BANGGAI LAUT
(15/5) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan
kunjungan kerja di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, Selasa
(15/5). Dalam kegiatan tersebut, Menteri Susi didampingi oleh Bupati
Banggai Laut Wenny Bukamo, Wakil Bupati Banggai Laut Tuty Hamid,
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Brahmantya Satyamurti
Poerwadi, dan Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Rina.
Kedatangan
Menteri Susi di Pelabuhan Banggai Laut disambut dengan tarian
Balatindak dari masyarakat sekitar. Selanjutnya di pelantaran Dermaga
Menteri Susi dianugerahi gelar kehormatan adat Boine Doi Ndalangon Kapitan Laut (Wanita Tangguh Penguasa Laut).
Pada
kunjungan tersebut, Menteri Susi bersama rombongan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) juga menyambangi Balai Benih Ikan Payau (BBIP) Dusun
Paisubatango milik Dinas Perikanan dan Kelautan Banggai Laut. Di sana
dilakukan pendederan benih ikan kerapu macan dan kerapu tikus untuk
dibudidayakan masyarakat.
Selanjutnya,
Menteri Susi melakukan dialog dengan Nelayan Desa Bone Baru yang
dipandu langsung oleh Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo. Kepada
masyarakat Menteri Susi berpesan agar masyarakat menjaga pohon bakau
dengan tidak melakukan penebangan.
"Saya
dengar suara kumbang yang menunjukkan Banggai ini masih asri, masih
bagus daerahnya. Namun saya cari pohon besar kok berkurang, ke mana
perginya?
Nanti saya bilang kalau pohon besar habis, air banggai laut tidak ada lagi," tutur Menteri Susi mengawali diskusi.
Nanti saya bilang kalau pohon besar habis, air banggai laut tidak ada lagi," tutur Menteri Susi mengawali diskusi.
Menteri
Susi berpendapat, penebangan pohon dapat mengakibatkan air laut menyusut
dan air tawar kering. "Kalau pohon ditebangi, bakau yang menjaga pulau
tidak kena abrasi ditebang, nanti air akan kering. Nanti mau dapat air
tawar dari mana? Mau minum air laut?" lanjutnya.
Menteri Susi mengungkapkan, punahnya pohon bakau (mangrove)
dapat mengakibatkan banyak petaka. Salah satunya merebaknya penyakit
malaria dan demam berdarah akibat nyamuk dan berbagai serangga lainnya
kehilangan habitatnya. "Masyarakat di sini harusnya beruntung sudah ada
gunung dari karang yang tumbuh subur," imbuhnya.
Selain itu, bakau juga dianggap sebagai tempat bertelur ikan, udang, dan berbagai hewan laut lainnya yang aman dan terlindung.
Tak hanya
melindungi pohon bakau, Menteri Susi juga meminta masyarakat melindungi
terumbu karang dengan tidak melakukan pengeboman ikan dan pengambilan
terumbu karang untuk diperjualbelikan.
"Tadi
saya berenang di Pulau Bakakan Kecil saya lihat semua karangnya hancur,
berantakan, tidak ada lagi karang hidup. Pulaunya begitu cantik,
pasirnya begitu putih tapi karangnya sudah habis. Menangis saya. Apa
kerja nelayan itu ngebom ikan atau nangkap ikan yang benar?" tegas
Menteri Susi.
Menteri
Susi menyebutkan, kedaulatan negara dengan diusirnya kapal asing dari
laut Indonesia susah tercapai. Kini ikan sudah banyak, tinggal bagaimana
nelayan melindungi dengan berhenti melakukan penangkapan ikan yang
merusak (destructive fishing) menggunakan bom atau bahan kimia
lainnya. Jika diperlukan, ia bahkan meminta agar masyarakat Banggai Laut
membuat aturan adat istiadat sendiri untuk melindungi laut dan
seisinya.
Hal ini
mengingat karakteristik laut Banggai Laut yang terbuka dengan ikan
residen dan menetap, sehingga jika habis dirusak, ikan baru tidak akan
datang lagi dari pulau luar.
"Orang ke sini ngebom karena nyarinya (ikan) gampang, karangnya banyak, tertutup, tidak banyak ombak," sebutnya.
Menteri
Susi juga meminta nelayan untuk berjanji pada diri sendiri dan kepada
Tuhan untuk tidak lagi melakukan tindakan yang dapat merusak laut,
utamanya menggunakan bom ikan.
"Pemerintah
bisa bantu dengan memberi kapal, jaring, pancing, perahu. Tapi kalau
ikannya sudah tidak ada, mau tangkap apa dengan alat dan perahu itu?"
ujar Menteri Susi.
Menteri
Susi juga mengajak masyarakat mensyukuri nikmat Tuhan dengan menjaga
ciptaan-Nya yang begitu indahnya. Ia meminta BKIPM untuk mengawasi
kegiatan pengambilan terumbu karang maupun bambu laut, termasuk
penangkapan lobster, kepiting, dan rajungan bertelur dan di bawah ukuran
(undersize).
Agar laut
sehat, ikan banyak dan lestari, Menteri Susi juga meminta masyarakat
agar menyediakan satu hari libur menangkap ikan dalam seminggu. Hal ini
untuk menyediakan waktu bagi hewan laut untuk bertelur dan berkembang
biak. "Kita jangan serakah dan tamak, habis ikan kita," katanya.
Dalam
kesempatan tersebut, KKP menyerahkan bantuan berupa 150 kaca mata selam
bagi siswa SD untuk berenang melihat keindahan laut yang harus dijaga;
10 buku modul sekolah pantai; 100 kantong ramah lingkungan; dan 1 unit
tv untuk balai bengong warga Bone Baru. Selain itu, KKP juga kembali
mengimbau nelayan untuk segera mendaftar asuransi nelayan untuk
mendapatkan perlindungan saat melaut.
Menteri
Susi juga berjanji memberikan bantuan kapal kepada nelayan dengan syarat
membentuk kelompok di bawah koperasi. "Saya ingin koperasi-koperasi
setempat bangkit. Jangan hanya koperasi dari Jakarta saja. Mana yang
dari daerah? Bapak-bapak ayo bikin koperasi. Ayo tumbuh, ayo bergerak,"
imbaunya.
Sementara
itu, Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo mengatakan, 94% wilayah Banggai
Laut terdiri dari lautan, sehingga benar sekali bahwa laut adalah masa
depan masyarakat sekitar. Untuk itu, Wenny mengungkapkan terima kasih
atas bantuan KKP.
"Kita
sudah mendapatkan beberapa bantuan dari KKP berupa alat tangkap, kapal,
coldstorage, dan sebagainya. Ke depan, dengan bantuan ini (diharapkan)
semua nelayan di Banggai Laut bisa terakomodasi. Saya berharap bantuan
dari pemerintah pusat ini digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
kita semua. Sesuatu yang bermanfaat, terukur, dan dapat dinikmati
bersama," ungkapnya.
Apresiasi juga disampaikan masyarakat nelayan. Ahmad Yusuf misalnya, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan 2 coldstorage
yang telah diberikan KKP sebelumnya. Menurutnya, berkat bantuan
tersebut harga ikan di Banggai Laut sudah stabil karena tidak lagi
dipermainkan oleh tengkulak. "Sebelum ada bantuan kita punya harga ikan
dipermainkan oleh tengkulak yang tidak bertanggung jawab. Sekarang harga
ikan kami sudah harga nasional," pungkasnya.
Lilly Aprilya Pregiwati
Plt. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
Plt. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri
http://kkp.go.id/artikel/4058-kunjungi-banggai-laut-menteri-susi-ajak-warga-jaga-mangrove-dan-terumbu-karang
Di Banggai Laut, Menteri Susi Tinjau Potensi Pantai Oyama dan Desa Dungkean
KKPNews, Banggai Laut – Dalam
kunjungan kerjanya di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, Selasa
(15/5), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama
rombongan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyambangi beberapa
pulau kecil untuk menyapa masyarakat dan melihat potensi kelautan dan
perikanan di sana. Hari itu ia mengunjungi setidaknya dua pulau yang
dapat ditempuh selama 1-2 jam perjalanan dari pusat Banggai Laut dengan
menggunakan speed boat.
Seusai melakukan dialog dengan
masyarakat di Desa Bone Baru, Menteri Susi mengunjungi Pantai Oyama di
sebuah pulau kecil yang kecantikannya tidak kalah dengan Raja Ampat,
Papua. Melihat hamparan pasir putih dengan air biru nan jernih dan
pemandangan alam yang terhampar indah, usai menyapa warga sekitar,
Menteri Susi tak dapat menahan diri untuk segera berenang.
Aktivitas Menteri Susi di sana
mengundang kerumunan warga. Masyarakat sekitar yang didominasi anak-anak
berbondong-bondong turun ke air dan berenang dengan gembira.
Tak cukup hanya berenang, Menteri Susi
juga memacu paddle boardnya untuk mengamati keindahan Pantai Oyama lebih
ke tengah. Tak hanya itu, dari paddle boardnya Menteri Susi juga
menyapa beberapa nelayan yang tengah menaiki perahu kayunya.
“Bapak-bapak, laut yang Bapak-bapak
punya (Pantai Oyama) sangat indah. Jangan dirusak. Jangan menangkap ikan
pakai bom atau portas. Nanti lautnya rusak dan ikannya habis,” ungkap
Menteri Susi.
Menteri Susi juga menjanjikan bantuan
kapal penangkap ikan viber bagi nelayan jika mereka berjanji tidak akan
menangkap ikan dengan cara yang merusak. “Nanti saya kasih bantuan
kapal. Tapi janji jangan pakai bom, portas, atau bius. Nanti bapak-bapak
bikin kelompok, satu kelompok 2-3 orang nanti kita kasih bantuan
kapal,” lanjutnya disambut dengan tepuk tangan nelayan.
Pantai Oyama memiliki potensi kelautan
yang begitu besarnya. Oleh karena itu, Menteri Susi meminta warga
sekitar untuk menjaganya dengan tidak melakukan destructive fishing dan
tidak membuang sampah ke laut.
Selain Pantai Oyama, hari itu Menteri
Susi juga mengunjungi Desa Dungkean, Kecamatan Bangkurung yang ditempati
oleh masyarakat transmigran. Di sana menteri Susi juga meninjau potensi
perikanan. Warga di sana memiliki cara menangkap ikan yang unik yaitu
dengan sero tancap yang dilingkup dengan jaring karamba.
Alkap, Nelayan Desa Dungkean mengatakan,
kayu tahan air ditancapkan sekitar 200 – 300 meter dari bibir pantai.
Kayu tersebut kemudian dipasang jaring karamba, dan dibiarkan selama
sekitar 7 bulan. Ikan kemudian akan masuk atau terperangkap dengan
sendirinya.
“Ikan yang terjebak di sana kita ambil
setiap hari sampai (sero) rusak. Biasanya tahan selama 7 bulan. Tapi
kalau ada ombak besar, alatnya kita gulung lagi,” cerita Alkap.
Dengan menggunakan sero tancap,
ditangkap berbagai jenis ikan seperti malalugis, baronang, cumi, tuna,
rumah-rumah, cakalang, deho, bubara, dan sebagainya.
Alkap bercerita, satu alat ini biasanya
dimiliki oleh 5 orang yang umumnya masih memiliki hubungan keluarga.
Hasil penangkapan ikan dikumpulkan dan dibagi hingga alat tersebut
rusak.
“Cara bagi hasil ditunggu sampai banyak
dan dibagi rata. Dalam tujuh bulan itu, nelayan bisa menghasilkan Rp30 –
40 juta,” tutur Alkap.
Tak hanya menggunakan sero tancap,
menurut Alkap masyarakat sekitar juga menangkap ikan menggunakan pancing
dan bubu. “Di sini tidak ada yang pakai trawl, tidak ada yang pakai bom
dan bius. Pembiusan dan bom dapat merusak ekosistem laut,” lanjut
Alkap. (AFN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar