Sejumlah pengusaha ikan asin di
Pekalongan, Jawa Tengah, misalnya, mengaku selain harga garam yang
menlonjak tinggi, mereka juga kesulitan mendapatkan garam sehingga
produksi ikannya ikut turun.
“Produksi ikan asin kini anjlok
hingga 70 persen. Kondisi itu dipicu langkanya pasokan ikan laut sebagai
bahan utama pembuatan ikan asin dan kenaikan harga garam sehingga kami
memilih berhenti berproduksi,” kata perajin ikan asin, Purwanto (49),
seperti dikutip Antara, Jumat (28/7/2017).
Industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut, Jawa Barat juga
mengalami hal yang sama. Krisis garam yang terjadi belakangan ini
membuat produksi kerajinan kulit terganggu. Wakil Ketua Bidang
Pemerintahan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut,
Sukandar mengatakan Garut merupakan kawasan industri kerajinan kulit,
tercatat ada 320 pengusaha penyamakan kulit yang ada di Sukaregang,
Garut Kota.
Menurut dia, kebutuhan garam per bulannya rata-rata
mencapai 120 ton, bahkan akan meningkat tiga kali lipat ketika Hari
Raya Idul Adha, karena stok bahan baku kulit melimpah. “Kalau garamnya
mahal apalagi sampai tidak ada barang, tentu jadi masalah buat
penyamakan kulit,” ujarnya, dikutip Antara.
Efek domino
akibat krisis garam ini juga terjadi pada industri usaha pengolahan
garam konsumsi. Mereka bahkan terpaksa merumahkan karyawannya karena
tidak adanya bahan baku yang bisa diolah. Misalnya, seorang pengusaha
pengemasan garam di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Setyo Puji Santoso
mengakui jika ia telah merumahkan 19 pekerjanya akibat kelangkaan yang
terjadi.
Hal yang sama juga terjadi pada CV Abadi, di Provinsi
Bengkulu. Industri yang bergerak di bidang pengolahan garam konsumsi
tersebut terpaksa merumahkan karyawannya hingga pasokan garam kembali
normal.
Baca juga:
Presiden Jokowi mengatakan, dirinya bersama sejumlah
menteri akan melihat masalah yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan
garam yang cukup drastis tersebut. “Kalau ada masalah pasokan atau
distribusi akan kita selesaikan,” kata Jokowi usai membuka rapat
koordinasi pengendalian infllasi 2017, di Jakarta, Kamis kemarin.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti pun memberikan
indikasi jika pihaknya akan memberikan rekomendasi impor untuk mengatasi
kelangkaan garam ini. Susi mengatakan selama masa panen belum ada,
pihaknya akan minta PT Garam untuk melakukan impor lagi.
“Karena garam yang diimpor itu kan di-police line, nanti itu akan kami bicarakan,” ujarnya usai rapat koordinasi pengendalian inflasi 2017 di Jakarta.
Susi menekankan pihaknya tetap akan memperhatikan nasib para petani
garam saat pihaknya merekomendasikan impor garam. “Intinya kita bikin
aturan kan untuk bantu petani. Jadi mengatur masa impor. Kalau industri itu urusan Kemendag. Kita mengatur yang konsumsi,” katanya.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan selama ini Kemendag
telah mengeluarkan izin impor garam untuk industri. Namun untuk garam
konsumsi pihaknya masih menunggu rekomendasi dari Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP).
Artinya Kemendag baru akan mengeluarkan
izin impor garam untuk konsumsi apabila sudah mendapatkan rekomendasi
dari KKP. Selama ini, impor garam memang didasarkan pada Permendag Nomor
125 Tahun 2015 yang mengatur garam konsumsi memiliki kadar NaCL
(Natrium Chlorida) minimum 94,7 persen.
Baca juga:
Perlu Solusi Jangka Panjang
Menurut dia, krisis garam yang terjadi saat ini tidak lepas dari
buruknya kinerja pemerintah di bidang pergaraman. Hal ini, kata Halim,
menjadi pangkal persoalan kelangkaan garam yang terjadi saat ini.
“Agar hal serupa tidak terulang kembali, pemerintah mesti memperbaiki
kinerjanya di bidang pergaraman dan lebih mengedepankan semangat
gotong-royong demi tercapainya target swasembada dan meningkatnya
kesejahteraan 3 juta petambak garam di Indonesia,” ujarnya dalam rilis
yang diterima Tirto, Jumat (28/7/2017).
Karena itu, ia
mendesak pemerintah untuk melakukan beberapa perbaikan agar krisis garam
tidak terulang. Salah satunya, melakukan harmonisasi kebijakan
pergaraman yang berdampak terhadap menurunnya produktivitas dan daya
saing petambak garam dalam negeri, di antaranya Permendag No. 125 Tahun
2015 tentang Ketentuan Impor Garam.
Selain itu, lanjut Halim,
pemerintah perlu melakukan pendampingan teknis dan non-teknis, seperti
permodalan, dan pelatihan berbasis teknologi peningkatan kualitas garam
kepada petambak garam. Misalnya, menggunakan teknologi geomembran.
Dengan menggunakan teknologi tersebut memungkinkan proses pengkristalan
garam berlangsung lebih cepat, hanya 14 hari, jauh lebih cepat
dibanding pengkristalan dengan metode produksi garam tradisional yang
butuh waktu sampai 30 hari.
Baca juga
artikel terkait
GARAM
atau
tulisan menarik lainnya
Abdul Aziz
Efek domino krisis garam ini juga terjadi pada industri pengolahan ikan asin dan kerajinan kulit.
tirto.id
-
Kelangkaan garam yang terjadi dalam sebulan terakhir ini tidak hanya
berdampak pada kenaikan harga garam dapur, melainkan juga berimbas pada
garam industri yang digunakan sebagai bahan baku, seperti produksi ikan
asin dan kerajinan kulit.
Merespons kelangkaan garam yang terjadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
pun turun tangan. Ia mengimbau pada para menteri agar secepatnya
mengatasi masalah garam yang dapat memberatkan masyarakat, termasuk
pengusaha ikan asin dan industri yang menggunakan garam sebagai bahan
bakunya.
Dalam konteks ini, pemerintah mengindikasikan akan kembali membuka keran
impor garam untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi akibat target
produksi garam 2016 tidak tercapai. Namun demikian, Direktur Eksekutif
Pusat Kajian Maritim, Abdul Halim mendesak pemerintah tidak hanya
berpikir jangka pendek dalam mengatasi kelangkaan garam ini.
(tirto.id - abd/nqm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar