DR. TB Haeru Rahayu, A.Pi, M.Sc Direktur Jenderal PSDKP Ketujuh
Tanggal 5 Maret 2020 s/d 15 Januari 2021
Ir. Nilanto Perbowo Plt. Direktur Jenderal PSDKP Keempat
Tanggal 6 Desember 2019 s/d 5 Maret 2020
Dr. Agus Suherman, S.Pi, M.Si Plt. Direktur Jenderal PSDKP Ketiga
Tanggal 1 Maret 2019 s/d 6 Desember 2019
Ir. Nilanto Perbowo Plt. Dirjen Pengawasan SDKP Kedua Sesuai Surat Perintah Sebagai Pelaksana Tugas No. 605/MEN-KP/VIII/2017 tanggal 15 Agustus 2017 tanggal 15 Agustus 2017 - 1 Maret 2019
Laksda TNI (Purn) Dr. Ir. Eko Djalmo
Asmadi, MH Dirjen Pengawasan SDKP Keenam tanggal 20 Januari 2017 - 14 Agustus 2017
Ir. Sjarief Wijaya,
Ph.D.,FRINA, Plt. Dirjen Pengawasan SDKP Pertama tanggal 24 Januari 2016 - Januari 2017
Laksda TNI (Purn) Asep Burhanudin Dirjen Pengawasan SDKP Kelima tanggal 15 Agustus
2014 - 24 Januari 2016
Laksda TNI (Purn) SYAHRIN ABDURRAHMAN, SE
Direktur Jenderal Pengawasan SDKP Keempat Tanggal 1 Oktober 2010 - 15 Agustus
2014
Kolonel Laut (Purn) Dr. Ir. AJI SULARSO, MMA
Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Ketiga
Tanggal 6 November 2007 - 1 Oktober 2010
LAKSDA TNI (Purn) ARDIUS ZAINUDDIN
Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kedua
Tanggal 11 Mei 2005 - 6 November 2007
Laksda TNI (Purn) BUSRAN KADRI
Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pertama
Investasi Kavling Tanah Perumahan di
Griya Godo Permai yang merupakan Daerah Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima
Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1 Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima
dan dari jalan utama hanya + 500 Meter.
Berminat Hub 081342791003
Untuk
kebutuhan Air Minum yang menyehatkan coba konsumsi Air Izaura Air yang terbukti dapat membantu proses
penyembuhan Kegemukan, Migran, Alergi, Sakit Maag, ASam Urat, Nyeri Sendi,
Sambelit, Sakit Pinggang, Osteiporosis, Reumatk, Kanker, Vertigo, Ashma,
Brinchitis, Darah Tinggi, Kencing Batu, Kolestrol, DIABetes, Jantung, Darah
Rendah, Jerawat', WAsir dan Batu Ginzal. Dan menghilangkan racun dalam tubuh.
Mau Sehat dan
Menyehatkan Minum Air Izaura
Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan
Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan dengan Modal 350 ribu s.d 500 ribu.
TEGAL,
(27/1) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
(BPPSDM KP) mensertifikasi 417 Awak Kapal Perikanan Indonesia. Selain
sebagai upaya peningkatan kompetensi, sertifikasi tersebut merupakan
langkah perlindungan terhadap awak kapal perikanan Indonesia.
"Sertifikasi
ini untuk peningkatan kualitas dan meningkatkan pelindungan terhadap
pelaut awak kapal dan pelaut perikanan dari perdagangan manusia,
termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan,
kesewenang-wenangan, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi
manusia", ujar Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta.
Selain
itu, Nyoman juga menjelaskan bahwa awak kapal perikanan yang telah
tersertifikasi, memiliki peluang untuk meniti karir di luar negeri
seperti Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, dan negara-negara
Eropa.
“Peningkatan
kemampuan dan sertifikasi SDM awak kapal perikanan menjadi fokus BPPSDM
KP. Tak hanya menjadi penopang program Ekonomi Biru, awak kapal
perikanan yang berkualitas dan bersertifikasi juga dapat membuka peluang
kerja yang luas," terang Nyoman.
Hal
senada disampaikan Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan,
Lilly Aprilya Pregiwati. Dikatakan bahwa pentingnya pengetahuan dan
keterampilan awak kapal perikanan erat kaitannya dengan keselamatan
dalam bekerja.
“Selain
kompetensi awak kapal, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
keselamatan. Tidak hanya dituntut untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawab, awak kapal perikanan juga harus menjaga keselamatan dalam
bekerja,” ujar Lilly.
Kegiatan
pelatihan yang terselenggara pada bulan Januari 2024, di Balai
Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal, Jawa Tengah, ini antara
lain, Diklat Basic Safety Training (BST) yang diikuti 343 peserta,
Diklat BST Kapal Layar Motor yang diikuti 19 peserta, dan Sertifikasi
Rating Awak Kapal Perikanan yang diikuti 55 peserta.
Ratusan
awak kapal perikanan tersebut berasal dari seluruh Indonesia. Para
peserta ditargetkan untuk berkarir di luar negeri pada bidang kapal
perikanan, kapal niaga, kapal barang, dan dan juga pekerjaan lingkup
off-shore.
Diklat
BST sendiri bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait keselamatan
kerja di atas kapal. Sementara, Sertifikasi Rating Awak Kapal Perikanan
mengajarkan pelaksanaan pekerjaan dasar di kapal perikanan seperti
pengoperasian dan perawatan alat penangkap ikan.
Pelatihan
ini dilakukan sesuai dengan standar kualifikasi yang harus dipenuhi
dalam International Convention on Standards of Training, Certification
and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel (STCW-F) 1995. Standar
tersebut dinilai dapat meminimalisir ataupun menghilangkan risiko atau
bahaya dan menjamin keselamatan serta keberlangsungan pekerjaan di atas
kapal ikan.
Sebelumnya,
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga menyampaikan
pentingnya peningkatan kualitas SDM dan aspek keselamatan serta
perlindungan kepada awak kapal perikanan Indonesia. Menteri Trenggono
juga berharap agar awak kapal Indonesia bekerja sesuai dengan standar
kompetensi keselamatan kapal perikanan.
Investasi
Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah
Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1
Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya +
500 Meter.
Memasuki pekan kedua di awal tahun 2024, BKSDA Sultra menerima empat laporan kemunculan buaya di sekitar pemukiman warga. Satu diantaranya memangsa bocah perempuan yang dilaporkan tewas.
Tahun 2022 dan 2023 merupakan periode dengan angka konflik buaya
dan manusia tertinggi di Sultra, dengan tren penyerangan buaya yang
menewaskan manusia terjadi di bulan Juli dan Desember.
Meningkatnya suhu panas bumi dan fragmentasi hutan diduga
menjadi penyebab utama buaya meninggalkan habitatnya, berpindah
mendekati pemukiman warga.
Pemerintah diharapkan sesegera mungkin menentukan mitigasi untuk
mencegah bertambahnya korban serangan buaya di tahun 2024 dan
tahun-tahun seterusnya, mengingat perubahan iklim masih diperkirakan
akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Isak tangis berselimut duka menyambut satu regu BASARNAS yang
memulangkan temuan jasad seorang bocah perempuan berumur sembilan tahun
ke rumah orang tuanya di Desa Lemoambo, Kecamatan Kusambi, Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada pagi buta di pekan kedua Januari.
Sore hari sebelumnya, bocah itu dilaporkan dimangsa buaya ketika sedang
bermain-main di sungai bersama saudara dan teman-teman sebayanya.
Beberapa jam sebelum kejadian naas itu terjadi, satu tim BKSDA Sultra
di Kendari yang beranggotakan lima orang petugas diberangkatkan
menggunakan kendaraan mobil operasional menempuh perjalanan satu jam
lebih ke Desa Ambesea, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, usai
mendapat laporan dari kepala desa setempat, yang menerima aduan warganya
kembali melihat kemunculan buaya mendekati pemukiman.
“Tim rescue kami sudah ke lokasi di desa Ambesea untuk
melakukan monitoring dulu, kalau memungkinkan, yaa kita melakukan
evakuasi,” kata Prianto, Kepala Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra.
Prianto tidak habis pikir, belum genap sebulan di awal tahun 2024,
pihaknya telah menerima empat laporan kemunculan buaya di sekitar
pemukiman warga, yang tersebar di berbagai kabupaten Sultra. “Apa
penyebabnya, nanti kemudian,” ujarnya.
Abdul Manan, Pakar Konservasi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari
mengatakan penting untuk mencari tahu penyebab mengapa tren buaya
menyerang manusia meningkat di periode Juli dan Desember dalam kurun dua
tahun terakhir, pasca pandemi Covid 19.
“Ibarat gunung es, masalahnya kita harus melihat ke dalam air,” ujar Manan.
Dalam studi yang dilakukan Amy Newsom, Zita Sebesvari, dan Ine Dorresteijn, berjudul Climate change influences the risk of physically harmful human-wildlife interaction,
yang dipublikasikan Biological Conservation, Oktober 2023, menyebutkan
jika laporan tentang meningkatnya interaksi berbahaya antara manusia
dengan satwa mengindikasikan bahwa perubahan iklim mungkin bertindak
sebagai pembesar risiko untuk konfrontasi ini, namun dampaknya terhadap
interaksi manusia–satwa liar masih belum diketahui secara pasti dalam
wacana ilmiah.
Mereka menganalisis 331 laporan media di 44 negara mengenai konflik
manusia dan satwa liar yang disebabkan oleh perubahan iklim itu
menunjukan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan konflik fisik
melibatkan satwa liar dan manusia. Satwa liar yang dimaksud berupa
spesies berbisa, spesies karnivora darat dan air, serta hewan bertubuh
besar.
Dari analisis itu, diidentifikasi empat tren dari perubahan iklim
yang berdampak pada risiko korban jiwa manusia, yaitu: meningkatnya
persaingan sumber daya antar manusia dan satwa liar akibat kekeringan;
perluasan wilayah jelajah satwa berbahaya akibat suhu rata-rata yang
lebih tinggi; perpindahan sementara satwa liar akibat kejadian cuaca
ekstrem; dan perubahan pola perilaku sementara satwa liar akibat suhu
rata-rata yang lebih tinggi.
“Peran perubahan iklim penting untuk dikaji mendalam, supaya ada solusi,” kata Manan.
Di Sulawesi Tenggara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Kendari memonitoring terjadi penurunan curah hujan dari total
2500mm di tahun 2022 menjadi 500mm di tahun 2023. Ini signifikan
meningkatkan suhu panas bumi sebanyak 2 derajat celcius, yang sebelumnya
suhu rata-rata di Sultra 32 derajat celcius naik menjadi 34 derajat
celcius.
“Ini akibat dari El Nino yang cukup kuat mempengaruhi Sulawesi
Tenggara,” kata Faizal Habibie, Koordinator Observasi dan Informasi BMKG
Kendari.
El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudera Pasifik
bagian tengah dan timur, yang menyebabkan pergeseran pusat pertumbuhan
awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.
Akibatnya, curah hujan di Indonesia menurun.
El Nino membuat suhu permukaan air laut di perairan Laut Banda yang
sebagian besar di wilayah Sultra menurun, sehingga suplai energi dari
laut berkurang untuk membentuk awan-awan hujan. Sementara di daratan
juga tidak cukup kuat untuk melepas–menguapkan energi panas ke udara
untuk membentuk awan-awan hujan, ditambah lagi faktor atmosfer di bagian
atas Sulawesi Tenggara dan sekitarnya cenderung lebih kering. Kondisi
itu dirasakan di periode Agustus–September–Oktober yang hampir setiap
hari terlihat cuaca cerah di langit.
“Ibarat air dalam panci yang tidak akan menguap lantaran tidak ada pengapian dari tungku,” kata Habibie.
BMKG Kendari mencatat pada Juli dan Desember di tahun 2022 suhu
maksimum rata-rata mencapai 31,6 derajat celcius dan 34,5 derajat
celcius. Pada Juli dan Desember 2023 suhu maksimum rata-rata 32,4
derajat celcius dan 35,7 derajat celcius.
BKSDA Sultra telah menerima laporan–mengevakuasi 10 ekor buaya di
tahun 2022, dan delapan ekor di tahun 2023. Semuanya jenis Buaya Muara (Crocodylus porosus)
yang tersebar di berbagai wilayah Sultra. Dari sebaran itu, BASARNAS
Kendari telah melakukan enam operasi evakuasi korban tewas diterkam
buaya di tahun 2022, dan empat operasi evakuasi korban tewas diterkam
buaya di tahun 2023.
Dalam kurun dua tahun itu, Konawe Selatan menempati urutan teratas
konflik buaya dan manusia dengan jumlah total korban jiwa sebanyak 4
orang. Situasi membahayakan itu terjadi di periode waktu yang sama
setiap tahun, yaitu pada Juli dan Desember.
Menurut Manan, sebagai langkah awal perlu dilakukan studi melibatkan
akademisi perguruan tinggi untuk mencari tahu penyebab utama konflik
buaya dengan manusia.
Dia menduga tata kelola lahan ratusan pertambangan yang tersebar di
14 kabupaten/kota oleh pemerintah dinilai buruk–menjadi penyebab
terjadinya ketidakseimbangan alam yang berdampak pada hilangnya prinsip
ekologi–harmoni antara manusia dengan satwa liar sudah tidak ada lagi
sehingga mendorong hewan liar menjadi reaktif menyerang manusia.
Aktivitas menambang di kala musim hujan menyebabkan erosi yang
melarutkan lumpur menyebabkan sungai menjadi keruh, berkorelasi pada
berkurangnya hewan air yang menjadi sumber pakan utama buaya menjadi
berkurang. Akibatnya, buaya berpindah tempat ke habitat air yang masih
bersih untuk mencari makan sampai mendekat ke pemukiman warga. Dan di
ekosistem yang baru itu, buaya akan lebih kejam untuk mempertahankan
habitat barunya. Sementara, Juli dan Desember merupakan periode musim
hujan tahunan.
“Salah satu yang menjadi penyebabnya meningkatnya serangan buaya ke
manusia adalah adanya fragmentasi terhadap habitat buaya,” kata Prianto.
Fragmentasi habitat merupakan suatu proses perubahan lingkungan yang
memiliki peran penting terhadap evolusi dan biologi konservasi. Seperti
yang terjadi pada habitat buaya yang tersebar di beberapa wilayah
Sultra, mengakibatkan sumber pangan pakan berkurang – buaya secara alami
berpindah tempat mencari habitat baru yang lingkungannya masih terjaga
dengan baik.
BKSDA Sultra telah mengidentifikasi berbagai aktivitas manusia yang
diduga menjadi penyebab terjadinya fragmentasi habitat buaya,
diantaranya: pembukaan hutan untuk tambang nikel, pembuatan hutan
mangrove menjadi tambak ikan, dan perburuan ikan di sungai menggunakan
potas dan setrum. Prianto mencontohkan bahwa pihaknya telah beberapa
kali menerima laporan kemunculan buaya di sekitar area tambang nikel
yang berdekatan dengan hutan mangrove.
Prianto memprediksi buaya banyak bermunculan dari air naik ke darat
ketika musim bertelur–buaya mencari habitat yang tepat untuk menyimpan
telurnya. “Itu biasanya saat memasuki musim hujan seperti sekarang.”
Prediksi itu tidak meleset, sesuai dengan bertambahnya laporan warga
mendapati buaya semakin mendekati pemukiman pada periode Desember 2023
sampai dengan Januari 2004. Selama dua pekan awal di Januari, BKSDA
Sultra telah menerima empat laporan dari berbagai wilayah. Situasi ini
belum pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Namun katanya, sekarang hujan sudah tidak bisa diprediksi–berdasarkan
informasi yang diperoleh musim hujan diperkirakan bergeser dimulai
akhir Desember sampai Maret. Dia khawatir akan jumlah buaya berpindah
tempat mencari habitat baru di sekitar pemukiman terus meningkat dalam
beberapa bulan kedepan.
Dia berharap, pemerintah sesegera mungkin menentukan mitigasi untuk
mencegah bertambahnya korban serangan buaya di tahun 2024 dan
tahun-tahun seterusnya, mengingat perubahan iklim masih diperkirakan
akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Prianto menyebut langkah mitigasi yang untuk sementara bisa dilakukan
adalah mengedukasi masyarakat untuk mengurangi aktivitas di sekitar
habitat buaya, utamanya di malam hari.
Manan mengimbau kepada para nelayan di sekitar habitat buaya untuk tidak ke sungai sementara waktu di bulan Juli dan Desember.
Sementara Edi Wulele, Kepala Desa Ambesea, masih diliputi rasa
khawatir akan serangan susulan buaya ke warganya, yang marak terjadi
dalam kurun tiga tahun belakangan ini pasca Pandemi Corona. Korban
terakhir merupakan seorang ibu rumah tangga berumur 30 tahun, diterkam
sore hari ketika hendak membersihkan diri di sungai usai menyemprotkan
cairan pembasmi hama di kebun jagungnya yang berada di bantaran sungai
tersebut, di pertengahan Desember 2023 lalu.
Konflik antara dan buaya terjadi ketika di area bantaran sungai
dijadikan area perkebunan oleh warga setempat. Sebelumnya, buaya dan
manusia hidup harmonis di Ambesea, buaya tidak pernah memangsa manusia.
“Yaa kejadiannya seperti itu, disebabkan adanya perambahan hutan. Air
habitat mereka (buaya) yang dulunya jernih sudah tercemar, keruh,”
ungkap Wulele. (***)
Investasi
Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah
Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1
Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya +
500 Meter.
Digigit hewan berbisa seperti ular bisa saja terjadi saat sedang
bertualang di alam bebas atau bepergian di area tertentu. Foto: Repro
Terasjabar.id
" Digigit ular berbisa merupakan kondisi yang darurat dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera "
KENDARI,
TELISIK.ID - Digigit hewan berbisa seperti ular, bisa saja terjadi saat
sedang bertualang di alam bebas atau bepergian di area tertentu.
Kondisi ini membutuhkan penanganan sesegera mungkin.
Ular
juga memiliki naluri untuk menggigit jika mereka merasa terganggu atau
sedang terancam. Digigit ular berbisa merupakan kondisi yang darurat dan
dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.
Berikut ini hal yang perlu Anda lakukan ketika terkena gigitan ular dikutip dari Alodokter.com dan klikdokter.com:
1. Jauhkan korban dari ular
Pertolongan pertama saat terkena gigitan ular adalah
jauhkan korban dari hewan melata tersebut. Arahkan korban ke tempat yang
aman dan hindari area yang memungkinkan ular bersembunyi, seperti di
bawah batu atau balok kayu.
Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat,
sebaiknya kamu juga mengingat bentuk dan warna ular tersebut. Nantinya,
hal ini bisa membantu dokter merekomendasikan obat yang tepat untuk
mengatasi racun ular.
2. Minimalkan gerakan
Beri
tahu korban agar tidak banyak bergerak sehingga racun tidak menyebar
lebih cepat ke seluruh tubuh. Jika memungkinkan, baringkan korban dalam
posisi menyamping sambil menunggu bantuan dari tenaga kesehatan.
3. Jaga area gigitan tetap berada di bawah jantung
Pastikan
area tubuh korban yang digigit ular tetap berada di bawah jantung.
Tujuannya adalah untuk memperlambat penyebaran racun melalui aliran
darah. Misalnya, tangan yang terkena gigitan ular tidak boleh diangkat
sejajar atau melebihi jantung dan dada.
4. Lepaskan seluruh benda di sekitar luka gigitan
Lepas
semua perhiasan, jam tangan, atau pakaian di sekitar lokasi gigitan.
Racun ular dapat menyebabkan pembengkakan. Menanggalkan benda yang
menempel di lokasi gigitan ular bisa membantu proses pertolongan
pertama.
6. Tutupi gigitan dengan perban bersih
Lalu,
bagaimana cara memberikan P3K pada korban gigitan ular berbisa? Caranya
adalah dengan melilitkan perban khusus atau kasa pembalut yang bersih
dan kering untuk menutupi bekas gigitan ular. Perban harus dibalut
dengan tepat dan tidak menyisakan celah. Tak lupa, gunakan pulpen untuk
menandai perban pada lokasi gigitan ular.
Pasien
yang digigit ular perlu dirawat di rumah sakit setidaknya 24 jam
setelah terkena gigitan. Hal ini dilakukan karena antiracun yang sudah
diberikan dapat menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang. Oleh
karena itu, obat ini hanya dapat diberikan oleh tenaga medis
profesional.
Korban juga akan diinfus jika tekanan darah turun
secara signifikan. Pemberian transfusi darah mungkin akan diberikan pada
pasien yang kehilangan banyak darah akibat digigit ular. Selain itu,
obat pereda nyeri juga akan diberikan selama masa pemulihan.
Orang
dewasa yang digigit ular umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk
pulih, sedangkan anak-anak membutuhkan waktu sekitar 1–2 minggu dengan
pemberian obat antiracun atau serum antibisa ular. Namun, waktu
pemulihan dapat bervariasi tergantung pada jenis ular yang menggigit.
(C)
Investasi
Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah
Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1
Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya +
500 Meter.
Investasi Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1 Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya + 500 Meter.
Topi Pegawai KKP
Menyediakan Topi Pegawai Lingkup KKP Yang berada di Pusat dan Daerah yang berminat WA saja ke 081342791003
Kaos dan Topi Pelabuhan Perikanan
Menyediakan Kaos dan Topi Pelabuhan Perikanan Yang Berminat Hub Kami 081342791003
Rumah Kos di Kota Kendari Sultra
Kos Putri Salsabilla"di Jalan DI. Panjaitan Lorong Saroja Kelurahan Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari – Sulawesi Tenggara dekat Bundaran Pesawat Tempur Lepo-Lepo dekat dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna Kendari hanya sekitar 200 Meter. Berminat Hubungin HP/WA. 081342791003