Populasi ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) di alam sudah sangat langka. Bahkan sudah masuk daftar merah (red list). |
Meski belum masuk daftar CITES, ikan kerapu raja sunu sudah jauh
lebih langka dibanding ikan napoleon yang sudah masuk CITES. Padahal,
ikan kerapu raja sunu termasuk salah satu jenis kerapu bernilai ekonomis
tinggi di pasar Asia.
Sebagai upaya melindungi populasinya di alam, pemenuhan kebutuhan
pasar dan diversifikasi usaha budi daya ikan kerapu perlu segera
dilakukan. Sayangnya usaha tersebut masih terkendala pada langkanya
benih alam.
Beruntung, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL), Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP),
Kementerian Kelautan dan Perikanan, berhasil memproduksi benih ikan
kerapu sunu secara massal. Keberhasilan pembenihan ikan kerapu raja sunu
itu merupakan yang pertama di Indonesia bahkan di dunia.
“Penelitian domestikasi dan pematangan induk ikan kerapu raja sunu
telah dilakukan sejak 2009. Satu tahun kemudian, tim peneliti berhasil
memijahkan induknya serta memelihara larvanya. Selanjutnya pada 2011
telah berhasil memproduksi benih secara massal,” ungkap Dr Tri Heru
Prihadi MSc, Kepala BBRPBL, Balitbang KP kepada Majalah Sains Indonesia
beberapa waktu lalu.
Menurutnya, saat ini BBRPBL mempunyai stok induk sebanyak 50 ekor
(F0), calon induk (F1) sebanyak 200 ekor, dan benih ukuran 4– 5 cm
sekitar 1.000 ekor. Keberhasilan produksi benih secara massal tersebut
diharapkan dapat membuka peluang berkembangnya usaha budi daya ikan
kerapu raja sunu.
Induk ikan kerapu raja sunu yang dikumpulkan merupakan hasil
tangkapan nelayan dari ekosistem alami di Perairan Bali, Jawa Timur,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Induk-induk tersebut
dipelihara di Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 3x3x3 m dengan
kepadatan 50 ekor per KJA.
Induk betina yang dapat digunakan berukuran berat 3-7 kg dan panjang
55-70 cm, sedangkan jantan berukuran berat 7-9 kg dan panjang 70-80 cm.
Seleksi induk dilakukan dengan pengukuran panjang dan berat tubuh serta
kematangan gonad (oocyt) pada saat bulan gelap (bulan baru).
Pengamatan kematangan gonad induk betina dilakukan dengan pengambilan
sampel isi gonad dengan cara kanulasi. Sampel isi gonad yang didapat
diperiksa di mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer untuk
membedakan jenis kelamin ikan, serta pengukuran diameter telur dalam
gonad pada induk betina.
Artikel selengkapnya bisa anda baca di Majalah SAINS Indonesia Edisi 09
http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=270:kerapu-raja-sunu-sudah-langka&catid=30&Itemid=135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar