanan
karbon di atas, di bawah dan di dalam tanah hutan mangrove. Kecepatan
kerusakan yang terjadi di hutan mangrove juga harus diperhitungkan guna
melindungi hutan mangrove dan mencegah pelepasan emisi CO2.
Dengan mengetahui semua informasi tersebut, penduduk dan negara bisa
memeroleh manfaat ganda yaitu manfaat ekonomi melalui pasar karbon dan
peluang ekologis guna memromosikan konservasi hutan mangrove dan
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Redaksi Hijauku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar