Tajuk.co JEMBRANA — Sudah banyak
peristiwa gelombang pasang atau tsunami yang menghancurkan beberapa
wilayah Indonesia. Sebut saja, pada 1977 tsunami menghancurkan Sumba,
lalu 1992 terjadi di wilayah Flores.
Dua tahun kemudian 1994 tsunami melanda beberapa wilayah pesisir
Banyuwangi. Dan yang terbesar di dunia, yakni pada 2004 meluluhlantakkan
Meulaboh dan sebagian Banda Aceh.
Menurut data Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
setidaknya ada 28 wilayah di Indonesia yang rawan terhadap tsunami.
Daerah-daerah itu diantaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Selatan, Jawa Timur, Selatan,
Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Maluku, dan Papua. Lalu sebetulnya apa yang harus dipersiapkan
daerah-daerah rawan tersebut?
Pada umumnya, sebelum terjadi tsunami, ada tanda-tanda lingkungan
yang biasa muncul. Diantaranya adalah gempa yang berlangsung lama,
diikuti oleh laut surut yang tak wajar, bau menyengat garam lebih pekat
dari kawasan laut, bahkan sering pula suara gemuruh laut. Bila
tanda-tanda itu tampak atau terasa, segeralah pergi menyelamatkan diri
ke daerah tinggi.
Namun untuk mengatasi tsunami, sebenarnya ada langkah yang paling
jitu, yakni menanam bakau di pantai. Kumpulan bakau dalam hutan mangrove
berfungsi memecah laju gelombang agar tidak meluncur jauh ke dalam dari
bibir pantai.
Greenbelt atau kawasan hutan mangrove, telah banyak diterapkan di
Jepang. Greenbelt diketahui cukup efektif. Di Jepang, daerah tepi
pantainya dilindungi Greenbelt. Sayangnya, di Indonesia, keberadaan
hutan mangrove jauh diabaikan.
Dari sekitar 3 juta hektar mangrove, 600 ribu hektar diantaranya
sangat memprihatinkan. Kalau saja kita bisa mengantisipasi masa depan
untuk melestarikan mangrove sebelum 2004, mungkin bencana 26 Desember
2004 di Aceh dan sebagian Sumatera Utara tidak akan menelan banyak
korban jiwa dan materi.
“Kami telah melakukan penelitian lanjutan, dimana mangrove memang
diketahui sebagai tsunami blocker. Mulai sekarang, perhatian kita
terhadap lingkungan pesisir harus ditingkatkan,” kata Kepala SEACORM
Bali Frida Sidik beberapa waktu lalu.
Selain menghadapi tsunami, hutan mangrove juga dapat digunakan untuk
mencegah abrasi. Tapi sayang, dalam beberapa tahun terakhir, mangrove
telah dieksploitir. Kayunya yang digunakan sebagai arang dan lahan
mangrove dikonversi jadi tambak.(ANG)
http://tajuk.co/2013/04/mangrove-dijadikan-tambak-indonesia-bunuh-diri-massal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar