Kapten Samson, nahkoda Kapal Pengawas Perikanan Hiu Macan 001 yang
mendapat penghargaan sebagai Nahkoda Teladan oleh Presiden Joko Widodo
PONTIANAK, KOMPAS.com - Samson, nama ini tak asing di
kalangan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pria ini adalah kapten
alias nahkoda Kapal Pengawas Perikanan Hiu Macan 001. Samson mengawali
kiprahnya sejak tahun 2000, tepat 15 tahun yang lalu.
Namanya mulai tersohor semenjak dipercaya memegang komando dan merintis kapal pengawas Hiu Macan. Prestasi demi prestasi pun diraih Samson. Mulai dari prestasi kinerja dalam pengawasan, hingga dinobatkan sebagai 'Nahkoda Teladan' oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
"Saya ini orang gunung yang turun ke laut" kata Samson. Pria asal Pahauman, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat ini mengawali cerita dengan menceritakan daerah asalnya. Sebuah daerah dengan perbukitan yang dihuni mayoritas suku Dayak.
Dalam setiap misi pengawasan, Samson selalu pulang ke pangkalan dengan membawa hasil tangkapan berupa kapal penangkap ikan asing ilegal beserta para anak buah kapalnya (ABK). Jumlah yang dibawa pun tak sedikit. Dalam sekali operasi di wilayah yang diduga ada aktivitas penangkapan ilegal, Samson setidaknya membawa pulang lebih dari lima kapal.
"Tahun ini dari bulan Januari sampai Juli saya sudah bawa 15 kapal. Bahkan tahun kemarin, dua kali saya keluar dapat 20 kapal, masing-masing 10 kapal yang saya tarik ke pangkalan setiap operasi," tutur Samson dengan logat khas Dayak, Kamis (6/8/2015).
Hiu Macan dengan nomor 001 yang dinahkodai Samson memiliki panjang 36 meter. Kapal tersebut dilengkapi senjata yang melekat di kapal dengan kaliber 12,7 dan senjata laras panjang jenis PM1 A2 serta 21 ABK.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan (Dirjen PSDKP), Asep Burhanudin pun mengapresiasi prestasi Samson. "Bayangkan saja, dengan jumlah ABK segitu bisa menggiring sepuluh kapal nelayan asing yang menangkap ikan secara ilegal di Perairan Indonesia," kata Asep.
Menurut Asep, hampir 60-70 persen ABK kapal asing yang berasal dari salah satu negara di Asia Tenggara merupakan narapidana. Sebab, di negara asalnya tersebut, narapidana diberi pilihan untuk menjalani hukuman di penjara atau dipekerjakan sebagai nelayan.
"Kapal pengawas hanya 36 meter, ABK cuma 21, pernah 'meng-adhoc' 10 kapal asing sekaligus. Harus tegas. 'kan aneh, kapal itu kecil, tapi bisa melawan 10 kapal," ujar Asep.
Kapal perang Tiongkok
Prestasi tangkapan kapal asing bukan tanpa halangan. Salah satu yang paling diingat oleh Samson adalah ketika berhadapan dengan kapal perang asal Tiongkok. Peristiwa itu terjadi sekitar dua tahun silam.
Saat itu, Samson beserta ABK mengamankan sejumlah kapal nelayan asal negeri tirai bambu tersebut. Namun, saat akan menggiring kapal tersebut menuju pangkalan, tiba-tiba Hiu Macan dikejar dan dihadang kapal perang.
"Jadi ibaratnya kita dikejar pencuri di rumah kita sendiri. Ya mau gak mau, karena dilihat dari kecanggihan kapal mereka lebih canggih, senjatanya juga lebih canggih dan jumlah personel lebih banyak, jadi kita lepas kapal nelayan itu," kenang Samson.
Namanya mulai tersohor semenjak dipercaya memegang komando dan merintis kapal pengawas Hiu Macan. Prestasi demi prestasi pun diraih Samson. Mulai dari prestasi kinerja dalam pengawasan, hingga dinobatkan sebagai 'Nahkoda Teladan' oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
"Saya ini orang gunung yang turun ke laut" kata Samson. Pria asal Pahauman, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat ini mengawali cerita dengan menceritakan daerah asalnya. Sebuah daerah dengan perbukitan yang dihuni mayoritas suku Dayak.
Dalam setiap misi pengawasan, Samson selalu pulang ke pangkalan dengan membawa hasil tangkapan berupa kapal penangkap ikan asing ilegal beserta para anak buah kapalnya (ABK). Jumlah yang dibawa pun tak sedikit. Dalam sekali operasi di wilayah yang diduga ada aktivitas penangkapan ilegal, Samson setidaknya membawa pulang lebih dari lima kapal.
"Tahun ini dari bulan Januari sampai Juli saya sudah bawa 15 kapal. Bahkan tahun kemarin, dua kali saya keluar dapat 20 kapal, masing-masing 10 kapal yang saya tarik ke pangkalan setiap operasi," tutur Samson dengan logat khas Dayak, Kamis (6/8/2015).
Hiu Macan dengan nomor 001 yang dinahkodai Samson memiliki panjang 36 meter. Kapal tersebut dilengkapi senjata yang melekat di kapal dengan kaliber 12,7 dan senjata laras panjang jenis PM1 A2 serta 21 ABK.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan (Dirjen PSDKP), Asep Burhanudin pun mengapresiasi prestasi Samson. "Bayangkan saja, dengan jumlah ABK segitu bisa menggiring sepuluh kapal nelayan asing yang menangkap ikan secara ilegal di Perairan Indonesia," kata Asep.
Menurut Asep, hampir 60-70 persen ABK kapal asing yang berasal dari salah satu negara di Asia Tenggara merupakan narapidana. Sebab, di negara asalnya tersebut, narapidana diberi pilihan untuk menjalani hukuman di penjara atau dipekerjakan sebagai nelayan.
"Kapal pengawas hanya 36 meter, ABK cuma 21, pernah 'meng-adhoc' 10 kapal asing sekaligus. Harus tegas. 'kan aneh, kapal itu kecil, tapi bisa melawan 10 kapal," ujar Asep.
Kapal perang Tiongkok
Prestasi tangkapan kapal asing bukan tanpa halangan. Salah satu yang paling diingat oleh Samson adalah ketika berhadapan dengan kapal perang asal Tiongkok. Peristiwa itu terjadi sekitar dua tahun silam.
Saat itu, Samson beserta ABK mengamankan sejumlah kapal nelayan asal negeri tirai bambu tersebut. Namun, saat akan menggiring kapal tersebut menuju pangkalan, tiba-tiba Hiu Macan dikejar dan dihadang kapal perang.
"Jadi ibaratnya kita dikejar pencuri di rumah kita sendiri. Ya mau gak mau, karena dilihat dari kecanggihan kapal mereka lebih canggih, senjatanya juga lebih canggih dan jumlah personel lebih banyak, jadi kita lepas kapal nelayan itu," kenang Samson.
Penulis | : Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan | |
Editor | : Glori K. Wadrianto | http://regional.kompas.com/read/2015/08/07/08303951/Kisah.Samson.Nahkoda.Teladan.Presiden.Jokowi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar