16 Maret, 2019

MENGURANGI TANGKAPAN HIU SEBAGAI TANGKAPAN SAMPINGAN (BYCATCH)

Nelayan akan selalu menjawab bahwa hiu bukan target sasaran tangkapan mereka, sehingga penangkapan hiu oleh nelayan atau pihak lain adalah suatu ketidaksengajaan. Akan tetapi ketika seekor hiu sudah tertangkap dan tidak dapat di kembalikan ke laut lagi akan mengakibatkan populasi ikan hiu di suatu perairan berkurang.


Bagaimanapun hiu mempunyai peranan sangat penting dalam suatu ekosistem. Hiu adalah konsumen puncak dalam rantai makanan di laut. Mereka memakan ikan-ikan yang lebih kecil, dan secara alamiah memangsa hewan-hewan yang lemah dan sakit. Sehingga yang tersisa adalah hewan-hewan yang sehat untuk bertahan hidup di alam. Maka itu hiu memiliki peranan penting dalam menstabilkan ekosistem dalam menjaga komposisi dari populasi ikan yang umumnya dimanfaatkan oleh nelayan.

Dari segi reproduksi, hiu adalah jenis ikan yang memiliki keturunan sedikit. Hal ini disebabkan oleh kematangan kelamin yang lambat. Akan tetapi aktivitas penangkapan hiu oleh manusia semakin meningkat, tidak sebanding dengan keturunan hiu yang lahir. Mengakibatkan keberadaan hiu semakin terancam. Diketahui setidaknya 72% dari produksi hiu merupakan tangkapan sampingan (bycacth) yang berasal dari berbagai alat tangkap seperti pukat cincin, pukat hela, jarring insang, pancing ulur, dan pancing rawai. Jenis alat tangkap, jenis umpan, waktu penangkapan dan lokasi penangkapan hiu turut mempengaruhi terjadinya tangkapan sampingan hiu.
Jenis-jenis hiu yang sering tertangkap di perairan Indonesia yang sering menjadi bycacth adalah Pelagic Thresher/cucut pedang (Alopias pelagicus); hiu tikus (Alopias pelagicus); hiu lonjor/Grey Reef Shark (Carcharhinus amblyrhynchos); hiu lanyam/Silky Shark (Carcharhinus falciformis); cucut bekeman/Bull Shark (Carcharhinus leucas); cucut koboi/Oceanic Whitetip Shark (Carcharhinus longimanus); hiu mada/Blacktip Reef Shark (Carcharhinus melanopterus); cucut lanjaman/Dusky Whaler (Carcharhinus obscurus); hiu teteri/Sandbar Shark (Carcharhinus plumbeus); hiu macan/Tiger Shark (Galeocerdo cuvier); hiu karang/Whitetip Reef Shark (Triaenodon obesus); hiu tenggiri/Shortfin Mako (Isurus oxyrinchus); hiu mako/Longfin Mako (Isurus paucus Guitart); hiu paus/Whale Shark (Rhincodon typus); hiu caping/Scalloped Hammerhead (Sphyrna lewini); hiu caping/Great Hammerhead (Sphyrna mokarran); hiu caping/Smooth Hammerhead (Sphyrna zygaena); hiu belimbing/Zebra Shark (Stegostoma fasciatum); merak bulu/Common Blacktip (Carcharhinus limbatus); cucut selendang/Blue Shark (Prionace glauca); dan hiu botol/Indonesia Greeneye Spurdog (Squalus sp.1).
Hiu memiliki ketahanan yang berbeda-beda saat tertangkap oleh nelayan, tergantung dengan ukuran dan alat tangkap, lamanya penarik pancing, perendaman jarring dan faktor-faktor yang menyebabkan hiu menjadi stress seperti tertumpuk hiu dengan ikan lain pada pengoperasian jaring. Upaya penanganan hiu yang tertangkap sebagai bycatch masih menungkinkan dilakukan dalam meningkatkan kelangsungan hidup hiu yang tertangkap pada tiap alat tangkap. Adapun upaya yang dapat dilakukan pada alat tangkap jaring dan pancing.

A.      Penanganan hiu pada jaring
Alat tangkap jaring ini meliputi jaring insang, pukat cincin, dan pukat hela. Upaya penanganan yang dap
at dilakukan yaitu:
1.       Jika melihat hiu tersangkut jaring, segera lakukan proses penanganan hiu yang tertangkap. Semakin lama proses penanganan akan meningkatkan stres pada hiu;
2.       Identifikasi hiu dengan memperkirakan kondisi dan ukuran hiu yang akan ditangani. Jika kondisi dan ukuran tidak memungkinkan untuk diangkat, proses penanganan dilakukan tetap di permukaan air.
a.       Penanganan hiu di permukaan air
1)    Jika hiu dalam jaring masih dalam kondisi lemah, posisikan jaring ke samping kapal untuk mempermudah penanganan hiu;
2)    Dalam beberapa kasus hiu terlihat mati, sebenarnya hiu mengalami kelelahan. Untuk memastikannya perhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata hiu dengan pelan, jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata hiu dipastikan hiu masih hidup;
3)    Lepaskan hiu yang terbelit jaring, jika tidak memungkinkan dapat memotong jaring yang membelit hiu. Hal ini juga dapat mengurangi kerusakan pada jaring lebih besar;
4)    Jika hiu masih kelelahan, posisikan kepala hiu menghadap arus hingga hiu kembali aktif dan segera lepaskan. Pengaturan posisi hiu dapat dilakukan dengan memegang bagian sirip punggung dan bagian pangkal ekor jika hiu berukuran kecil atau menggunakan tali atau kain yang ditempatkan pada bagian belakang sirip dada pada hiu berukuran besar;
5)    Pastikan dalam proses pelepasan tidak menutup insang hiu, hal ini dapat menyebabkan cedera/luka serius atau berakhir pada kematian;
6)    Lakukan pencatatan jenis hiu, lokasi tangkapan, identifikasi jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap dan dilepaskan (informasi terdapat di lampiran).
b.      Penanganan hiu di dalam air
1)    Identifikasi kondisi dan ukuran hiu yang akan ditangani, umumnya dilakukan pada hiu yang berukuran tidak terlalu besar;
2)    Pastikan kondisi hiu dengan memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata hiu dengan pelan, jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata hiu dipastikan hiun masih hidup;
3)    Upayakan segera melepaskan hiu yang terbelit jaring, jika tidak memungkinkan dapat memotong jaring yang membelit hiu;
4)    Jika hiu aktif bergerak segera lakukan proses pelepasan hiu ke laut, namun jika hiu masih dalam kondisi lemah lakukan penanganan terlebih dahulu, adalah :
Tangani hiu berukuran kecil dengan posisi tangan mengangkat bagian atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor. Hal ini berguna untuk menghindari kerusakan organ dalam hiu. Jika menangani hiu berukuran besar disarankan untuk dilakukan minimal 2 orang. Orang pertama dapat memegang bagian bawah/atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor, sedangkan orang kedua dapat mengangkat tubuh hiu bagian belakang dekat sirip ekor. Gunakan kain basah untuk menutup mata hiu agar hiu tidak berontak dan menjadi tenang. Jika penanganan di atas kapal lebih dari 3 menit, alirkan air ke dalam mulut agar hiu tetap dapat bernafas pastikan tidak mengangkat hiu pada bagian ekornya saja atau menggunakan ganco dan pastikan tidak menutup lembaran insang hiu ketika proses penanganan sedang berlangsung gunakan benda padat seperti kayu atau besi di antara rahangnya untuk menghindari gigitan hiu yang berada di dalam kapal.
5)    Jika proses penanganan telah selesai. Angkat hiu ke samping kapal untuk proses pelepasan dengan posisi hiu tetap horizontal. Jika hiu dalam kondisi aktif dapat langsung dilepaskan. Hiu lebih besar dapat ditangani oleh 2-3 orang dengan cara orang pertama memegang sirip punggung dan dada, sedangkan orang kedua memegang bagian ekor, proses pelepasan dengan menjatuhkan hiu dari sejajar dengan palka. Jangan melempar hiu ke permukaan air dalam proses pelepasan;
6)    Lakukan pencatatan jenis hiu, lokasi tangkapan, jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap dan dilepaskan.
B.      Penanganan hiu pada pancing
Alat tangkap pancing ini meliputi alat tangkap pancing ulur, pancing tonda, pole and line, dan pancing rawai (longline). Upaya penanganan yang sebaiknya dilakukan ketika mendapatkan tangkapan sampingan hiu, antara lain:
1. Jika hiu teridentifikasi memakan mata pancing, maka segera tarik kailnya secepat mungkin agar   mata kail tidak tertelan dalam perut hiu;
2. Usahakan posisi hiu sedekat mungkin dengan samping kapal agar memudahkan proses identifikasi dan penanganan hiu. Jangan gunakan tombak/ganco untuk membawa hiu lebih dekat, karena dapat menyebabkan cedera/luka pada hiu;
3. Pastikan kondisi hiu dengan memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata hiu dengan pelan, jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata hiu dipastikan hiu masih hidup.
4. Sedapat mungkin penanganan dilakukan di atas permukaan air, namun jika tidak memungkinkan penangkapan dapat dilakukan di atas kapal.

a.       Penanganan Hiu di Permukaan Air
1)      Identifikasi posisi kail yang tersangkut dan keberadaan senar yang terbelit di tubuh hiu. Jika posisi kail di dalam mulut berada di luar mulut (bagian tubuh lainnya), lepaskan kail dengan peralatan De hooker, namun jika tidak memungkinkan seperti kail telah tertelan maka potong senar sedekat mungkin dengan kail menggunakan pemotong senar. Jika hiu terbelit pada senar, secepatnya segera potong senar sebanyak mungkin dengan menggunakan pemotong senar.
2)      Jika hiu masih kelelahan, posisikan kepala hiu menghadap arus hingga hiu kembali aktif dan segera lepaskan. Pengaturan posisi hiu dapat dilakukan dengan memegang bagian sirip punggung dan bagian pangkal ekor, jika hiu berukuran kecil. Bisa juga dengan menggunakan tali atau kain yang ditempatkan pada bagian belakang sirip dada pada hiu berukuran besar.
3)      Lakukan pencatatan jenis hiu, lokasi tangkapan, jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap dan dilepaskan.
b.      Penanganan Hiu Tertangkap Pancing di Atas Kapal
Penanganan di atas kapal hanya dilakukan dalam kondisi terpaksa, seperti sulit melepaskan kail atau senar yang membelit di tubuh hiu. Penanganan disarankan tidak lebih dari 3 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Identifikasi kondisi dan ukuran hiu yang akan ditangani, umumnya dilakukan pada hiu yang berukuran tidak terlalu besar
2)      Pastikan kondisi hiu dengan memperhatikan pergerakan insang hiu atau sentuhkan jari ke mata
3)      hiu dengan pelan. Jika ada respon dengan pergerakan insang dan mata, dipastikan hiu masih hidup;
4)      Angkat hiu sedapat mungkin dengan posisi horizontal. Jika jarak dek kapal dengan permukaan air tidak memungkinkan mengangkat langsung dengan tangan, usahakan menggunakan tali atau kain sebagai alat bantu untuk memposisikan hiu tetap horizontal; 
Tangani hiu dengan memperkirakan ukuran hiu yang akan diangkat. Penanganan hiu dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang, dengan tetap mengutamakan keselamatan ABK;
Penanganan oleh 1 orang: Dilakukan dengan posisi tangan berada di atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor. Hal ini berguna untuk menghindari kerusakan organ dalam hiu;
Penanganan oleh 2 orang: Orang pertama dapat memegang bagian bawah atau atas sirip punggung pertama dan bagian pangkal ekor, sedangkan orang kedua dapat mengangkat tubuh hiu bagian belakang dekat sirip ekor;
Letakan hiu di atas kapal dengan pelan-pelan, dan tempatkan hiu di tempat teduh dan area yang basah. Posisikan hiu tegak lurus, biasanya hiu akan menjadi lebih tenang. Selama proses penanganan JANGAN menekan badan hiu dengan lutut, menendang, atau menahan hiu dengan kencang;
Gunakan benda padat seperti kayu atau besi di antara rahangnya untuk menghindari gigitan hiu;
Gunakan kain basah untuk menutup mata hiu agar tidak berontak dan menjadi tenang;
Pastikan tidak menutup lembaran insang hiu ketika proses penanganan sedang berlangsung.
Batasi hiu terpapar di bawah matahari sampai 3 menit setelah hiu diangkat dari air. Jika lebih lama dari itu, maka insangnya akan mengalami kerusakan. Jika waktu penanganan diperkirakan lebih lama dari 3 menit, berikanlah selang yang berisi air asin ke dalam mulutnya agar insangnya tetap dapat berfungsi. Jika tidak ada selang di atas kapal, maka siramkan air laut di kepala dan tubuh hiu, terutama bagian insang dengan ember yang tersedia.
5)      Tangani hiu dengan memegang kepala, bagian tengah tubuh, dan ekornya, karena dapat meminimalisasi cedera/luka pada hiu. Bagian perut dan gigi harus selalu menghadap berlawanan dengan orang yang melakukan penanganan hiu tersebut;
6)      Identifikasi posisi kail yang tersangkut pada hiu. Jika posisi kail di dalam mulut berada di luar mulut (bagian tubuh lainnya), lepaskan kail dengan peralatan De hooker. Namun jika tidak memungkinkan, seperti kail telah tertelan, maka potong senar sedekat mungkin dengan kail menggunaka pemotong senar;
7)      Potong semua senar yang membelit hiu sebanyak mungkin dengan menggunakan pemotong senar;
8)      Jika proses penanganan telah selesai. Angkat hiu ke samping kapal untuk proses pelepasan dengan posisi hiu tetap horizontal. Jika hiu dalam kondisi aktif dapat langsung dilepaskan. Hiu lebih besar dapat ditangani oleh 2-3 orang, dengan cara orang pertama memegang sirip punggung dan dada, sedangkan orang kedua memegang bagian ekor. Proses pelepasan dengan menjatuhkan hiu dari sejajar dengan palka. Jangan melempar hiu ke permukaan air dalam proses pelepasan;
9)      Lakukan pencatatan jenis hiu, lokasi tangkapan, identifikasi jenis kelamin, panjang total, kondisi ketika tertangkap dan dilepaskan.
Demikian lah, sekilas tentang upaya mengurangi hasil tangkapan ikan hiu sebagai bycatch. Semoga bermanfaat, dan mari kita melestarikan hiu di perairan Indonesia tercinta.
Kontributor:
Dewi Astuti Sartikasari, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Muda pada Pusluhdaya KP


Mau Sehat dan Menyehatkan Minum Air Izaura
 Mau Meraih Penghasilan Besar, Membantu Kesehatan Semua Orang dan Memiliki Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan Tanpa Modal Besar.
Berminat Hub Mukhtar, A.Pi  HP. 081342791003 
Kami akan menunjukan Anda Jalan Mencapai Impian

Kenal Lebih Jauh Dengan Air Izaura 

Cari Kos Kosan di Kota Kendari ini tempat 
Kos Putri Salsabilla Kendari
 Hub 081342791003
 
 
Menerima pesanan Kanopi, Pagar Besi, Jendela
 dengan Harga Murah dengan Sistim Panggilan.
 
 
Topi Pegawai Ditjen Perikanan Tangkap
Berminat Hub 081342791003 
 
 
Miliki Kavling tanah di Pusat Pemerintahan Kabupaten Bima di GRIYA GODO PERMAI BIMA
Berminat Hub 081342791003