Pernyataan ini mencuat dalam dialog lingkungan hidup dengan tema ”Penyelamatan Kawasan Pesisir dan Lautan Aceh dari Kerusakan” yang digelar, Kamis (16/6) di Sekretariat Walhi Aceh. Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup ini merupakan kerja sama antara Walhi Aceh, Muslim Aid Indonesia dan Jaringan Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh (KuALA).
Kasi Pengelolaan Pesisir Pulau-pulau Kecil dan Konservasi Taman Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Abdus Syakur mengatakan, jumlah nelayan Aceh saat ini diperkirakan 61.768 orang dengan 58 persen adalah nelayan tetap dan sisanya adalah nelayan paruh waktu. Abdus Syakur menambahkan 25 persen penduduk pesisir berada di bawah garis kemiskinan.
“Akibat dari kemiskinan ini masyarakat berusaha mencari nafkah dengan merusak, misalnya dengan menebang hutan mangrove atau menangkap ikan pakai bom dan sebagainya,” ujar Abdus Syakur.
Fakta lain yang disampaikannya adalah saat ini telah terjadi penurunan penutupan terumbu karang tujuh persen dalam tiga tahun terakhir. Bila berlanjut terus dalam kurun waktu 15 tahun terumbu karang di Aceh akan habis.
“Ini akan berakibat pada penurunan produktifitas ikan dan hasil tangkapan laut lainnya,” ujar Abdus Syakur.
Kawasan yang memiliki terumbu karang paling baik adalah Aceh Selatan, sedangkan hutan bakau yang memiliki kerapatan tertinggi berada di Lhokseumawe dan Bireuen. Tapi semuanya kini berada dalam posisi terancam menjadi tambak.
Sementara itu, akademisi Kelautan Fakultas MIPA Universitas Syiahkuala, Nurfadli dalam kesempatan sama berpendapat bahwa masyarakat yang miskin menjadikan mereka merusak lingkungan.
“Hidup masyarakat kita terlalu miskin sehingga masyarakat melakukan kegiatan yang merusak lingkungan,” ujar Nurfadli.
Tidak ada negara berkembang yang peduli lingkungan. Berbeda dengan masyarakat negara maju yang sudah sejahtera, kerusakan lingkungan relatif kecil.
“Tapi negara maju pun dulunya, sebelum kayak sekarang, juga merusak lingkungan,” sambung alumni Jerman ini. Ia menganjurkan agar dilakukan upaya-upaya mensejahterakan masyarakat atau pemberdayaan ekonomi. Terapkan teknologi untuk menambah nilai jual produk-produk perikanan Aceh
Direktur Walhi Aceh, T. Muhammad Zulfikar mengatakan, kawasan pesisir Aceh yang meliputi 18 kabupaten/kota merupakan anugerah yang luar biasa besar bagi Aceh. Sumber daya alam yang menjanjikan ini ternyata belum mampu mengangkat taraf kehidupan masyarakat pesisir. “Sumber daya alam menjanjikan, tapi belum menjanjikan kemakmuran masyarakat,” katanya.
Hasil kajian WALHI memperlihatkan semua wilayah Aceh semakin rusak dimana kalau hal ini dibiarkan terus terjadi, maka bisa terjadi situasi darurat ekologis. “Kerusakan ini memperburuk kesejahteraan masyarakat,”katanya.(dad)
http://harian-aceh.com/2011/06/17/25-persen-penduduk-pesisir-miskin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar