MEDAN– Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan menuding aktivitas survei minyak dan gas (migas) CV Cerika di perairan Belawan sebagai penyebab rusaknya sejumlah rumpon milik nelayan setempat.
Berdasarkan laporan nelayan, ada ratusan titik lokasi rumpon yang rusak akibat kegiatan survei migas (minyak dan gas) yang dilakukan CV Cerika,” kata Ketua HNSI Kota Medan Zulfahri Siagian,kemarin. Menurut dia, kerusakan rumpon tersebut menyebabkan volume hasil tangkapan nelayan tradisional di sekitar pesisir utara Kota Medan itu merosot tajam.
Masalah perusakan rumpon nelayan Belawan itu telah dilaporkan HNSI Medan kepada instansi pemerintah terkait, di antaranya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan. Namun, pengaduan HNSI Medan tersebut hingga kini belum ditindaklanjuti. Dia menegaskan, survei migas yang berdampak terhadap kerusakan sejumlah rumpon jangan sampai menyebabkan ekonomi nelayan tradisional semakin terpuruk.
”Pihak yang melakukan survei dan instansi pemerintah pemberi izin survei harus bertanggung jawab terhadap kerusakan rumpon-rumpon nelayan,” ucapnya. Bentuk tanggung jawab itu, kata dia, harus direalisasikan dengan mengganti total kerugian sejumlah nelayan yang selama ini telah bersusah payah mengumpulkan biaya untuk memasang rumpon di perairan Belawan.Tanpa merinci total kerugian nelayan akibat kasus perusakan rumpon itu, Zulfahri mengatakan, rumponrumpon itu sengaja dipasang nelayan Belawan untuk memudahkan mendapatkan ikan.
Salah satu alat bantu penangkapan ikan yang telah dikenal masyarakat nelayan sebagai alat pemikat ikan ini terdiri dari beberapa komponen,di antaranya rakit,tali rumpon dan jangkar. Dikatakannya, sejak rumpon- rumpon yang berlokasi di sekitar 40 mil dari garis pantai Belawan rusak,hasil tangkapan nelayan setempat semakin merosot. Jika ingin mendapatkan ikan dalam volume relatif banyak, mereka harus mengeluarkan biaya operasional cukup besar.
” Karena itu, kerusakan sejumlah rumpon di perairan Belawan menjadi salah satu faktor penyebab terbatasnya pasokan ikan ke Kota Medan. Kalau pun sewaktu-waktu pasokan ikan lancar,harganya cenderung tinggi,” ujar Zulfahri. Secara terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut Sahrul Isman menilai, aktivitas survei migas tak hanya berdampak kepada mata pencaharian para nelayan, tetapi juga mengancam biota laut lainnya.
Selain ikan, terumbu karang dan makhluk hidup laut lainnya bisa terancam populasinya dengan aktivitas survei itu. ”Tentu ini sangat merugikan para nelayan tradisional untuk meningkatkan hasil tangkapan mereka.Perlu adanya kesadaran manusia untuk menjaga ekosistem laut,” pungkasnya. dody ferdiansyah
Sumber :http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/397344/37/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar