Sebelumnya, Pusat Penelitian Oseanografi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, fenomena pemutihan karang telah terjadi secara massal, terbentang dari perairan Pulau Weh, Nanggroe Aceh Darussalam, hingga Nusa Tenggara Timur.
Karang yang membentuk kumpulan menjadi terumbu karang ini jika terserang pemutihan akan memiliki persentase kematian antara 60 dan 90 persen. Di Wakatobi, pemutihan masih terjadi di beberapa titik terumbu karang yang lokasinya mulai menyebar.
”Ini menjadi indikasi dampak pemanasan global. Kenaikan suhu muka laut naik mengakibatkan pemutihan pada terumbu karang,” kata Kepala Bidang Inventarisasi Sumber Daya Alam Laut pada Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) M Yulianto, Kamis (3/6) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Bakosurtanal menyurvei perairan Wakatobi akhir-akhir ini untuk pemetaan atau inventarisasi sumber daya alam laut yang dimiliki beberapa pulau kecil. Sebelum Wakatobi, tim Bakosurtanal menyurvei pulau-pulau kecil di Maluku Tenggara Barat.
”Di Maluku Tenggara Barat pada bulan Mei 2010 terjadi meitike, yaitu bahasa lokal untuk fenomena air laut ketika surut lebih lama dari biasanya. Meitike bisa sampai enam jam,” ujar Yulianto.
Meitike ini memungkinkan pula terjadinya pemutihan akibat gangguan terhadap terumbu karang oleh manusia. Pada saat meitike, penduduk menangkap ikan yang masih terperangkap di sela karang sehingga karang-karang kerap terinjak.
Putu Suastawa, anggota Polisi Kehutanan pada Balai Taman Nasional Wakatobi, menjadi pemandu penyelaman tim Bakosurtanal. Menurut Putu, pemutihan karang di Wakatobi ini baru saja terjadi dan menjadi fenomena baru.
”Selama tiga tahun bekerja
Dia mengatakan, pada Maret 2010 ia mengikuti periset dari Inggris menyelam di Wakatobi. Mereka belum menemukan pemutihan pada terumbu karang, tetapi periset dari Inggris itu mengatakan, telah terjadi tanda-tanda pemutihan karang.
Bupati Wakatobi Hugua mengatakan, pemutihan terumbu karang yang terjadi di mana-mana saat ini menjadi fenomena massal. Penyebab hal ini perlu segera diketahui. Kemungkinan besar sebagai dampak perubahan iklim.
Tim dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam waktu bersamaan pekan ini meriset pula wilayah perairan Wakatobi. Salah satu perisetnya, Dirhamsyah, mengatakan, populasi ikan napoleon (Cheilinus undulatus) di Wakatobi dikhawatirkan terus menyusut sehingga kemungkinan keseimbangan alam untuk kelestarian terumbu karang mulai terkikis.
Ikan napoleon dikenal memakan telur bulu seribu (Acanthaster plancii). Bulu seribu ini hewan pemakan karang yang sekaligus mengganggu kelangsungan hidup karang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar