30 Mei, 2013

Saat Tepat Ekspansi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Tajuk.co, BOGOR — Pakar perikanan tangkap dari Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) Indra Jaya menilai, aktifitas penangkapan ikan di Indonesia sudah saatnya memperluas jarak jelajahnya ke laut lepas. Pasalnya sudah banyak negara Eropa dan Amerika yang mulai lesu dalam beraktifitas menangkap ikan di lautan lepas.
Indonesia bisa memanfatkan momentum tersebut dengan mengkolaborasi peranan akademisi dan pemerintah. Akademisi bertugas mendorong Indonesia agar lebih diperhitungkan oleh banyak negara kelautan dunia lainnya, sebagai negara yang potensial dalam hal produksi sumberdaya perikanan. Sedang pemerintah, menciptakan kebijakan yang juga mendorong industrialisasi kelautan dan perikanan.
Dari sisi ilmiah dan riset, Indra Jaya menyarankan agar jangan pula para praktisi perikanan terpatok pada persaingan penggunaan teknologi penangkapan ikan, namun harus melirik sektor lain yang juga potensial. “Kita punya potensi marikultur, atau budidaya perikanan air laut, yang besar. Marikultur harus maju pesat, seiring upaya perikanan tangkap di lepas pantai dan budidaya perikanan air tawar,” pungkas Indra usai Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5, di Bogor, Jawa Barat beberapa hari lalu.
Adapun berdasarkan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2012 lalu, didapat bahwa produksi perikanan tangkap Indonesia pada 2011 sebesar 5,7 juta ton (42 persen) dan produksi perikanan budidaya 7,9 ton (58 persen). Dari kenyataan tersebut, saat ini Indonesia membutuhkan tenaga ahli perikanan yang akan diberi tantangan mendukung ekspansi budidaya perikanan; air tawar dan air laut.
Nelayan Melahing. Foto: Erwiantono
Nelayan Melahing. Foto: Erwiantono
Sebetulnya, menurut sosiolog Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Erwiantono, Indonesia dapat belajar dari masyarakat di Kampung Melahing. Daerah perkampungan yang berada di sekitaran Bontang tersebut menjadikan marikultur sebagai pencaharian utama masyarakat disana.
Kegiatan marikultur disana umumnya berbudidaya ikan kerapu dan kakap putih. Selain itu mereka menangkap dengan alat bubu dan mengumpulkan teripang. “Kondisi geografis daerah itu berada di daerah pesisir atas air, dengan kondisi pasang surut,” ungkap Erwiantono.
Dengan mempelajari cara masyarakat Kampung Melahing tersebut ber-marikultur, diharapkan praktisi perikanan dapat memperluas penggalian potensi budidaya perikanan laut ke seluruh daerah kelautan di Indonesia.
Tak lupa dari sisi lingkungan global, Ketua Departemen Pemanfatan Sumberdaya Perikanan (PSP) Budy Wiryawan mengingatkan bahwa fenomena global (global warming) sedikit banyak telah merubah kondisi perairan di Indonesia. Pengaruh nyata yang terjadi adalah perubahan tingkah laku ikan. “Keberadaan ikan semakin jauh dari pantai dan semakin jauh pula dari permukaan laut,” ungkap Budy.
Sebagai contoh, fenomena hilangnya ikan lemuru di Selat Bali. Berdasarkan hasil penelitian, rupanya lemuru tersebut tidak hilang. Mereka lebih memilih pergi meninggalkan area pantai dan pindah ke perairan yang lebih dalam. “Nelayan Indonesia dan para pengelola sumberdaya perikanan harus bisa mengatasi kondisi tersebut,” ujarnya. Salah satunya dengan cara memperluas jarak penangkapan hingga ke lepas pantai.
Kolaborasi Pemerintah-Akademisi
Menanggapi hal itu, Penasihat Menteri Perikanan dan Kelautan Bidang Industrialisasi Sunoto mengatakan, pemerintah saat ini tengah mematangkan kebijakan yang terbaik. Mengingat Indonesia harus bersaing dengan negara lain dalam hal metode dan teknologi penangkapan ikan, serta menghadapi tantangan menjaga kelestarian ikan. “Kita tengah menyusun strategi memanfaatkan sumberdaya perikanan secara efisien dengan modernisasi,” papar Sunoto.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Alex Retroubun, yang juga ikut dalam seminar, mengistilahkan strategi pemanfaatan sumberdaya perikanan yang efisien dan modern tersebut sebagai “blue economic”. Esensinya, perubahan kondisi lingkungan dan perekonomian dunia merupakan tantangan yang harus diantisipasi dalam pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia ke depan.
Dia pun meminta agar blue economic tersebut jangan hanya menjadi wacana belaka. “Penelitian dan kajian ilmiah, penerapan teknologi, perlu untuk mendukung keberhasilan blue economic,” ujar Alex. (ANG)

Tidak ada komentar: