19 Juni, 2008

Ikan Indonesia Masih Beracun

SANUR, SENIN - Produksi ikan hasil tangkapan para nelayan dan budidaya di

Indonesia, kini masih terlihat ada yang mengandung unsur pestisida dan
bahkan logam beracun.


Kandungan unsur yang cukup berbahaya bagi kesehatan itu, perlu terus
diupayakan penghapusannya. Sehingga, produk ikan Indonesia tidak lagi
ditolak konsumen di luar negeri. Hal itu terungkap pada pertemuan Seadec
Council, di Sanur-Denpasar, Senin (7/4), seperti dikutip Antara.


Direktur Pengolahan Hasil Departemen Kelautan dan Perikanan, Ahmad Purnomo mengakui kalau produksi perikanan Indonesia masih terlihat adanya
kandungan pestisida dan logam beracun tersebut. "Itu masih ada, meski
jumlahnya tidak sebesar sebelum dilakukannya upaya penekanan terhadap
kandungan unsur yang cukup berbahaya bagi kesehatan itu," katanya.

Ia menyebutkan, terkait secara total kandungan logam yang dipersyaratkan
bagi standardisasi mutu ikan yang diperdagangkan ke luar negeri, pihaknya
telah melakukan berbagai langkah yang diperlukan.


Senada dengan Ahmad, Direktur Jenderal Produksi Budidaya Ikan Departemen
Kelautan dan Perikanan Made L Nurdjana mengatakan, Indonesia berupaya
keras menghapuskan secara total penggunaan antibiotik dalam pengembangan
budidaya perikanan di berbagai daerah.


Penghapusan penggunaan antibiotik tersebut dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain peningkatan mutu air dan lingkungan tempat dilakukannya
budidaya.

Selain itu, dilakukan juga sistem oksigenisasi pada areal tambak, sehingga
ikan atau udang dapat bertahan hidup dan berkembang dengan lebih baik,
kata Dirjen Nurdjana.


Dirjen menyebutkan, dengan kondisi air dan lingkungan tambak yang baik,
senantiasa dapat dijaga tingkat kesehatan ikan dan udang dengan tanpa
harus menggunakan antibiotik. "Dulu kan sedikit-sedikit pakai antibiotik
agar ikan tetap sehat. Kini tidak lagi itu," katanya.


Penghapusan penggunaan antibiotik pada aneka budidaya perikanan, dilakukan
setelah konsumen di luar negeri tidak menghendaki adanya kandungan unsur
chemical itu pada produksi ikan dan udang asal Indonesia.


Tidak saja soal kandungan antibiotik, konsumen terutama di Eropa dan
Jepang juga tak bersedia menerima produksi udang dan aneka hasil laut
lainnya yang mengandung unsur logam berat.


Sehubungan dengan itu, Dirjen menyebutkan bahwa pihaknya akan terus
berupaya untuk dapat menenuhi standarisasi mutu produksi ikan seperti yang
selama ini diminta konsumen. "Pendeknya yang bisa kita lakukan, tentu akan
kita penuhi, sementara yang belum, perlu dilakukan pembicaraan lebih
lanjut dengan negara-negara konsumen," ucapnya.


Pertemuan dua hari itu diikuti sekitar 200 peserta dari jajaran instansi
pemerintah dan pihak swasta yang bergerak di bidang perikanan di ASEAN. Kompas.Com.

Tidak ada komentar: