23 April, 2013

Mangrove Dijadikan Tambak, Indonesia Bunuh Diri Massal

Tsunami besar. Foto: http://esl-bits.net/
Tajuk.co JEMBRANA — Sudah banyak peristiwa gelombang pasang atau tsunami yang menghancurkan beberapa wilayah Indonesia. Sebut saja, pada 1977 tsunami menghancurkan Sumba, lalu 1992 terjadi di wilayah Flores.

Dua tahun kemudian 1994 tsunami melanda beberapa wilayah pesisir Banyuwangi. Dan yang terbesar di dunia, yakni pada 2004 meluluhlantakkan Meulaboh dan sebagian Banda Aceh.
Menurut data Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi setidaknya ada 28 wilayah di Indonesia yang rawan terhadap tsunami. Daerah-daerah itu diantaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Selatan, Jawa Timur, Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua. Lalu sebetulnya apa yang harus dipersiapkan daerah-daerah rawan tersebut?
 
Pada umumnya, sebelum terjadi tsunami, ada tanda-tanda lingkungan yang biasa muncul. Diantaranya adalah gempa yang berlangsung lama, diikuti oleh laut surut yang tak wajar, bau menyengat garam lebih pekat dari kawasan laut, bahkan sering pula suara gemuruh laut. Bila tanda-tanda itu tampak atau terasa, segeralah pergi menyelamatkan diri ke daerah tinggi.

Namun untuk mengatasi tsunami, sebenarnya ada langkah yang paling jitu, yakni menanam bakau di pantai. Kumpulan bakau dalam hutan mangrove berfungsi memecah laju gelombang agar tidak meluncur jauh ke dalam dari bibir pantai.

Greenbelt atau kawasan hutan mangrove, telah banyak diterapkan di Jepang. Greenbelt diketahui cukup efektif. Di Jepang, daerah tepi pantainya dilindungi Greenbelt. Sayangnya, di Indonesia, keberadaan hutan mangrove jauh diabaikan.
 
Dari sekitar 3 juta hektar mangrove, 600 ribu hektar diantaranya sangat memprihatinkan. Kalau saja kita bisa mengantisipasi masa depan untuk melestarikan mangrove sebelum 2004, mungkin bencana 26 Desember 2004 di Aceh dan sebagian Sumatera Utara tidak akan menelan banyak korban jiwa dan materi.
“Kami telah melakukan penelitian lanjutan, dimana mangrove memang diketahui sebagai tsunami blocker. Mulai sekarang, perhatian kita terhadap lingkungan pesisir harus ditingkatkan,” kata Kepala SEACORM Bali Frida Sidik beberapa waktu lalu.

Selain menghadapi tsunami, hutan mangrove juga dapat digunakan untuk mencegah abrasi. Tapi sayang, dalam beberapa tahun terakhir, mangrove telah dieksploitir. Kayunya yang digunakan sebagai arang dan lahan mangrove dikonversi jadi tambak.(ANG)

http://tajuk.co/2013/04/mangrove-dijadikan-tambak-indonesia-bunuh-diri-massal/ 

Tidak ada komentar: