JAKARTA (11/12) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) belum lama ini meluncurkan sejumlah perangkat pengelolaan konservasi laut pada gelaran Lokakarya Nasional Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) dengan tema “Konservasi Efektif untuk Ruang Laut Lestari”.
Sejumlah produk dan hasil kerja berkaitan dengan konservasi dan keanekaragaman hayati laut tersebut diluncurkan oleh Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Pamuji Lestari dengan output di antaranya dokumen Marine Protected Area (MPA) Vision yang memuat Peta Jalan 10 Tahun Kawasan Konservasi Perairan Indonesia hingga tahun 2030.
“Dokumen MPA Vision berisi panduan dan tahapan Indonesia dalam mencapai target nasional luasan kawasan konservasi perairan sebesar 10% dari total luas laut Indonesia atau 32,5 juta hektare pada tahun 2030. Ini juga bisa memberikan panduan tentang bagaimana kawasan konservasi (perairan) di Indonesia dapat dikelola secara efektif,” jelas Tari.
Dokumen MPA Vision disusun oleh Ditjen PRL dengan dukungan para mitra lintas Kementerian seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Bappenas serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menjadi mitra seperti CTC, WWF serta kalangan akademisi. Target kawasan konservasi (perairan) ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Nasional dan juga implementasi komitmen internasional Indonesia seperti Convention on Biological Diversity (CBD) – Aichi target 11 dan Sustainable Development Goal (SDG)-14,” ungkap Tari.
Tari juga menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah mendukung KKP dalam penyusunan neraca sumber daya laut di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra terutama kepada tim lintas kementerian yaitu Kemenkeu, Bappenas, BPS dan BIG yang telah bersinergi dengan KKP dan Yayasan Rekam Nusantara melalui pilot project yang didanai oleh Pemerintah Inggris melalui Global Ocean Account Partnership (GOAP).
Selain dokumen MPA Vision, juga diluncurkan sejumlah output lainnya seperti Sistem Database Konservasi (SIDAKO), Strategi Komunikasi, Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi (EVIKA), Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Jenis Ikan (E-Panji) dan Neraca Sumber Daya Laut TWP Gili Matra. E-Panji sendiri adalah dokumen evaluasi efektivitas pengelolaan jenis ikan dilindungi dan/atau yang tercantum dalam Appendix Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Dokumen tersebut dirancang sebagai panduan standar yang dapat digunakan bagi semua pihak dalam melaksanakan penilaian terhadap tingkat efektivitas pengelolaan jenis ikan dilindungi dan/atau terancam punah di Indonesia. Sementara, Neraca Sumber Daya Laut sendiri menjadi salah satu instrumen untuk memonitor dan mengukur dampak investasi terhadap aset sumber daya laut Indonesia.
Neraca sumber daya laut mendesak untuk disusun dengan mempertimbangkan semakin besarnya tekanan terhadap sumber daya laut dari waktu ke waktu. Neraca Sumber Daya Laut juga sangat relevan dalam konteks pengelolaan ruang laut saat ini yang menuntut proaktif dalam mewujudkan kelestarian ekologi laut meskipun terdapat peningkatan kegiatan pemanfaatan dan investasi.
Sementara itu, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Andi Rusandi menerangkan sebagai modul pelatihan audio visual, KKP didukung oleh Centre for Environment Fisheries and Aquaculture Science (CEFAS) Inggris juga telah menyelesaikan video Pedoman Identifikasi Hiu Gelondongan (Shark Trunk-ID). “Video ini merupakan modul yang pertama disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas identifikasi produk hiu gelondongan, yang sekaligus menjadi salah satu solusi dari keterbatasan pelatihan offline akibat pandemi Covid-19,” pungkas Andi.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah meyampaikan komitmennya untuk mendorong dan memprioritaskan keberlanjutan ekologi laut seiring dengan pemanfaatan laut secara optimal baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya sehingga tidak hanya generasi saat ini yang dapat merasakan manfaat sumber daya kelautan dan perikanan, tetapi juga generasi yang akan datang.
HUMAS DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT
Lihat Berita Konservasi Lainnya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar