Kabar baik datang dari
Washington DC, Amerika Serikat. Pada 11 Mei 2017 lalu, Susi
Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia meraih
penghargaan bergengsi dalam bidang maritim dunia. Susi, demikian beliau
biasa disapa meraih penghargaan Peter Benchley Ocean Awards atas visi
dan kebijakannya dalam pembangunan ekonomi dan konservasi laut di
Indonesia.
Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang membanggakan, melihat bahwa kinerjanya dalam dunia kelautan di Indonesia mendapat apresiasi yang luar biasa di mata dunia. Apalagi, Peter Benchley Ocean Awards merupakan penghargaan maritim tertinggi di dunia yang bersifat unik, sebab penghargaan yang diberikan oleh mereka adalah kepada tokoh – tokoh lintas golongan yang dianggap mempunyai pengaruh besar dalam penyelamatan laut dunia. Tak heran jika penerima hadiah ini sebelumnya cukup bervariasi mulai dari presiden dan menteri, hingga aktivis, penjelajah, penyelam, jurnalis foto hingga sutradara film dan media.
Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang membanggakan, melihat bahwa kinerjanya dalam dunia kelautan di Indonesia mendapat apresiasi yang luar biasa di mata dunia. Apalagi, Peter Benchley Ocean Awards merupakan penghargaan maritim tertinggi di dunia yang bersifat unik, sebab penghargaan yang diberikan oleh mereka adalah kepada tokoh – tokoh lintas golongan yang dianggap mempunyai pengaruh besar dalam penyelamatan laut dunia. Tak heran jika penerima hadiah ini sebelumnya cukup bervariasi mulai dari presiden dan menteri, hingga aktivis, penjelajah, penyelam, jurnalis foto hingga sutradara film dan media.
Kebijakan
– kebijakan Susi dalam pengelolaan laut Indonesia kerap menjadi buah
bibir hingga ke kancah dunia. Meski ketegasannya itu terkadang dianggap
kontroversial oleh sebagian pihak, terbukti bahwa Susi mampu
mengembalikan kejayaan laut Indonesia dan mampu mensejahterakan para
nelayan negeri ini. kebijakan – kebijakannya seperti kebijakan
penenggelaman kapal asing yang menangkap ikan di wilayah Indonesia,
kebijakan yang melarang penangkapan lobster/kepiting dan rajungan,
kebijakan yang melarang penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan
pukat tarik, dan sebagainya kerap dianggap terlalu nekat.
Namun, hasilnya kini bisa dinikmati. Cadangan ikan yang kini bisa ditangkap misalnya, meningkat pesat dari 6,5 juta ton pada tahun 2014 kini menjadi 9,9 juta ton; ini belum termasuk jenis-jenis ikan yang selama 10-15 tahun terakhir menghilang, yang kini sudah mulai banyak lagi. Karena itu, tidak mengehrankan bila ia didapuk sebagai pemegang kunci kebijakan maritim Indonesia, lalu kemudian didaulat untuk menerima penghargaan tersebut.
Namun, hasilnya kini bisa dinikmati. Cadangan ikan yang kini bisa ditangkap misalnya, meningkat pesat dari 6,5 juta ton pada tahun 2014 kini menjadi 9,9 juta ton; ini belum termasuk jenis-jenis ikan yang selama 10-15 tahun terakhir menghilang, yang kini sudah mulai banyak lagi. Karena itu, tidak mengehrankan bila ia didapuk sebagai pemegang kunci kebijakan maritim Indonesia, lalu kemudian didaulat untuk menerima penghargaan tersebut.
Ia juga menambahkan, bahwa peran serta Presiden Joko Widodo dalam mendukung kebijakannya menjadi salah satu faktor yang mendukung keberhasilan tersebut. ditengah berbagai tekanan politik yang ada, presiden cukup memahami setiap kebijakan yang Susi lakukan. Sebab sejatinya, semua berujung baik pada keselamatan dan keberlangsungan maritim Indonesia serta kesejahteraan para nelayan.
Selain Susi Pudjiastuti, terdapat beberapa tokoh lainnya yang meraih Peter Benchley Ocean Awards. Susi sendiri meraih awards tersebut dalam kategori kepemimpinan, sementara tokoh – tokoh lainnya meraih penghargaan dalam ketegori sains, kinerja kelautan berkelanjutan, kebijakan publik, media, solusi, remaja, hingga pahlawan kelautan. Dalam diskusi yang berlangsung di sela – sela acara pemberian penghargaan tersebut, Susi memaparkan tentnag bagaimana ia membuat, menerapkan dan berlaku tergas dalam pengelolaan setiap kebijakan yang ia buat. “Tentu saja sensasi tentang saya yang ada di media adalah oh dia menenggelamkan lagi kapal-kapal nelayan asing, atau oh dia mengeluarkan kebijakan baru. Tetapi kebijakan itu dibuat bukan tanpa pemikiran mendalam dan target. Buktinya hasil yang dicapai memang luar biasa. Tahukah Anda bahwa di balik biaya menenggelamkan sekitar 360 kapal asing yang mencapai enam juta dolar itu, kami bisa meningkatkan tangkapan ikan dan pendapatan nelayan-nelayan kami? Bahkan ikan-ikan yang selama ini menghilang, sekarang ada lagi. Juga dampak kebijakan-kebijakan lain,” jelasnya.
Susi
sendiri oleh beberapa peraih penghargaan Peter Benchley juga dipuji
atas pengaruhnya yang luar biasa dalam mengangkat dan menyelesaikan isu –
isu kelautan.
“Saya kira ia adalah salah seorang pemimpin terbaik dalam bidang kelautan dan perikanan di dunia, dalam hal mencapai hasil. Ia benar-benar langsung menyelesaikan isu-isu utama seperti penangkapan ikan secara illegal. Tetapi tidak itu saja, ia juga punya perspektif berskala dunia. Ini baik karena jika kita bicara kelautan, sebenarnya hanya ada satu laut. Laut kita! Laut ini saling berhubungan. Jadi jika Indonesia menyelesaikan masalah di wilayahnya, sebenarnya itu tidak saja membantu Indonesia, tetapi juga dunia. Susi memiliki perspektif regional dan global,” kata Dr. Ussif Rashid Sumaila dari Universitas British Columbia.
“Saya kira ia adalah salah seorang pemimpin terbaik dalam bidang kelautan dan perikanan di dunia, dalam hal mencapai hasil. Ia benar-benar langsung menyelesaikan isu-isu utama seperti penangkapan ikan secara illegal. Tetapi tidak itu saja, ia juga punya perspektif berskala dunia. Ini baik karena jika kita bicara kelautan, sebenarnya hanya ada satu laut. Laut kita! Laut ini saling berhubungan. Jadi jika Indonesia menyelesaikan masalah di wilayahnya, sebenarnya itu tidak saja membantu Indonesia, tetapi juga dunia. Susi memiliki perspektif regional dan global,” kata Dr. Ussif Rashid Sumaila dari Universitas British Columbia.
Sumber: voaindonesia.com
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/05/13/menteri-susi-raih-penghargaan-maritim-tertinggi-dunia-selamat?utm_campaign=share-gnfi&utm_source=Whatsapp&utm_medium=social&utm_content=Whatsapp-T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar