21 Mei, 2012

Kasus Pencemaran Minyak di Laut Timor Belum Tuntas

Penulis : Palce Amalo

 

Kasus Pencemaran Minyak di Laut Timor Belum Tuntas




KUPANG--MICOM: Sedikitnya 107 juta liter minyak mentah yang bersumber dari ledakan sumur minyak Montara pada 21 Agustus 2009, telah mencemari Laut Timor.

"Sekitar 98 persen tumpahan minyak tersebut bercampur dengan zat timah hitam dan bubuk kimia beracun jenis Corexit 9500 yang mencemari kemudian mengendap di Laut Timor perairan Indonesia," kata Pemerhati Laut Timor Ferdi Tanoni di Kupang, Minggu (20/5).

Laporan itu dikutip Ferdi dari sejumlah sumber di Darwin, Australia Utara. Asumsi besarnya volume tumpahan minyak Montara ini berdasarkan jumlah cadangan minyak sebesar 24 juta barel atau 1.416.000.000 liter. Kapasitas produksi ini diperkirakan menghasilkan 35.000 barel atau 2.065.000 liter per hari.

Menurut Ferdi, kasus pencemaran tersebut baru berhasil diatasi setelah berlangsung 74 hari. Karena itu dapat diasumsikan jika hanya 25.000 barel atau 1.475.000 liter minyak yang dimuntahkan, jumlah tumpahan tersebut mencapai sekitar 107 juta liter.

"Asumsi terhadap besaran tumpahan minyak Montara yang mencemari Laut Timor perairan Indonesia itu bisa saja bertambah ataupun berkurang, namun hingga saat ini masih terus ditutup-tutupi oleh PTTEP Australasia selaku operator ladang minyak Montara," katanya.

Di sisi lain, mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu mengatakan Pemerintah Australia dan Indonesia tetap menolak untuk melakukan sebuah penyelidikan ilmiah yang patut, independen dan transparan untuk memperoleh keakuratan petaka Laut Timor yang maha dahsyat tersebut.

Padahal Komisi Penyelidik Montara bentukan Pemerintah Federal Australia dalam laporannya menyatakan tumpahan minyak Montara di Laut Timor mencapai sedikitnya 2.000 barel atau 118.000 liter per hari selama 74 hari. Laporan itu mengutip data tumpahan minyak yang dikumpulkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Australia.

"Laporan yang disampaikan ini pun bukan berdasarkan pada sebuah penyelidikan yang patut dan independen, sehingga menjadi sulit untuk dipercaya," kata penulis buku 'Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta' itu. (PO/X-13) 
 

Tidak ada komentar: