14 Juli, 2019

8.600 Ton Garam Petambak Tak Laku, Harga Turun jadi Rp 300 per Kg


Petani Garam di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandang Haur, Pantura, Jawa Barat, Senin (22/8). Harga garam dipasaran mengalami penurunan dari Rp 700 per kilogram menjadi Rp 500 per kilogram. Penurunan harga dikarenakan impor garam dari India dan Australia. TEMPO/Subekti
Petani Garam di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandang Haur, Pantura, Jawa Barat, Senin (22/8). Harga garam dipasaran mengalami penurunan dari Rp 700 per kilogram menjadi Rp 500 per kilogram. Penurunan harga dikarenakan impor garam dari India dan Australia. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Indramayu - Sebanyak 8.600 ton garam hingga kini masih tersimpan di sejumlah gudang di Kabupaten Indramayu.  Padahal tahun sebelumnya, tidak ada petambak yang memiliki stok garam di gudang seperti saat ini.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, menjelaskan ribuan ton garam itu belum terjual di Kabupaten Indramayu. “Garam tersebut tersimpan di sejumlah gudang milik petambak garam,” katanya, Kamis, 11 Juli 2019.
Di bulan yang sama tahun sebelumnya, kata Edi, petambak tidak memiliki stok garam di gudang mereka. “Karena perusahaan-perusahaan besar biasanya sudah melakukan penyerapan garam dari petambak,” ucapnya.
Edi mengaku hingga kini belum mengetahui mengapa perusahaan-perusahaan besar tersebut belum menyerap garam lokal yang ada di Indramayu. “Kami juga terus berupaya agar stok garam yang ada saat ini bisa segera dilepas,” katanya. Ia berharap pekan depan, garam-garam tersebut bisa segera terserap.
Akibat stok berlebih itu, harga garam saat ini turun drastis atau berada di kisaran Rp 300 hingga Rp 400 per kilogramnya. Dengan harga tersebut, menurut Edi sangat sulit bagi petambak garam untuk mengambil keuntungan.
“Karena mereka juga harus mengeluarkan ongkos distribusi garam sebelum dijual,” kata Edi. Petambak garam baru bisa bernafas lega jika harga garam berada di atas Rp 500 per kilogram. “Lebih bagus lagi kalau harganya Rp 1.000 ke atas,” ucapnya.

Edi menjelaskan, pemerintah tidak menutup mata terkait anjloknya harga garam petambak. Bantuan demi bantuan juga tela mereka salurkan kepada petambak garam dengan maksud untuk meningkatkan kualitas produksi garam mereka.
Bahkan, menurut Edi, hasilnya sudah bisa terlihat. “Dulu, satu hektare lahan hanya menghasilkan 60 ton saja, tapi sekarang sudah bisa mencapai 117 ton,” katanya.

Kualitas garam yang dihasilkan petambak lokal juga sudah bisa menyaingi garam impor dan terbukti telah diserap untuk keperluan industri. Tahun lalu produksi garam Indramayu mencapai 335 ribu ton. 
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengomentari ihwal harga garam yang anjlok di tingkat petani. Menurut dia, hal itu karena impor garam yang terlalu besar.

"Persoalan harga jatuh itu adalah impor terlalu banyak dan bocor. Titik. Itu persoalannya," kata Susi saat memaparkan pencapaian program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan semester I di kantornya, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019.

Menurut Susi, kalau impor garam di bawah 3 juta ton seperti sebelum-sebelumnya, harga di petani bisa Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram. "Persoalannya impor terlalu banyak dan itu bocor."



Harga Garam Anjlok, Susi Pudjiastuti: Karena Terlalu Banyak Impor


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersiap memberikan konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 30 April 2019. Susi Pudjiastuti menegaskan kapal ikan Vietnam yang ditangkap TNI AL di Laut Natuna Utara, Sabtu (27/4/2019) lalu telah melanggar wilayah laut Indonesia. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersiap memberikan konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 30 April 2019. Susi Pudjiastuti menegaskan kapal ikan Vietnam yang ditangkap TNI AL di Laut Natuna Utara, Sabtu (27/4/2019) lalu telah melanggar wilayah laut Indonesia. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengomentari ihwal harga garam yang anjlok di tingkat petani. Menurut dia, hal itu karena impor garam yang terlalu besar.

"Persoalan harga jatuh itu adalah impor terlalu banyak dan bocor. Titik. Itu persoalannya," kata Susi saat memaparkan pencapaian program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan semester I di kantornya, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019.

Menurut Susi, kalau impor garam di bawah 3 juta ton seperti sebelum-sebelumnya, harga di petani bisa Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram. "Persoalannya impor terlalu banyak dan itu bocor."
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan seharusnya ada mekanisme monitor dan evaluasi oleh Kementerian Perindustrian soal impor garam. "Kalau yang disampaikan ibu(Susi) bocor, ketika masyarakat melihat itu bisa dilaporkan ke kita untuk kami laporkan ke satgas pangan," kata dia.

Brahmantya mengatakan, bisa saja garam industri bocor ke pasar, namun KPP belum menerima laporan soal itu. Ia juga meminta Kementerian Perindustrian menjaga data real stock melalui sampling dengan Badan Pusat Statistik.
"Rekomendasi impor oleh perindustrian(Kemenperin) kepada perdagangan (Kemendag) tanpa melihat stoknya on hand-nya berapa, cuma dari surat Industri yang butuh garam. ini kan rawan," kata Brahmantya.
Lebih jauh, Brahmantya mengatakan sebelumnya saat KKP juga harus memberikan rekomendasi impor garam, selalu mencatat jumlah garam rakyat di 23 kabupaten per minggu dan per hari. Saat ini, rekomendasi impor sudah tidak lagi melalui KKP.
ADVERTISEMENT
Dalam rapat sebelumnya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian sebelumnya berjanji akan menyerap garam sebanyak 1,2 juta ton, namun realisasi baru sampai 950 ribu ton.

Sebelumnya, petani garam yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku sangat merugi pada musim panen kali ini, karena hasil produksi mereka hanya dihargai Rp 300 per kilogram. Petani merugi karena harga garam milik mereka terus anjlok, bahkan saat ini yang baru masuk musim panen harganya Rp 300 per kilogram.


Menteri Luhut Janji Usut Penyebab Anjloknya Harga Garam Petani


Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto/TEMPO/Subekti dan Tony Hartawan
Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto/TEMPO/Subekti dan Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berjanji untuk segera mencari tahu penyebab anjloknya harga garam di tingkat petambak. Hingga kini, ia masih belum tahu persis apa yang menyebabkan harga merosot pada musim panen ini.

"Kami sedang melihat itu apakah karena impor atau karena apa, saya belum tahu," ujar Luhut, Rabu malam, 10 Juli 2019.
Secara kualitas, tutur Luhut, kualitas garam yang diproduksi produsen domestik sebenarnya sudah meningkat. Salah satunya dengan ada produksi garam industri. Ia pun menyebut kualitas garam konsumsi produksi lokal pun sudah bagus.

Sebelumnya, petani garam yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku sangat merugi pada musim panen kali ini, karena hasil produksi mereka hanya dihargai Rp 300 per kilogram. Petani merugi karena harga garam milik mereka terus anjlok, bahkan saat ini yang baru masuk musim panen harganya Rp 300 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Persoalan anjloknya harga garam ini juga sempat dikomentari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Pekan lalu, Susi menyebut turunnya harga garam disebabkan oleh impor garam yang terlalu besar.

"Persoalan harga jatuh itu adalah impor terlalu banyak dan bocor. Titik. Itu persoalannya," kata Susi saat memaparkan pencapaian program-program Kementerian Kelautan dan Perikanan semester I di kantornya, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019.
Menurut Susi, kalau impor garam di bawah 3 juta ton seperti sebelum-sebelumnya, harga di petani bisa Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram. "Persoalannya impor terlalu banyak dan itu bocor."
Adapun Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan seharusnya ada mekanisme monitor dan evaluasi oleh Kementerian Perindustrian soal impor garam. "Kalau yang disampaikan ibu(Susi) bocor, ketika masyarakat melihat itu bisa dilaporkan ke kita untuk kami laporkan ke satgas pangan," kata dia.

Brahmantya mengatakan, bisa saja garam industri bocor ke pasar, namun KPP belum menerima laporan soal itu. Ia juga meminta Kementerian Perindustrian menjaga data real stock melalui sampling dengan Badan Pusat Statistik.
"Rekomendasi impor oleh perindustrian(Kemenperin) kepada perdagangan (Kemendag) tanpa melihat stoknya on hand-nya berapa, cuma dari surat Industri yang butuh garam. ini kan rawan," kata Brahmantya.




 
Untuk kebutuhan Air Minum yang menyehatkan  coba konsumsi Air Izaura Air yang terbukti dapat membantu proses penyembuhan Kegemukan, Migran, Alergi, Sakit Maag, ASam Urat, Nyeri Sendi, Sambelit, Sakit Pinggang, Osteiporosis, Reumatk, Kanker, Vertigo, Ashma, Brinchitis, Darah Tinggi, Kencing Batu, Kolestrol, DIABetes, Jantung, Darah Rendah, Jerawat', WAsir dan Batu Ginzal. Dan menghilangkan racun dalam tubuh.
Mau Sehat dan Menyehatkan Minum Air Izaura
 Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan dengan Modal 350 ribu s.d 500 ribu.
Berminat Hub Mukhtar, A.Pi  HP. 081342791003 


Cari Kos Kosan di Kota Kendari ini tempat 
 Kos Putri Salsabilla Kendari
 Hub 081342791003

Menerima pesanan Kanopi, Pagar Besi, Jendela
 dengan Harga Murah dengan Sistim Panggilan.

Berminat Hub 081342791003 

Miliki Kavling tanah di Pusat Pemerintahan Kabupaten Bima di 
GRIYA GODO PERMAI
Investasi Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1 Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya + 500 Meter.
Berminat Hub 081342791003 


Tidak ada komentar: