Turunnya mutu ikan hasil
tangkapan setelah proses penanganan dan transportasi di kapal saat ini masih
tinggi. Seperti halnya mutu hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Sadeng Kabupaten Gunung Kidul akibat proses penanganan ikan di atas kapal
yang kurang baik. Salah satu penyebab turunnya mutu ikan tersebut adalah metode
pendinginan yang digunakan saat ini masih menggunakan es balok. Es banyak digunakan
sebagai media pendingin karena mudah digunakan dan memiliki kapasitas
pendinginan yang besar. Namun penggunaan es balok memiliki kekurangan antara
lain ikan di bagian bawah palka rusak karena tertekan oleh ikan di bagian
atasnya. Selain itu juga bongkahan es yang tajam dapat merobek kulit/perut
ikan, kondisi ini diperparah dengan adanya guncangan di kapal. Ketersediaan es
balok juga kadang terbatas dan sulit didapat.
Sistem pendingin ikan yang
umum digunakan di PPP Sadeng adalah sistem pendingin palka dengan es. Rata -
rata kapal motor 10 - 15 GT di PPP Sadeng memiliki 3 buah palka, dan masing - masing
palka mampu menampung es balok sekitar 45 - 60 buah es balok. Dengan berat es
per balok sekitar 50 kg maka es yang dibawa sekitar 2,5 - 3 ton/trip dengan
lama penangkapan sekitar 5-12 hari. Penggunaan es dengan jumlah tersebut juga
menambah berat kapal dan mengurangi kapasitas volume palkah untuk ikan dan
menambah kebutuhan bahan bakar selama penangkapan ikan.
Kapal
ikan 12 GT dengan 3 palka di PPP Sadeng Gunung Kidul
|
Salah satu alternatif upaya
peningkatan penanganan ikan di kapal adalah penerapan system refrigerasi di
atas kapal untuk meningkatkan kemampuan simpan ikan hasil tangkapan nelayan.
Sistem pendinginan refrigerasi yang banyak digunakan saat ini adalah sistem
pendinginan kompresi uap dan sistem pendinginan absorpsi uap. Salah satu teknologi
refrigerasi untuk penanganan ikan di kapal yang tepat saat ini adalah refrigerated
sea water (RSW) pada pendinginan dengan suhu sekitar 0 ºC. Sistem
RSW memiliki beberapa kelebihan seperti potensi kerusakan fisik yang relatif
kecil, penurunan suhu yang cepat, serta suhu yang lebih stabil dan merata.
Salah satu komponen penting sistem RSW yang berfungsi untuk pendinginan air RSW
adalah evaporator.
Perancangan evaporator yang
tepat di kapal diperlukan sehingga efisien serta mudah dalam pemasangan dan
penggunaan/perawatan. Salah satu tipe evaporator yang sesuai untuk RSW kapal
dari performansi datanya adalah evaporator dry expansion tipe liquid
chiller konstruksi shell and tube horisontal, dengan pertimbangan luas
permukaan yang dibutuhkan kecil (cocok untuk ruang kecil di kapal 10-15 GT),
penempatan evaporator horizontal terhadap kapal, koefisien perpindahan panasnya
besar dan konstruksi lebih sederhana serta perawatan cukup mudah, murah, dapat
dilakukan secara kimiawi.
Penelitian perancangan termal evaporator tipe shell&tube untuk
aplikasi RSW di kapal berukuran 10-15 GT di PPP Sadeng Kabupaten Gunung Kidul
dengan kapasitas sampai 1,3 ton ikan telah dilakukan oleh LRMPHP. Target
perancangan meliputi perhitungan/analisis dan penentuan spesifikasi evaporator
tipe shell&tube yaitu luasan permukaan perpindahan panas, jumlah
pass, diameter dan panjang shell, serta diameter, panjang, dan bahan
pipa. Perancangan evaporator dilakukan dengan menggunakan metode Kern. Hasil
rancangan didapatkan beban pendinginan dengan unsur utama ikan dan air laut RSW
sebesar 4,52 kW. Siklus refrigerasi menggunakan sistem kompresi uap refrigeran
R22 dengan evaporator shell&tube, dengan target suhu air RSW adalah
-1 0C maka suhu evaporasi diatur -8 0C. Hasil rancangan
evaporator berupa shell&tube 4 pass dengan luas permukaan
perpindahan panas 1,015 m2, diameter shell 150 mm dengan
panjang 85 mm, serta pipa diameter 15,875 mm sejumlah 24 buah berbahan tembaga.
http://www.mekanisasikp.web.id/2018/02/perancangan-sistem-termal-evaporator.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar