LONDON —
Drone yang dipandu oleh teknologi kecerdasan buatan untuk menangkap
perahu-perahu yang menangkap ikan di daerah terlarang menjadi salah satu
pemenang penghargaan perlindungan kelautan hari Jumat dan dalam waktu
tidak terlalu lama kemungkinan dapat dioperasikan untuk menanggulangi
penangkapan ikan ilegal, ujar panitia.
Proyek pemenang penghargaan ini bertujuan untuk mendukung otoritas
memburu kapal-kapal penangkap ikan ilegal dengan memanfaatkan drone yang
dilengkapi kamera untuk memantau kawasan lautan yang luas.
Penangkapan ikan secara ilegal dan penangkapan ikan berlebihan telah
membuat persediaan ikan menurun di seluruh dunia, yang menyebabkan
kerugian yang mencapai miliaran dolar per tahun dan mengancam mata
pencaharian masyarakat desa pesisir, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
The National Geographic Society menganugerahkan penghargaan kepada
proyek itu, yang dikembangkan bersama oleh ATLAN Space yang berpusat di
Maroko, dan dua inovasi lainnya senilai $150.000 untuk masing-masing
pemenang guna mengimplementasikan rencana mereka sejalan dengan
peringatan Hari Samudra Dunia pada hari Jumat.
Drone ini dapat mencapai jarak 700 km dan memanfaatkan teknologi
kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mereka melacak kapal-kapal
penangkap ikan, ujar pendiri ATLAN Space, Badr Idrissi.
“Begitu drone mendeteksi sesuatu, drone akan mendekati dan
mengidentifikasi apa yang mereka lihat,” ujar Idrissi kepada Thomson
Reuters Foundation lewat telepon.
Idrissi mengatakan teknologi, yang akan mulai dirintis penggunaannya
di Seychelles akhir tahun ini, lebih efektif dibandingkan patroli laut
tradisional dan memungkinkan para penjaga pantai untuk menghemat biaya
dan waktu.
Mulai dari kapal pukat yang memanfaatkan pelacakan dengan satelit di
laut lepas hingga algoritma komputer untuk mengidentifikasi berbagai
perilaku ilegal, berbagai teknologi baru semakin membantu para penjaga
pantai di seluruh dunia.
Kecerdasan buatan (AI) memungkinkan drone untuk memeriksa nomor
identifikasi perahu, memastikan apakah perahu itu menangkap ikan di
dalam kawasan yang dilindungi atau tanpa izin, melakukan verifikasi
apakah perahu itu dikenal pihak otoritas dan menghitung orang yang ada
di kapal tersebut, ujar Idrissi.
Seandainya ada sesuatu yang tidak beres, maka sistem ini dapat mengirimkan peringatan kepada pihak otoritas.
Pemenang lainnya adalah Marine Conservation Cambodia, yang
menggunakan bongkahan beton bawah air untuk merintangi penggunaan jaring
yang ditarik di sepanjang dasar laut, dan Pelagic Data Systems yang
berpusat di AS, yang berencana memerangi penangkapan ikan ilegal di
Thailand dengan memanfaatkan teknologi pelacakan.
“Inovasi dari tiga tim pemenang ini berpotensi untuk meningkatkan
penangkapan ikan yang berkelanjutan di sistem pesisir,” ujar ilmuwan
kepala di National Geographic Society, Jonathan Baillie, dalam sebuah
pernyataan.
Sebgaian besar populasi ikan di dunia telah ditangkap secara
berlebihan atau dieksploitasi penuh, menurut lembaga pangan PBB, dan
konsumsi ikan meningkat di atas 20 kilogram per orang di sepanjang tahun
2016 untuk pertama kalinya.
Hasil tangkapan ikan di tingkat globat telah mengalami penurunan
sebesar 1,2 juta ton per tahun sejak 1996, menurut The Sea Around Us,
sebuah inisiatif penelitian yang melibatkan University of British
Columbia dan University of Western Australia. [ww/dw]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar