Para
peneliti kelautan dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat, NASA,
berupaya mengungkap hubungan antara tingkat keasinan air laut dan
perubahan iklim.
Para peneliti kelautan di NASA meyakini, lautan menyimpan tanda
perubahan iklim yang lebih lengkap dibanding daratan dan menunjukkannya
melalui data konsentrasi garam di permukaan air laut.
Para peneliti telah mencatat tingkat keasinan air laut sejak 50 tahun
yang lalu. Mereka menyatakan telah menemukan bukti semakin cepatnya
siklus air di laut.
Air laut di wilayah yang mengalami peningkatan intensitas penguapan
(evaporasi) dan penurunan curah hujan, akan cenderung menjadi semakin
asin. Sementara air laut di lokasi yang sering terjadi hujan, cenderung
lebih segar atau memiliki kandungan garam yang lebih sedikit.
Siklus air laut yang semakin cepat, akan semakin memparah kondisi
kekeringan dan banjir di seluruh dunia, walau ada prediksi yang
menyatakan tidak akan terjadi banyak perubahan pada siklus iklim.
Untuk membuktikan hal itu, NASA mensponsori ekspedisi ke wilayah
dengan kandungan garam tertinggi di Samudra Atlantik Utara melalui
program Salinity Processes in the Upper Ocean Regional Study (SPURS).
Ekspedisi ini bertujuan memeroleh gambar 3-Dimensi fluktuasi
kandungan garam di permukaan air laut dan bagaimana variasi ini
memengaruhi pola hujan di seluruh permukaan bumi.
Ekspedisi pertama diberangkatkan minggu lalu (Kamis, 6 September)
dengan target menyerap semua informasi di wilayah-wilayah laut yang
memiliki tingkat kandungan garam yang tinggi.
Ekspedisi SPURS yang kedua akan dilakukan pada 2015 dengan meneliti
wilayah dengan kandungan garam rendah yang terletak di muara sungai –
dimana terjadi pertemuan air tawar dan air laut – dan di wilayah
katulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi.
Laporan lengkap NASA bisa diakses di tautan berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar