Hal itu diungkapkan wakil dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (DKP) yang juga Sekretaris Eksekutif Sekretariat Nasional Inisiatif Kawasan Segitiga Terumbu Karang dalam hal Terumbu Karang, Perikanan, dan Keamanan Pangan (CTI-CFF) Indonesia R Narmoko Prasmadji pada akhir pertemuan Coral Triangle Fisheries Forum (CTFF) di Sanur, Bali, Kamis (17/6).
”Pengurangan tangkapan nontarget yang tak dikelola atau tak dibutuhkan (
Pemerintah bersama World Wildlife Fund (WWF) adalah penggagas utama pertemuan CTFF ini. Hadir praktisi perikanan, industri perikanan, peneliti, akademisi, asosiasi, nelayan, dan para importir/eksportir produk perikanan dari sejumlah negara (Filipina, Thailand, Vietnam, dan Hongkong). Hadir pula perwakilan negara-negara importir produk perikanan; Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Indonesia amat berkepentingan dengan kawasan segitiga terumbu karang karena tingkat keanekaragaman hayatinya paling tinggi di bumi—lebih dari 500 jenis terumbu karang. Luasnya sekitar 6 juta hektar dan masuk dalam wilayah 6 negara: Indonesia, Malaysia, Papua Niugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Secara langsung, kawasan itu mendukung kehidupan lebih dari 120 juta penduduk.
Narmoko mengakui, pengenalan dan penerapan perikanan ramah lingkungan tak mudah dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia dan beragamnya pihak yang berkepentingan di industri perikanan. Salah satu gagasan untuk mempercepat penerapan kebijakan adalah pemberian insentif ekonomi pada pihak yang melakukan mitigasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar