04 November, 2008

Jangan Jadikan Pesisir Jawa Jamban Industri Migas

Perairan Kepulauan Seribu DKI Jakarta tercemar lagi. Minyak mentah
setebal hingga 20 cm menggenangi pantai dan mengepung pulau-pulau
sekitarnya. Kejadian yang sama terjadi di Indramayu, tahun ini terjadi 2
kali perairan laut di Indramayu ditutupi minyak mentah dari Kilang
Balongan pada 14 September dan 3 Oktober 2008. 28 Oktober lalu, Kilang
Balongan meledak dan menyebabkan 3 pekerjanya terluka.

Di kepulauan Seribu, Kamis lalu (16/10), minyak mentah setebal hingga 20
cm menggenangi pantai dan dan mengepung Pulau tikus, Pulau Burung dan
Pulau Payung. Padahal ada 179 Kepala Keluarga menghuni Pulau Pari dan
Pulau Payung. Anehnya, tak diketahui darimana tumpahan minyak ini
berasal. CNOOC, perusahaan migas dari Cina yang menambang di sekitar
kawasan tersebut, membantah minyak tersebut berasal dari kilangnya.

Bantahan-bantahan serupa telah disampaikan berulang-ulang, sejak tahun
2003. Sejak perairan Kepulauan Seribu langganan tumpahan minyak.
Tercatat, lebih 7 kali terjadi pencemaran minyak, dimana 4 diantaranya
terjadi sepanjang 2003 hingga 2004. Dan empat tahun terakhir, ada 78
pulau di kawasan ini tercemar tumpahan minyak. Kawasan ini adalah
kawasan pengeran dan juga jalur lalu lalang kapal pengangkut minyak,
perusahaan transnasional seperti CNOOC dari China dan BP Java West dari
Inggris. Anehnya bagaikan hantu, jejak pencemaran ini tak pernah bisa
diungkap.

Pada pencemaran Desember 2003, Penyidik Pengawai Negeri Sipil Lingkungan
Hidup (PPNSLH) telah memproses berkas perkara kasus ini. Bahkan telah
pula ditetapkan tersangka pelaku pencemaran. Namun bagai menyidik hantu,
berkas tersebut tidak pernah sampai ke pengadilan dan diproses secara hukum.

Bagaimana di Indramayu? Sejak beroperasi Kilang Balongan berulangkali
mencemari laut dan pesisir pantai Indramayu. Tak kurang sejak tahun 1997
sudah 8 kali pencemaran terjadi baik dari pipa crude oil maupun IPAL.
Bahkan, pada tahun 2005, akibat kebocoran IPAL tak kurang 70-an orang
harus dirawat inap karena IPAL yang bocor.

Kebocoran terakhir kali terjadi akibat bocornya Pipa baru SBM 130,
pengangkut minyak mentah. Akibatnya sejumlah tambak dan kawasan
rangkapan nelayan kecil tercemar. Sebelumnya pipa SBM 150 yang telah
berusia 36 tahun kembali bocor yang menggenangi laut dan pesisir pantai
sejauh 15 kilometer.

Seperti biasa, upaya yang dilakukan oleh Pertamina dan pemerintah ala
kadarnya, hanya membersihkan sebaran minyak mentah secara manual oleh
warga sekitarnya. Padahal masalah utama seringnya perairan Indramayu
tercemar karena pipa tua sepanjang 5 mil yang kerap bocor, pipa SBM 130
yang belum lama dipasang juga bocor.

“JATAM mempertanyakan keamanan industri migas di kawasan padat huni dan
pesisir sekitar Pulau Jawa, yang berkali-kali mengalami kecelakaan dan
pencemaran minyak. Pemerintah perlu segera melakukan audit keamanan
kegiatan industri migas di daratan dan perairan Pulau Jawa yang padat
penduduk”, ujar Siti Maemunah, Koordinator Nasional JATAM, menanggapi
situasi di atas.

“Pesisir Jawa diperlakukan bagai Jamban. Kinerja Menteri ESDM dan
Menteri LH kabinet SBY-JK sedemikian buruknya hingga tak mampu mengurus
kecelakaan migas dan pencemaran berulang – di tempat yang sama. Tak ada
pelaku diseret ke pengadilan, tak ada perbaikan kebijakan yang bisa
mencegah pencemaran, apalagi memulihkan kawasan dan penduduk yang
terkena pencemaran”, tambahnya.

Tidak ada komentar: