Penulis : Arnoldus Dhae
Antara/Eric Ireng/vg
DENPASAR--MICOM:
Pengetahuan tentang garis batas wilayah NKRI bagi generasi muda
Indonesia saat ini masih sangat lemah dan bahkan cenderung diabaikan.
Banyak generasi muda Indonesia yang tidak hafal dengan peta Indonesia.
Menurut Kadis Potmar TNI AL Laksamana Pertama Kingkin Suroso, semestinya pengetahuan tentang peta Indonesia tidak hanya terbatas pada menghafal pulau-pulau besar Indonesia. Pembelajaran tentang peta Indonesia itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaiamana generasi muda Indonesia mengetahui dengan baik tentang garis batas wilayah Indonesia yang sebagian besar wilayah laut tersebut.
"Sebuah kesalahan masa lalu yang sulit terhapus bagi peserta didik adalah anak-anak disuruh menggambar peta. Padahal saat menggambar peta itu hanya seperempat wilayah Indonesia yang dipelajari oleh siswa, dan bahkan cenderung salah karena saat menggambar beberapa pulau tersebut, siswa sudah membuat batasan garis pantai dan memisahkan Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah NKRI," ujarnya, di Pelabuhan Benoa Bali, Minggu (20/5).
Suroso menambahkan sudah seharusnya saat ini untuk tingkat sekolah dasar peta Indonesia hanya dipajari secara umum. Saat usia SMP dan seterusnya, peta itu harus dipelajari sebagai sains dengan cakupan yang lebih luas terutama garis batas Indonesia yang sebagian besarnya berada di wilayah perairan.
Walau demikian, Kepala Pramuka Saka Bahari Nasional tersebut mengaku tidak perlu saling mempersalahkan baik pemerintah, TNI, lembaga pendidikan dan stakeholder lainnya. Kondisi ini memang demikian adanya karena dipengaruhi imperialisme Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun, Belanda berhasil melakukan brainwashing (cuci otak) terhadap generasi muda Indonesia agar tetap menganggap laut sebagai pemisah antara pulau yang satu dengan yang lainnya.
"Belanda mampu mengaburkan batas-batas teriotrial Indonesia dengan politik devide et impera-nya sehingga anak Indonesia tidak berhasil mengenal garis batas terluar," ujarnya.
Ada banyak generasi muda dan juga mungkin pejabat serta politisi yang tidak tahu persis garis batas Indonesia terutama di wilayah lautnya. Sebagai solusinya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar pelajaran tersebut masuk dalam salah satu topik bahasan dalam mata pelajaran tertentu seperti Geografi atau ilmu bumi.
Sebagai contoh, banyak generasi Indonesia yang tidak banyak mengetahui jika batas terluar Indonesia secara yurisdiksi adalah sejauh 12 mil tetapi dalam penetapan zona ekonomi eksklusif garis batas tersebut melebar sejauh 200 mil. Saat ini Indonesia juga sudah diakui sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Bila seluruh kalangan mengetahui garis batas wilayah NKRI maka potensi konflik di 10 titik wilayah perbatasan laut dengan beberapa negara tetangga akan mudah teratasi. (OL/OL-10)
Menurut Kadis Potmar TNI AL Laksamana Pertama Kingkin Suroso, semestinya pengetahuan tentang peta Indonesia tidak hanya terbatas pada menghafal pulau-pulau besar Indonesia. Pembelajaran tentang peta Indonesia itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaiamana generasi muda Indonesia mengetahui dengan baik tentang garis batas wilayah Indonesia yang sebagian besar wilayah laut tersebut.
"Sebuah kesalahan masa lalu yang sulit terhapus bagi peserta didik adalah anak-anak disuruh menggambar peta. Padahal saat menggambar peta itu hanya seperempat wilayah Indonesia yang dipelajari oleh siswa, dan bahkan cenderung salah karena saat menggambar beberapa pulau tersebut, siswa sudah membuat batasan garis pantai dan memisahkan Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah NKRI," ujarnya, di Pelabuhan Benoa Bali, Minggu (20/5).
Suroso menambahkan sudah seharusnya saat ini untuk tingkat sekolah dasar peta Indonesia hanya dipajari secara umum. Saat usia SMP dan seterusnya, peta itu harus dipelajari sebagai sains dengan cakupan yang lebih luas terutama garis batas Indonesia yang sebagian besarnya berada di wilayah perairan.
Walau demikian, Kepala Pramuka Saka Bahari Nasional tersebut mengaku tidak perlu saling mempersalahkan baik pemerintah, TNI, lembaga pendidikan dan stakeholder lainnya. Kondisi ini memang demikian adanya karena dipengaruhi imperialisme Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun, Belanda berhasil melakukan brainwashing (cuci otak) terhadap generasi muda Indonesia agar tetap menganggap laut sebagai pemisah antara pulau yang satu dengan yang lainnya.
"Belanda mampu mengaburkan batas-batas teriotrial Indonesia dengan politik devide et impera-nya sehingga anak Indonesia tidak berhasil mengenal garis batas terluar," ujarnya.
Ada banyak generasi muda dan juga mungkin pejabat serta politisi yang tidak tahu persis garis batas Indonesia terutama di wilayah lautnya. Sebagai solusinya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar pelajaran tersebut masuk dalam salah satu topik bahasan dalam mata pelajaran tertentu seperti Geografi atau ilmu bumi.
Sebagai contoh, banyak generasi Indonesia yang tidak banyak mengetahui jika batas terluar Indonesia secara yurisdiksi adalah sejauh 12 mil tetapi dalam penetapan zona ekonomi eksklusif garis batas tersebut melebar sejauh 200 mil. Saat ini Indonesia juga sudah diakui sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Bila seluruh kalangan mengetahui garis batas wilayah NKRI maka potensi konflik di 10 titik wilayah perbatasan laut dengan beberapa negara tetangga akan mudah teratasi. (OL/OL-10)
1 komentar:
waduh parah banget gan garis batas aja gak tau, ane juga gak tau sih hihihi
Posting Komentar