Menteri
Kelautan & Perikanan, Susi Pudjiastuti memberikan pidato pada
pembukaan Rapat Kepatuhan dan Penegakan Komite INTERPOL Lingkungan
(ECEC) di Singapura, (16/11/2015). Rapat ini digelar dari 16-18
November. (AFP PHOTO/ROSLAN RAHMAN)
Beritateratas.com - Sampai dua tahun lalu, industri pengolahan ikan di Asia Tenggara dikuasai oleh Thailand dan Filipina.
Ekspor ikan olahan dan ikan mentah dari kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Sementara,
Indonesia sebagai pemilik lautan terluas dan garis panjang pantai
terpanjang di Asia Tenggara hanya menduduki posisi ketiga.
"Namun, kini
situasinya mulai berubah. Kekuatan industri perikanan di Asia Tenggara
mulai bergeser ke Indonesia" kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti Sabtu (16/4/2016) di Singapura, seperti dilaporkan Wartawan
Kompas.com M Fajar Marta.
Menurut Susi,
ikan-ikan yang diolah di Thailand dan Filipina, untuk kemudian mereka
ekspor, sebenarnya banyak yang berasal dari perairan Indonesia.
Lemahnya
penegakan hukum terhadap pencurian ikan (illegal fishing) di masa lalu
membuat nelayan dan perusahaan penangkapan ikan Thailand, Filipina dan
lainnya bebas menangkap ikan di Indonesia dan kemudian membawanya ke
negara mereka untuk diolah dan diekspor.
"Tragisnya,
ikan yang mereka ambil dari Indonesia ada juga yang diekspor ke
Indonesia. Jadi kita membeli ikan yang mereka ambil dari kita," kata
Susi.
Sekarang, kata
Susi, dengan kebijakan moratorium perizinan kapal eks asing, mereka tak
bisa lagi seenaknya menangkap ikan dari Indonesia.
Larangan bongkar muat ikan di tengah laut (transhipment) semakin menutup pasokan ikan ke Thailand dan Filipina.
Dampaknya, kinerja industri pengolahan perikanan di Thailand dan Filipina merosot. Ekspor perikanan mereka juga menyusut jauh.
Sementara
Indonesia mulai merasakan manfaatnya. Nelayan-nelayan di Tanah Air tak
lagi sulit mendapatkan ikan. Kesejahteraan mereka mulai meningkat.
Karena tidak
lagi dieksploitasi, ikan-ikan di laut memiliki kesempatan untuk
berkembang biak dan tumbuh besar. Nelayan tak perlu lagi melaut jauh ke
tengah karena di pinggiran ikan sudah tersedia.
Menyadari tak
bisa lagi mengandalkan ikan curian dari Indonesia, perusahaan pengolahan
ikan dari Thailand dan Filipina akhirnya datang ke Indonesia untuk
berinvestasi.
"Banyak
perusahaan dari Thailand dan Filipina yang kini mengajukan permohonan
membuka pabrik pengolahan ikan di Indonesia," kata Susi.
Jadi, menurut
Susi, kebijakan yang diterapkannya tidak sebatas menghilangkan pencurian
ikan, tetapi dalam jangka menengah panjang memperkuat industri
perikanan secara keseluruhan.
Tujuan akhirnya adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa maritim yang besar seperti dicanangkan dalam Nawa Cita.
"Itulah grand strategy yang kami jalankan," kata Susi.(Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar