08 Juli, 2013

Ikan Pun Menjauh dari Pantai Cianjur Selatan

Tak lengkapnya perizinan dan minimnya sosialisasi menjadi alasan utama geramnya masyarakat di wilayah Cianjur selatan terhadap kegiatan PT Mega Top Inti Selaras. Selain itu, operasional penambang pasir besi menyebabkan menurunnya hasil tangkapan para nelayan Cidaun.
Ikan Pun Menjauh dari Pantai Cianjur Selatan
"Kami warga Indonesia berangkat kerja di Jepang atau Korea selalu beretika. Tapi perusahaan itu ketika datang ke sini tidak menghargai kami, terutama dalam sosialisasi lingkungan," kata tokoh masyarakat Kecamatan Cidaun, Asep Samudera, kepada Tribun ketika ditemui di kediamannya, Rabu (26/6/2013).
Menurut Asep, perusahaan itu juga diduga tidak memiliki sejumlah izin, terutama izin lingkungan dan izin mendirikan bangunan (IMB). Bahkan para pedemo, kata Asep, menemukan penyedotan pasir besi ketika melakukan aksi. Sebuah kapal besar bersandar di pinggir pantai sedang mengangkut pasir besi yang disedot dari bawah tanah.

Dikatakan Asep, kekesalan masyarakat dalam aksi berujung kericuhan itu juga dilatarbelakangi pembiaran pemerintah terhadap kegiatan PT Mega Top yang dinilai merusak lingkungan. Padahal wilayah selatan Cianjur rawan akan tsunami karena memiliki bibir pantai sepanjang 70 kilometer.
"Kalau memang begini terus, kami ingin ada bupati sendiri khusus Cianjur selatan. Sebab, tatanan di Cianjur selatan dirusak oleh kepentingan politik yang ada sekarang," kata Asep.

Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Badan Penanaman Modal dan Perizinan Daerah (BPMPD) Kabupaten Cianjur, Subianto, mengatakan, PT Mega Top Inti Selaras memang tidak memiliki kelengkapan perizinan. Dikatakannya, pihak BPMPD tidak pernah mengeluarkan izin untuk PT Mega Top.
"IMB dan izin gangguan (hinderordonnantie/HO) belum pernah kami keluarkan. Perusahaan hanya baru melayangkan surat permohonan. Kalau terkait izin penambangan, ada di Dinas PSDAP," kata Subianto ketika ditanya tentang perizinan PT Mega Top Inti Selaras di kantornya, Selasa (25/6).
Namun, Kepala Dinas Pengairan Sumber Daya Alam Pertambangan (PSDAP), Oting Zaenal Mutaqin, membantah jika perizinan PT Mega Top Inti Selaras tidak lengkap. Menurut dia, perusahaan itu memiliki IUP pada tiga tahun yang lalu.

"Semua izin sudah keluar, termasuk dalam pembuatan pelabuhan, yakni RTRW dan amdal. Itu pun tidak melanggar moratorium gubernur dan direkomendasikan. Izin dari Dirjen Kelautan pun sudah ada," kata Oting ketika dihubungi melalui ponsel.
Tentang adanya eksploitasi yang sudah dilakukan PT Mega Top Inti Selaras, Oting pun membantahnya. Adanya temuan penyedotan pasir besi itu hanya pengujian sampling. Penyedotan itu pun dilakukan di daerah yang akan dijadikan pelabuhan. "Pengambilannya juga sedikit. Itu juga sekaligus menanam fondasi sebelum dibuat pelabuhan," kata Oting.

Pascaunjuk rasa warga Cianjur selatan, lokasi tambang pasir besi milik PT Mega Top di Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, dijaga ketat aparat kepolisian, kemarin.
Berdasarkan pantauan Tribun, aparat kepolisian itu berasal dari jajaran Polres Sukabumi, Polres Cianjur, dan Satuan Brimob Polda Jabar. Setiap petugas kepolisian berpakaian preman dan berseragam lengkap terlihat berjaga di setiap sudut perusahaan itu. Namun tidak terlihat kegiatan penambangan di dalam perusahaan tersebut.

Selain merusak lingkungan, dampak adanya penambangan pasir besi dirasakan ratusan nelayan di wilayah selatan Cianjur. Pasalnya, ombak pasang makin lama bertambah jaraknya.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan para nelayan, ombak pasang bertambah jarak sekitar tiga meter dari bibir pantai. Akibatnya, ikan-ikan yang biasa menjadi tangkapan para nelayan enggan mendekati bibir pantai.
"Ombak pasang biasanya tak melebihi dermaga. Dan biasanya kami para nelayan kalau melaut paling banyak mendapatkan sekitar tiga kuintal ikan. Tapi sekarang hanya 30 kg kalau melaut," kata nelayan di Pantai Jayanti, Saepuloh (20), warga RT 07/RW 10, Kampung Cibeet, Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, kemarin.

Menurut Saepuloh, kondisi itu sudah berlangsung hampir seminggu ini. Itu sebabnya hampir semua nelayan di Pantai Jayanti memilih mencari profesi lain ketimbang berlayar mencari ikan. Apalagi harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan.
"Sekarang banyak yang jadi pedagang untuk yang punya kios, petani yang punya sawah, atau menganggur begitu saja karena tak memiliki pekerjaan lain," kata Saepuloh.
Tidak hanya itu, sejumlah ruas jalan di wilayah Cianjur selatan rusak. Kegiatan truk bertonase melebihi kekuatan jalan, termasuk truk pengangkut pasir besi, menjadi penyebab rusaknya jalan.
"Memang banyak truk bermuatan melebihi kapasitas, baik truk pengangkut kayu maupun kegiatan penambangan pasir besi di Cianjur Selatan," kata Kepala Dinas Bina Marga Cianjur, Atte Adnan Kusdinan, ketika dihubungi melalui ponsel, Selasa (25/6) malam. (cis)

http://www.tribunnews.com/2013/06/27/ikan-pun-menjauh-dari-pantai-cianjur-selatan 

Demo pasir besi demi kelestarian laut kita

Tidak ada komentar: