Pada akhir Maret tahun 2018 terjadi sebuah bencana alam di
Balikpapan yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana ini memberikan
dampak bagi ekosistem laut di Balikpapan. Apa pasal? Sebuah pipa milik
Pertamina yang ditanam dibawah laut ini kemudian bocor dan menimbulkan
dampak yang tidak main-main. Berdasarkan pantauan satelit, sekitar 12,
987,2ribu hektar kawasan laut di Balikpapan tercemar. Hampir 13 ribu
hektare yang terkena dampaknya.
Darimana Sumber Minyak?
Dari beberapa sumber, diketahui bahwa jenis minyak yang tumpah merupakan minyak mentah (crude oil)
yang diambil dari Terminal Lawe-lawe. Pipa yang menyambungkan antara
terminal dari fasilitas refinery inilah yang patah dan membuat minyak
mentah mencemari lautan.
Patahan pipa milik Pertamina ini membuat perusahaan BUMN ini
kehilangan sekitar 200.000 barel / hari. Bisa dibayangkan sebesar apa
dampak yang dihasilkan ketika tumpahan minyak ini semakin meluas.
Walaupun menurut berita pipa yang patah sudah berhasil disambung,
sudah tak terhitung jumlah kerusakan ekosistem yang dihasilkan. Karena
sebaran minyak yang semakin meluas dikarenakan arus dan angin, membuat
kerusakan ekosistem semakin tak bisa dihindari.
Tumpahan Minyak Berbahaya Bagi Ekosistem Laut
Dengan adanya tumpahan minyak yang tak seharusnya berada di dalam
ekosistem membuat kekacauan. Ekosistem mangrove dan ekosistem bentik
zona intertidal menjadi rusak serta biota laut yang berasosiasi dengan
didalamnya. Tak hanya itu, mangrove yang selama ini hidup di dekat
pesisir pantai Balikpapan ada kemungkinan besar akan mati karena tak
bisa menghirup oksigen semestinya. Selain itu ekosistem seperti terumbu
karang yang terletak di pinggiran pantai bisa terkena dampak yang paling
signifikan. Karena terumbu karang membutuhkan sinar matahari dalam
proses fotosintesis untuk perkembangan si terumbu. Jika tumpahan minyak
menutupi permukaan laut, dipastikan terumbu karang akan mati.
Tak hanya ekosistem mangrove dan terumbu karang, para ikan-ikan pun
akan mati kehabisan oksigen. Karena adanya minyak yang menutupi
permukaan laut, hal ini menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut
(dissolved oxygen) yang membuat suplasi oksigen akan terganggu dan
menyebabkan kematian ikan yang masif. Hewan-hewan yang secara tak
sengaja menghirup minyak dan masuk ke dalam alat pernafasannya bisa
membuat mereka mengalami kematian. Hal ini dikarenakan alat
pernafasannya tertutup oleh lapisan minyak sehingga hewan-hewan tak bisa
bernafas dengan baik, misalnya insang pada ikan, paru-paru pada mamalia
dan juga lapisan kulit pada biota tingkat rendah.
Hal ini sudah dibuktikan dengan beberapa individu hewan yang
ditemukan mati karena terpapar tumpahan minyak. Pada tanggal 1 April
yang lalu, seekor pesut ditemukan mati dengan keadaan tubuh berwarna
pekat. Padahal hewan yang menjadi primadona Kalimantan termasuk dalam
kategori hampir punah (endangered) dari list IUCN. Tak hanya pesut,
hewan-hewan lainnya pun terkena dampak dari adanya tumpahan minyak ini.
Tak ayal cemaran laut sangat berdampak pada ikan dan burung-burung.
Untuk jangka pendek, tumpahan minyak dapat berakibat pada menurunnya
wisata bahari dan juga menurunnya tingkat produktivitas untuk perikanan.
Tak hanya itu pula, minyak yang ditelan oleh ikan dan ditangkap oleh
nelayan berpotensi memiliki sifat karsinogenik pada tubuh manusia. Jadi
serem deh makan ikan.. hiks.
Dalam menanggulangi tumpahan minyak yang terjadi, dibutuhkan
penanganan yang cepat dari berbagai pihak. Sejak tahun 1975 sudah ada
beberapa kali kejadian tumpahan minyak ke laut dan sepertinya Indonesia
masih belum belajar. Dibutuhkan tindakan preventif untuk menanggulangi
kejadian seperti ini.
Penanggulangan Minyak Tumpah
Ketika minyak mencapai garis pantai, upaya yang besar mungkin
diperlukan untuk membersihkan area yang terkena dampak. Oleh karena itu
penting bahwa pengaturan yang komprehensif untuk pembersihan garis
pantai yang terkena minyak . Teknik yang tersedia untuk pembersihan
garis pantai relatif mudah dan biasanya tidak memerlukan peralatan
khusus. Namun, teknik yang tidak tepat dan organisasi yang buruk dapat
memperburuk dampak yang ditimbulkan oleh minyak itu sendiri.
Menurut sumber : http://www.itopf.com,
pembersihan minyak yang tumpah dan berada di garis pantai harus
secepatnya dilakukan. Hal ini dikarenakan seiring dengan waktu, minyak
akan menempel lebih kuat ke batu dan dinding serta kemungkinan tercampur
dan terkubur di dalam sedimen semakin tinggi.
Operasi pembersihan pantai dibagi dalam tiga tahapan yaitu :
- minyak secepatnya diangkut untuk mencegah persebaran yang lebih luas
- pengangkutan material garis pantai yang telah tercemar
- pembersihan akhir dari kontaminasi ringan dan penghilangan bekas-bekas minyak
Selain itu pembersihan minyak di lautan menggunakan beberapa metode, seperti yang dikutip oleh Marine Insight
misalnya saja : menggunakan Oil Booms, menggunakan penyerap (sorbents),
menggunakan metode pembakaran, metode menggunakan fertilizer untuk
meningkatkan organik yang bisa menyerap minyak. Metode ini bisa
digunakan sebagai tindakan penanggulangan tumpahan minyak.
Semoga hal ini tidak lagi terjadi di Indonesia dan tumpahan minyak bisa ditanggulangi tanpa merusak ekosistem.
ditulis di Forum WUR
http://adlienerz.com/ekosistem-terancam-akibat-tumpahan-minyak-di-balikpapan-dan-penanggulangannya/
Baca Juga : Berita dan Artikel Pencemaran Lingkungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Pelestarian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan merupakan kewajiban kita bersama demi anak cucu
dikemudian hari. Ayo kita Berantasan Illegal Fishing di Indonesia dgn
bergabung ke grup Stop Illegal Fishing Tekat :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar