JAKARTA
(26/4) – Masih dalam suasana peringatan Hari Kartini, Tokopedia
menyelenggarakan talkshow SHE bertajuk Be Your Own Version of Kartini di
Jakarta, Kamis (25/4). SHE merupakan kegiatan yang menampilkan sosok
perempuan inspiratif yang mampu meraih mimpi dan sukses di bidang yang
mereka tekuni. Pada penyelenggaraan SHE yang ketiga kalinya ini, Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hadir sebagai salah satu
pembicara.
Dalam
kesempatan tersebut, Menteri Susi bercerita tentang perjuangannya
membangun bisnis di masa lalu hingga ditunjuk Presiden Joko Widodo
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurutnya, meskipun seorang
perempuan, sedari remaja ia sudah bertekad untuk mandiri.
Menteri
Susi mengisahkan, dirinya yang merasa tidak cocok dengan sistem sekolah
akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah di kelas 2 SMA. Sadar dirinya
tak bisa terus bergantung kepada keluarga dan orang tua, ia pun memulai
merintis bisnis dengan tekun, salah satunya dengan menjadi pengepul
ikan di Pangandaran dengan modal awal hanya Rp750.000.
Meskipun
dirinya merasa tidak cocok dengan sistem sekolah, bukan berarti sekolah
tidak cocok untuk semua orang. Untuk itu ia tidak menyarankan generasi
muda menjadikan dirinya sebagai alasan untuk tidak lanjut sekolah.
“Bukan
sekolah tidak cocok untuk saya, tapi saya tidak bisa mencocokkan diri
dengan sistem sekolah. Terus saya berpikir mau apa? Kalau saya do
nothing, have nothing, saya tidak bisa mandiri. Saya tidak bisa
melakukan apa yang saya mau dan mendapatkan apa yang saya mau karena
masih bergantung pada orang tua. Keinginan untuk mandiri membuat saya
memutuskan saya harus bisa menghasilkan uang sendiri, karena finansial
itu sangat berpengaruh pada kemandirian,” kenang Menteri Susi.
Menggeluti
bisnis perikanan selama kurang lebih 30 tahun membuat dirinya paham
bahwa ikan dengan nilai jual tertinggi adalah ikan dalam keadaan segar,
kemudian disusul added value product, ikan beku, ikan kaleng, dan
terakhir ikan asap, ikan pindang, dan ikan asin. Namun terbatasnya akses
transportasi menjadi masalah besar dalam pemasaran produk perikanan
segar.
“Nilai
tertinggi justru ikan yang tidak diapa-apakan (red-segar), tetapi kamu
harus menyajikannya sesegera mungkin dalam waktu 20 – 48 jam kepada
pembeli. Tetapi dengan kendaraan dari rumah saya di Pangandaran ke
Jakarta (yang memakan waktu) 12 jam, kalau macet bisa sehari penuh,
membuat lobster dan ikan hidup banyak yang mati, kalau yang segar juga
jadi kurang segar. Jadi jalan terbaik saya harus memiliki pesawat
pengangkut sendiri dengan mempertimbangkan waktu dan jarak sesuai
kondisi Indonesia,” cerita Menteri Susi.
“Namun
pesawat datang baru satu bulan, terjadi tsunami di Aceh. Pesawat saya
membantu di sana, menyalurkan bantuan sendiri maupun dari NGO-NGO ke
Meulaboh. Akhirnya karena dikenal di situ Susi, orang-orang cari Susi,
cari Susi Air. Padahal awalnya tidak ada niat membuat maskapai
penerbangan,” Menteri Susi mengisahkan awal mula merintis bisnis
penerbangan Susi Air.
Setelah
berhasil di bisnis perikanan dan penerbangan, Menteri Susi mengakui
hidupnya semakin membaik dan berkecukupan. Meskipun demikian, ia tak
lantas membelanjakan uang semaunya saja. Menurutnya penentuan skala
prioritas secara cerdas tetaplah penting. Inilah yang harus dilakukan
seluruh masyarakat Indonesia.
Tak
berhenti di sana, kiprah dan kapasitasnya sebagai perempuan hebat
rupanya juga dilirik Presiden Joko Widodo. Saat pelantikan menteri di
Kabinet Kerja, ia ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Padahal, sebelumnya ia tak memiliki kedekatan khusus dengan Presiden
Joko Widodo, terlebih pendidikannya yang tidak tamat SMA. Namun rupanya,
kiprahnya di bisnis perikanan membuat Presiden mempercayainya untuk
mengatur pengelolaan laut Indonesia yang meliputi 71 persen dari wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bekerja
sebagai pembantu Presiden, Menteri Susi memahami tugasnya untuk ikut
mengawal tercapainya visi misi pemerintah yaitu menjadikan Indonesia
sebagai poros maritim dunia dan menjadikan laut sebagai masa depan
bangsa. Menurutnya, Indonesia sebagai poros maritim dunia bukanlah hal
yang mustahil, mengingat Indonesia memiliki garis pantai kedua
terpanjang di dunia, dan merupakan negara kepulauan kedua terbesar di
dunia, serta memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ke-7 terbesar di
dunia. Justru menurutnya ironi, dengan kelebihan yang ada, neraca
perdagangan Indonesia bahkan tidak bisa memimpin di Asia Tenggara.
“Something
is wrong. Saya tahu ada persolan besar. Ternyata banyak kapal-kapal
asing ilegal mencuri ikan di laut kita. Kita punya Undang-undang
Perikanan Nomor 45 Tahun 2009. Di sana ada amanat penenggelaman kapal
yang mencuri ikan di perairan Indonesia,” tutur Menteri Susi.
Kata
‘tenggelamkan’ memang seketika popular setelah kebijakan penenggelaman
kapal yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah
kepemimpinan Menteri Susi mampu mengusir ribuan kapal asing dan
mendatangkan efek jera. Namun Menteri Susi menyebutkan, ia tak berniat
mencari sensasi dengan kata-kata tersebut. Bahkan ia tak menganggap kata
tenggelamkan sebagai sesuatu yang luar biasa. Namun ia menilai
bersyukur dengan sambutan dan semangat yang luar biasa dari masyarakat.
“Saya
terkejut, kenapa (kata tenggelamkan menjadi) begitu spesial, kenapa
begitu heboh. Tapi akhirnya saya mengerti, kita semua ingin berdaulat,
menginginkan kedaulatan sehingga reflek (kata tenggelamkan) ini menjadi
pembicaraan. Ini karena kedaulatan menjadi tujuan, kuatnya perasaan
ingin berdaulat. Jadi kita ingin menegaskan kita mampu melakukannya,”
jelas Menteri Susi.
“Kata ini menunjukkan perasaan memiliki Indonesia sebagai bangsa yang besar, dan saya senang sudah melakukannya,” lanjutnya.
Meski
dikenal sebagai perempuan pemberani, menurut Menteri Susi dirinya
tidaklah berani. Ia hanya melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan apa yang telah diamanatkan undang-undang. Ia juga
bersyukur atas hasil kebijakan yang tidak hanya mengusir kapal asing,
tetapi juga mampu membuat Indonesia menjadi negara dengan neraca
perdagangan perikanan nomor 1 di Asia Tenggara sejak 2015 lalu.
Menurutnya, ekspor produk perikanan Indonesia juga konsisten meningkat
setiap tahunnya.
“Kita
sekarang pemasok nomor 1 kepiting di Amerika, udang nomor 2. Sementara
tuna akhirnya tahun ini kita menjadi supplier terbesar di dunia yang
sebelumnya di Asia Tenggara saja tidak dihitung. Itu yang akhirnya
membuat saya bangga karena sebelumnya kita juga tidak meramalkan bahwa
penenggelaman kapal akan berdampak begitu besar,” ucapnya.
Berkaca
dari keberhasilan Indonesia, Menteri Susi gencar melakukan promosi ke
seluruh dunia bahwa pemberantasan Illegal, Unreported, and Unregulated
(IUU) Fishing adalah bisnis yang paling menguntungkan bagi Negara.
Tak cukup
dengan pencapaian kedaulatan saja, Menteri Susi menilai setiap
masyarakat harus memperhatikan pilar keberlanjutan. Sebagai renewable
nature resources, keberlanjutan sumber daya perikanan harus dijaga
dengan tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan (trawl,
cantrang, dsb), menghentikan destructive fishing/penangkapan yang
merusak lingkungan (penggunaan bom, dinamit, portas, dsb), dan menjaga
stok di alam dengan tidak menangkap spesies dan jenis ikan dilarang dan
dilindungi seperti halnya kepiting atau lobster bertelur.
Ia
mendorong masyarakat termasuk perempuan untuk ikut serta dalam dunia
bisnis namun harus tetap memperhatikan keberlanjutan. “Kadang-kadang
pengusaha pikir peraturan ini bikin susah mereka. Padahal justru kita
mempertahankan keberlanjutan bisnis dan mengupayakan bisnis bertahan
dalam jangka panjang,” imbuh Menteri Susi.
“Kita
semua, anak-anak muda telah mengerti tentang lingkungan, teknologi, dan
keberlanjutan. Kita peduli. Kita harusnya tahu ketika kita menetapkan
pembatasan dan aturan pada pemanfaatan renewable nature resources, hasil
satu-satunya adalah produktivitas yang lebih baik,” terangnya.
Ia
berharap agar bisnis generasi muda tidak hanya berorientasi kepada hasil
yang dapat diambil, melainkan juga produktivitas dalam jangka panjang.
Inilah yang dapat mengantar bangsa pada pilar kesejahteraan.
“Produktivitas penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis, untuk menjaga
keberlanjutan pendapatan yang terus menerus, menjaga keuntungan. Tanpa
keberlanjutan, bisnis kalian akan berhenti dan keuntungan yang didapat
juga akan berhenti,” tegas Menteri Susi.
Ia
meminta, sebagai generasi cerdas penerus bangsa agar masyarakat
millennial berpikir kelestarian untuk masa depan dan generasi
selanjutnya. Sebab menurutnya, generasi mendatang akan dihadapkan pada
konflik kecukupan pangan dan energi seiring dengan bertumbuhnya populasi
dunia, sehingga sumber daya perikanan sebagai salah satu sumber pangan
dan protein akan menjadi rebutan.
“Pemenuhan
protein diet supply termurah adalah laut. Tapi laut kalau tidak dijaga,
bisa rusak. Untuk itu kita perlu menghentikan ekstraktif dan
eksploitasi berlebihan,” pungkas Menteri Susi.
Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
Untuk
kebutuhan Air Minum yang menyehatkan coba konsumsi Air Izaura Air yang
terbukti dapat membantu proses penyembuhan Kegemukan, Migran, Alergi,
Sakit Maag, ASam Urat, Nyeri Sendi, Sambelit, Saking Pinggang,
Osteiporosis, Reumatk, Kanker, Vertigo, Ashma, Brinchitis, Darah Tinggi,
Kencing Batu, Kolestrol, DIABetes, Jantung, Darah Rendah, Jerawat',
WAsir dan Batu Ginzal. Dan menghilangkan racun dalam tubuh.
Mau Sehat dan Menyehatkan Minum Air Izaura
Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan dengan Modal 350 ribu s.d 500 ribu. Berminat Hub Mukhtar, A.Pi HP. 081342791003
Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan dengan Modal 350 ribu s.d 500 ribu. Berminat Hub Mukhtar, A.Pi HP. 081342791003
Cari Kos Kosan di Kota Kendari ini
tempat
Menerima pesanan
Kanopi, Pagar Besi, Jendela
dengan Harga
Murah dengan Sistim Panggilan.
Miliki Kavling tanah
di Pusat Pemerintahan Kabupaten Bima di GRIYA GODO PERMAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar