Ikan tor soro (Tor soro, Valenciennes) berpotensi menjadi kandidat baru untuk budidaya. |
Ikan hasil domestikasi, yang biasa dikenal dengan ikan batak itu,
merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai budaya dan nilai
ekonomis penting, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat dan Sumatera
Utara. Di Danau Toba, selain tor soro, tiga jenis ikan lain, yaitu
Neolissochilus thienemanni, Neolissochilus sumatranus, dan
Neolissochilus longipinis juga dikenal sebagai ikan batak.
Ikan batak mempunyai ukuran relatif besar. Keberadaannya tersebar di
Sumatera dan Jawa, antara lain di Kabupaten Kuningan, Sumedang, hingga
dan Kediri. Di Kabupaten Kuningan, ikan tersebut dipelihara di beberapa
kolam tua dengan sumber air yang cukup dan dianggap keramat. Masyarakat
sekitar menyebutnya ikan dewa.
Ikan batak dan sejenisnya belum dapat dibudidayakan secara intensif
karena pasokan benih masih mengandalkan hasil pemijahan di alam.
Padahal, populasinya di alam menurun dan cenderung langka, sehingga
dikhawatirkan punah. Masalah yang dihadapi dalam pembenihan untuk
jenis-jenis ikan perairan umum adalah kesulitan mendapatkan induk yang
matang kelamin dengan kualitas telur yang baik.
Padahal, tor soro memiliki beberapa keunggulan, di antaranya memiliki
tekstur dan cita rasa daging yang enak, dapat dibudidayakan di lokasi
beriklim dingin, mudah dibudidayakan, dapat dipelihara pada sistem
budidaya air deras, memiliki umur induk produktif yang panjang, dan
dapat beradaptasi pada lingkungan perairan budidaya seperti kolam, waduk
dan perairan umum lainnya. Termasuk mempunyai arti penting dalam
kearifan lokal dibeberapa daerah di Indonesia. Selain itu, ikan tor soro
juga bernilai komersial tinggi, antara Rp 150.000 – 170.000/kilogram.
Bahkan harganya bisa mencapai hingga Rp 1.200.000/kg.
http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=188:ikan-batak&catid=30&Itemid=135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar