05 November, 2008

36 Ekor Penyu Dilepas di Perairan Senggigi Lombok

MATARAM, JUMAT (31/10)- Sedikitnya 36 ekor penyu hijau (Chelonia mydas) dikembalikan ke habitatnya di perairan kawasan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat (31/10) pagi. Penyu yang dilepas itu termasuk barang bukti yang ditangkap aparat Polisi Air Kepolisian Daerah NTB, Rabu lalu sekitar pukul 12.00 wita”.

Tersangka yang menangkap penyu sudah ditahan di Mabes Polda NTB, dan kini sedang dimintai keterangan,” ujar AKBP Agoes Doeta Soepranggono, Dirpolair Polda NTB, sebelum petugas melepas penyu-penyu itu.

Dari 39 ekor yang berhasil disita, hanya 36 ekor yang dilepas, sisanya tiga ekor mati karena mengalami dehidirasi. Bripka Lalu Asmara bersama tiga rekannya, menyita penyu itu ketika berpatroli 29 Oktober lalu di perairan Dusun Ketangga, Desa Pemongkong, Lombok Timur. Penyu-penyu itu bersama satu kapal motor disembunyikan di seputar teluk yang ditumbuhi tanaman mangrove.

Penyu-penyu yang panjang karapasnya 43 cm dan 92 cm rata-rata berusia 10 tahun dan 30 tahun itu, menurut salah seorang tersangka, Jepri, ditangkap di perairan Teluk Maci, Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Rencananya penyu itu dibawa ke Benoa, Bali.

Jepri bersama empat temannya mengaku, disuruh dan diberi uang operasional oleh pengusaha sebesar Rp 5 juta. Keuntungan penjualan penyu itu dibagi antara pengusaha tersebut dan Jepri. Sesuai ketentuan pasal 21 ayat 2 a dab b Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Jepri dincam hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta.

Menurut Windia Adnyane, Peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali, pihaknya mengambil sample darah penyu untuk kemudian melakukan penelitian dan rekam jejak untuk diketahui asal penyu-penyu itu.

Rute perjalanan

Dari pantauan selama ini, Samudera Hindia merupakan rute lalu lintas penyu. Setelah bertelur di Sukamade, Jawa Timur, penyu mencari makanan ke perairan yang terletak sekitar 80 miles beach di Australia. Setelah setahun dan dua tahun kemudian, dalam perjalanan dari dan ke tempat bertelur itu, ada penyu-penyu yang singgah di beberapa pulau karang di Kawasan Timur Indonesia seperti Pulau Komodo, kemudian Kepulauan Tengah, Matalaa, Sepake (Sulawesi) dan Sepekan (Madura).

Dalam perjalanan itu pula, acapkali penyu-penyu itu tertangkap secara tidak sengaja oleh pancing para nelayan yang menggunakan kapal besar, yang dilengkapi pancing rawe panjang, trawl dan gillnet. Hasil pantauan menyebutkan tak kurang 10.000 ekor penyu per tahun yang tertangkap secara tidak sengaja.

“Kalau yang tertangkap menggunakan pancing J (J hook), pasti mati dan dibuang,” ujar Windia. Karenanya, untuk menyelematkan penyu dari kematian, para nelayan kini berupaya menggunakan pancing yang berbentuk bundar (circle hook). Pancing ini dengan teknologi tertentu bisa dilepas dari mulut penyu-penyu itu. Khaerul Anwar sumber: Kompas

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

Tidak ada komentar: