19 Juni, 2008

Penanganan Pencemaran Laut Masih Lemah

Upaya pemerintah menangani pencemaran air laut di perairan lintas negara masih lemah. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu berupaya membahas masalah pencemaran laut yang berdampak bagi sector wisata bahari dan sektor perikanan itu di tingkat ASEAN dan mencari solusi di tingkat organisasi negara-negara Asia Tenggara itu.


Hal itu dikatakan Direktur Riset dan Kajian Strategis Institut Pertanian
Bogor (IPB) Arif Satria dalam diskusi bertema ”Menumbuhkan Industri
Perikanan di Kepulauan Riau”, Sabtu (3/5) di Batam. ”Isu lingkungan laut
memang kurang menarik atau kurang seksi sehingga belum mendapat banyak
perhatian,” ujarnya.


Padahal, dari pengamatan Kompas, di beberapa perairan sering kali tercemar
minyak hitam yang diduga berasal dari hasil pembuangan minyak dari
pembersihan kapal-kapal tanker, misalnya di perairan Nongsa.


Minyak hitam sudah melanda akar-akar pohon bakau di sungai-sungai hutan
bakau di daerah Nongsa, Batam. Pencemaran minyak di Pantai Trikora,
Kabupaten Bintan, pun merusak industri pariwisata dan area penangkapan
ikan masyarakat di sekitar pantai.


Menurut Arif, masalah pencemaran sebenarnya menjadi penting ketika terkait
dengan isu geopolitik. Ia menambahkan, perairan Kepulauan Riau yang
berbatasan dengan Singapura dan Malaysia sangat rawan terhadap masalah
pencemaran, seperti pencemaran minyak di jalur pelayaran internasional.

Oleh karena itu, lanjut Arif, Pemerintah Indonesia perlu mengajak
negara-negara tetangga untuk mencegah pencemaran laut di Selat Singapura.
Sebagai perbandingan, soal kebakaran hutan yang bisa dibahas di tingkat
Asean. (FER) Kompas. Senin, 5 Mei 2008



Tidak ada komentar: