Nelayan akan selalu menjawab bahwa hiu bukan target sasaran
tangkapan mereka, sehingga penangkapan hiu oleh nelayan atau pihak lain adalah
suatu ketidaksengajaan. Akan tetapi ketika seekor hiu sudah tertangkap dan
tidak dapat di kembalikan ke laut lagi akan mengakibatkan populasi ikan hiu di
suatu perairan berkurang.
Bagaimanapun hiu mempunyai peranan sangat penting dalam
suatu ekosistem. Hiu adalah konsumen puncak dalam rantai makanan di laut.
Mereka memakan ikan-ikan yang lebih kecil, dan secara alamiah memangsa
hewan-hewan yang lemah dan sakit. Sehingga yang tersisa adalah hewan-hewan yang
sehat untuk bertahan hidup di alam. Maka itu hiu memiliki peranan penting dalam
menstabilkan ekosistem dalam menjaga komposisi dari populasi ikan yang umumnya
dimanfaatkan oleh nelayan.
Dari segi reproduksi, hiu adalah jenis ikan yang memiliki
keturunan sedikit. Hal ini disebabkan oleh kematangan kelamin yang lambat. Akan
tetapi aktivitas penangkapan hiu oleh manusia semakin meningkat, tidak
sebanding dengan keturunan hiu yang lahir. Mengakibatkan keberadaan hiu semakin
terancam. Diketahui setidaknya 72% dari produksi hiu merupakan tangkapan
sampingan (bycacth) yang berasal dari berbagai alat tangkap seperti pukat
cincin, pukat hela, jarring insang, pancing ulur, dan pancing rawai. Jenis alat
tangkap, jenis umpan, waktu penangkapan dan lokasi penangkapan hiu turut
mempengaruhi terjadinya tangkapan sampingan hiu.
Jenis-jenis hiu yang sering tertangkap di perairan Indonesia
yang sering menjadi bycacth adalah Pelagic Thresher/cucut pedang (Alopias
pelagicus); hiu tikus (Alopias pelagicus); hiu lonjor/Grey Reef
Shark (Carcharhinus amblyrhynchos); hiu lanyam/Silky Shark (Carcharhinus
falciformis); cucut bekeman/Bull Shark (Carcharhinus leucas); cucut
koboi/Oceanic Whitetip Shark (Carcharhinus longimanus); hiu
mada/Blacktip Reef Shark (Carcharhinus melanopterus); cucut
lanjaman/Dusky Whaler (Carcharhinus obscurus); hiu teteri/Sandbar Shark
(Carcharhinus plumbeus); hiu macan/Tiger Shark (Galeocerdo cuvier);
hiu karang/Whitetip Reef Shark (Triaenodon obesus); hiu
tenggiri/Shortfin Mako (Isurus oxyrinchus); hiu mako/Longfin Mako (Isurus
paucus Guitart); hiu paus/Whale Shark (Rhincodon typus); hiu
caping/Scalloped Hammerhead (Sphyrna lewini); hiu caping/Great
Hammerhead (Sphyrna mokarran); hiu caping/Smooth Hammerhead (Sphyrna
zygaena); hiu belimbing/Zebra Shark (Stegostoma fasciatum); merak
bulu/Common Blacktip (Carcharhinus limbatus); cucut selendang/Blue Shark (Prionace
glauca); dan hiu botol/Indonesia Greeneye Spurdog (Squalus sp.1).
Hiu memiliki ketahanan yang berbeda-beda saat tertangkap
oleh nelayan, tergantung dengan ukuran dan alat tangkap, lamanya penarik
pancing, perendaman jarring dan faktor-faktor yang menyebabkan hiu menjadi
stress seperti tertumpuk hiu dengan ikan lain pada pengoperasian jaring. Upaya
penanganan hiu yang tertangkap sebagai bycatch masih menungkinkan dilakukan
dalam meningkatkan kelangsungan hidup hiu yang tertangkap pada tiap alat
tangkap. Adapun upaya yang dapat dilakukan pada alat tangkap jaring dan
pancing.
Alat tangkap jaring ini meliputi jaring
insang, pukat cincin, dan pukat hela. Upaya penanganan yang dap
at dilakukan
yaitu:
1.
Jika melihat hiu tersangkut jaring, segera
lakukan proses penanganan hiu yang tertangkap. Semakin lama proses penanganan
akan meningkatkan stres pada hiu;
2.
Identifikasi hiu dengan memperkirakan kondisi
dan ukuran hiu yang akan ditangani. Jika kondisi dan ukuran tidak memungkinkan
untuk diangkat, proses penanganan dilakukan tetap di permukaan air.
a.
Penanganan hiu di permukaan air
1) Jika hiu dalam jaring masih
dalam kondisi lemah, posisikan jaring ke samping kapal untuk mempermudah
penanganan hiu;
2) Dalam beberapa kasus hiu
terlihat mati, sebenarnya hiu mengalami kelelahan. Untuk memastikannya
perhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata hiu dengan pelan,
jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata hiu dipastikan hiu masih
hidup;
3) Lepaskan hiu yang terbelit
jaring, jika tidak memungkinkan dapat memotong jaring yang membelit hiu. Hal
ini juga dapat mengurangi kerusakan pada jaring lebih besar;
4) Jika hiu masih kelelahan,
posisikan kepala hiu menghadap arus hingga hiu kembali aktif dan segera
lepaskan. Pengaturan posisi hiu dapat dilakukan dengan memegang bagian sirip
punggung dan bagian pangkal ekor jika hiu berukuran kecil atau menggunakan tali
atau kain yang ditempatkan pada bagian belakang sirip dada pada hiu berukuran
besar;
5) Pastikan dalam proses
pelepasan tidak menutup insang hiu, hal ini dapat menyebabkan cedera/luka serius
atau berakhir pada kematian;
6) Lakukan pencatatan jenis hiu,
lokasi tangkapan, identifikasi jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika
tertangkap dan dilepaskan (informasi terdapat di lampiran).
b.
Penanganan hiu di dalam air
1) Identifikasi kondisi dan
ukuran hiu yang akan ditangani, umumnya dilakukan pada hiu yang berukuran tidak
terlalu besar;
2) Pastikan kondisi hiu dengan
memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata hiu dengan
pelan, jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata hiu dipastikan hiun
masih hidup;
3) Upayakan segera melepaskan
hiu yang terbelit jaring, jika tidak memungkinkan dapat memotong jaring yang
membelit hiu;
4) Jika hiu aktif bergerak
segera lakukan proses pelepasan hiu ke laut, namun jika hiu masih dalam kondisi
lemah lakukan penanganan terlebih dahulu, adalah :
Tangani hiu berukuran kecil dengan posisi tangan
mengangkat bagian atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor. Hal ini
berguna untuk menghindari kerusakan organ dalam hiu. Jika menangani hiu
berukuran besar disarankan untuk dilakukan minimal 2 orang. Orang pertama dapat
memegang bagian bawah/atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor, sedangkan
orang kedua dapat mengangkat tubuh hiu bagian belakang dekat sirip ekor. Gunakan
kain basah untuk menutup mata hiu agar hiu tidak berontak dan menjadi tenang.
Jika penanganan di atas kapal lebih dari 3 menit, alirkan air ke dalam mulut
agar hiu tetap dapat bernafas pastikan tidak mengangkat hiu pada bagian ekornya
saja atau menggunakan ganco dan pastikan tidak menutup lembaran insang hiu
ketika proses penanganan sedang berlangsung gunakan benda padat seperti kayu
atau besi di antara rahangnya untuk menghindari gigitan hiu yang berada di
dalam kapal.
5) Jika proses penanganan telah
selesai. Angkat hiu ke samping kapal untuk proses pelepasan dengan posisi hiu
tetap horizontal. Jika hiu dalam kondisi aktif dapat langsung dilepaskan. Hiu
lebih besar dapat ditangani oleh 2-3 orang dengan cara orang pertama memegang
sirip punggung dan dada, sedangkan orang kedua memegang bagian ekor, proses
pelepasan dengan menjatuhkan hiu dari sejajar dengan palka. Jangan melempar hiu
ke permukaan air dalam proses pelepasan;
6) Lakukan pencatatan jenis hiu,
lokasi tangkapan, jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap dan
dilepaskan.
B.
Penanganan hiu pada pancing
Alat tangkap pancing ini meliputi alat
tangkap pancing ulur, pancing tonda, pole and line, dan pancing rawai
(longline). Upaya penanganan yang sebaiknya dilakukan ketika mendapatkan tangkapan
sampingan hiu, antara lain:
1.
Jika hiu teridentifikasi memakan mata pancing, maka segera tarik kailnya
secepat mungkin agar mata kail tidak tertelan dalam perut hiu;
2.
Usahakan posisi hiu sedekat mungkin dengan samping kapal agar memudahkan proses
identifikasi dan penanganan hiu. Jangan gunakan tombak/ganco untuk membawa hiu
lebih dekat, karena dapat menyebabkan cedera/luka pada hiu;
3.
Pastikan kondisi hiu dengan memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan
jari ke mata hiu dengan pelan, jika ada respon dengan pergerakan insang dan
mata hiu dipastikan hiu masih hidup.
4.
Sedapat mungkin penanganan dilakukan di atas permukaan air, namun jika tidak
memungkinkan penangkapan dapat dilakukan di atas kapal.
a.
Penanganan Hiu di Permukaan Air
1) Identifikasi posisi kail yang
tersangkut dan keberadaan senar yang terbelit di tubuh hiu. Jika posisi kail di
dalam mulut berada di luar mulut (bagian tubuh lainnya), lepaskan kail dengan
peralatan De hooker, namun jika tidak memungkinkan seperti kail telah tertelan
maka potong senar sedekat mungkin dengan kail menggunakan pemotong senar. Jika
hiu terbelit pada senar, secepatnya segera potong senar sebanyak mungkin dengan
menggunakan pemotong senar.
2) Jika hiu masih kelelahan,
posisikan kepala hiu menghadap arus hingga hiu kembali aktif dan segera
lepaskan. Pengaturan posisi hiu dapat dilakukan dengan memegang bagian sirip
punggung dan bagian pangkal ekor, jika hiu berukuran kecil. Bisa juga dengan
menggunakan tali atau kain yang ditempatkan pada bagian belakang sirip dada
pada hiu berukuran besar.
3) Lakukan pencatatan jenis
hiu, lokasi tangkapan, jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap
dan dilepaskan.
b.
Penanganan Hiu Tertangkap Pancing di Atas Kapal
Penanganan di atas kapal hanya dilakukan dalam kondisi terpaksa, seperti
sulit melepaskan kail atau senar yang membelit di tubuh hiu. Penanganan
disarankan tidak lebih dari 3 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi kondisi dan
ukuran hiu yang akan ditangani, umumnya dilakukan pada hiu yang berukuran tidak
terlalu besar
2) Pastikan kondisi hiu dengan
memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata
3) hiu dengan pelan. Jika ada
respon dengan pergerakan insang dan mata, dipastikan hiu masih hidup;
4) Angkat hiu sedapat mungkin
dengan posisi horizontal. Jika jarak dek kapal dengan permukaan air tidak
memungkinkan mengangkat langsung dengan tangan, usahakan menggunakan tali atau
kain sebagai alat bantu untuk memposisikan hiu tetap horizontal;
Tangani hiu
dengan memperkirakan ukuran hiu yang akan diangkat. Penanganan hiu dapat
dilakukan oleh 1 atau 2 orang, dengan tetap mengutamakan keselamatan ABK;
Penanganan oleh 1 orang:
Dilakukan dengan posisi tangan berada di atas sirip punggung pertama dan bagian
pangkal ekor. Hal ini berguna untuk menghindari kerusakan organ dalam hiu;
Penanganan oleh 2 orang:
Orang pertama dapat memegang bagian bawah atau atas sirip punggung pertama dan
bagian pangkal ekor, sedangkan orang kedua dapat mengangkat tubuh hiu bagian
belakang dekat sirip ekor;
Letakan hiu di atas kapal
dengan pelan-pelan, dan tempatkan hiu di tempat teduh dan area yang basah.
Posisikan hiu tegak lurus, biasanya hiu akan menjadi lebih tenang. Selama
proses penanganan JANGAN menekan badan hiu dengan lutut, menendang, atau
menahan hiu dengan kencang;
Gunakan benda padat
seperti kayu atau besi di antara rahangnya untuk menghindari gigitan hiu;
Gunakan kain basah untuk
menutup mata hiu agar tidak berontak dan menjadi tenang;
Pastikan tidak menutup
lembaran insang hiu ketika proses penanganan sedang berlangsung.
Batasi hiu terpapar di bawah matahari sampai 3 menit setelah hiu diangkat
dari air. Jika lebih lama dari itu, maka insangnya akan mengalami kerusakan.
Jika waktu penanganan diperkirakan lebih lama dari 3 menit, berikanlah selang
yang berisi air asin ke dalam mulutnya agar insangnya tetap dapat berfungsi.
Jika tidak ada selang di atas kapal, maka siramkan air laut di kepala dan tubuh
hiu, terutama bagian insang dengan ember yang tersedia.
5) Tangani hiu dengan memegang
kepala, bagian tengah tubuh, dan ekornya, karena dapat meminimalisasi
cedera/luka pada hiu. Bagian perut dan gigi harus selalu menghadap berlawanan
dengan orang yang melakukan penanganan hiu tersebut;
6) Identifikasi posisi kail
yang tersangkut pada hiu. Jika posisi kail di dalam mulut berada di luar mulut
(bagian tubuh lainnya), lepaskan kail dengan peralatan De hooker. Namun jika
tidak memungkinkan, seperti kail telah tertelan, maka potong senar sedekat
mungkin dengan kail menggunaka pemotong senar;
7) Potong semua senar yang
membelit hiu sebanyak mungkin dengan menggunakan pemotong senar;
8) Jika proses penanganan
telah selesai. Angkat hiu ke samping kapal untuk proses pelepasan dengan posisi
hiu tetap horizontal. Jika hiu dalam kondisi aktif dapat langsung dilepaskan.
Hiu lebih besar dapat ditangani oleh 2-3 orang, dengan cara orang pertama
memegang sirip punggung dan dada, sedangkan orang kedua memegang bagian ekor.
Proses pelepasan dengan menjatuhkan hiu dari sejajar dengan palka. Jangan
melempar hiu ke permukaan air dalam proses pelepasan;
9) Lakukan pencatatan jenis
hiu, lokasi tangkapan, identifikasi jenis kelamin, panjang total, kondisi
ketika tertangkap dan dilepaskan.
Demikian
lah, sekilas tentang upaya mengurangi hasil tangkapan ikan hiu sebagai bycatch.
Semoga bermanfaat, dan mari kita melestarikan hiu di perairan Indonesia
tercinta.
Kontributor:
Dewi Astuti Sartikasari, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Muda pada Pusluhdaya KP
Mau Sehat dan Menyehatkan Minum Air Izaura
Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan Tanpa Modal Besar.
Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan Tanpa Modal Besar.
Berminat Hub Mukhtar, A.Pi HP. 081342791003
Kami akan menunjukan Anda Jalan Mencapai Impian
Kenal Lebih Jauh Dengan Air Izaura
Kami akan menunjukan Anda Jalan Mencapai Impian
Kenal Lebih Jauh Dengan Air Izaura
Cari Kos Kosan di Kota Kendari ini tempat
Menerima pesanan
Kanopi, Pagar Besi, Jendela
dengan Harga
Murah dengan Sistim Panggilan.
Miliki Kavling tanah
di Pusat Pemerintahan Kabupaten Bima di GRIYA GODO PERMAI BIMA
Berminat Hub 081342791003
1 komentar:
bermanfaat sekali informasinya
Posting Komentar