ISTIMEWA
Belangkas untuk keperluan medis
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kepala Urusan
(Kaur) Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Konservasi BKSDA Sumsel, M
Andreansyah mengungkapkan, belangkas adalah hewan penghuni perairan
dangkal wilayah payau dan kawasan mangrove merupakan hewan yang
dilindungi, mengingat populasinya yang tidak banyak dan jumlahnya terus
berkurang karena diburu masyarakat untuk dikonsumsi.
“Dengan populasinya yang terus berkurang, menjadikan hewan tersebut
masuk dalam satwa yang dilindungi. Maka jangan diambil, biarkan mereka
di alam karena akan mengancam ekosistem mereka. Kalau soal jumlah kami
belum pernah menghitungnya,” kat Andre saat dihubungi Tribun, Rabu
(8/7/2017).
Dijelaskan Andrea, hewan belangkas banyak digunakan dalam kajian
biomedis dan lingkungan. Baik di Inggris dan Jepang, ekstrak darah ini
digunakan sebagai bahan pengujian endotoksin serta untuk mendiagnosis
penyakit meningitis dan gonorhoe.
Serum anti-toksin menggunakan belangkas telah berkembang di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Barat. Warna darah belangkas adalah biru, terbentuk dari senyawa mirip
hemoglobin pada manusia, yang disebut hemosianin. Apabila hemoglobin
memiliki atom besi sebagai pusat, hemosianin memiliki atom tembaga
sebagai pusatnya.
Sementara, daging dan telur belangkas bisa dikonsumsi masyarakat
Melayu, Johor, Singapura maupun Cina, mengenal masakan asam pedas dan
sambal tumis belangkas.
Belangkas juga disantap dengan hanya memanggang atau membakar saja.
Namun, belangkas menghasilkan sejenis racun yang bisa memabukkan.
Hanya bagian tertentu saja boleh dimakan dan hanya seorang yang sudah
terbiasa dan ahli saja yang mengetahui cara menyajikan makanan laut
dari belangkas ini.
"Ini jadi makanan favorit di Negara Malaysia, Singapura maupun Cina,
karena memiliki khasiat berupa vitamin untuk tahan tubuh maupun
vitalitas bagi yang mengkomsumsinya,” ucapnya, seraya hewan ini banyak
ditemui di daerah Pantai Timur sembilang Banyuasin.
Dengan permintaan yang tinggi, dan jumlah yang tidak banyak,
menjadikan hewan ini memiliki harga yang cukup ekonomis di pasaran
ekspor, yang per ekornya bisa mencapai Rp 150 ribu dengan berat 1/2 Kg,
meskipun sejumlah nelayan banyak yang belum mengetahuinya.
Dalam menjaga kelestarian hewan dilindungi tersebut, diakui
Andreasyah pihaknya sudah melakukan berbagai upaya, mulai sosialisasi,
himbauan dan koordinasi dengan dinas atau lembaga terkait lainnya.
“Kami melakukan penguatan koordinasi dengan KKP, karena wilayah laut
ini, selain kepiting dan udang. Kami melakukan sosialisasi bersama agar
ekosistem belangkas terus terjaga. Dan membiarkannya berkembang biak di
alam terbuka,” tegasnya.
Hewan Purba Berdarah Biru:
- Binatang ini diklaim sebagai “alat baru untuk menjaga kehidupan”
- Darahnya berwarna biru dan berasal dari makhluk yang lebih kuno dan lebih tahan dari dinosaurus
- Telah hidup di bumi sepanjang 450 juta tahun
- Ekstraksi darah birunya digunakan untuk memastikan produk farmasi dan medis bebas dari kontaminasi bakteri
- Hidup di daerah mangrove dan paya-paya, persis seperti daerah Sungsang
- Makanannya berupa cacing, udang-udangan berukuran kecil, dan alga
- Induk menaruh sekitar 2 ribu sampai 30 ribu telur di bawah pasir dan membuahinya
- Dalam 1 musim kawin, induk belangkas dapat menelurkan 80 ribu sampai 100 ribu telur
- Dibutuhkan waktu 9 sampai 12 tahun supaya telur-telur berukuran sekitar 2 mm tumbuh menjadi belangkas-belangkas dewasa
- Paling sering ditemukan di Teluk Meksiko dan sepanjang pantai Atlantik utara Amerika Utara
http://sumsel.tribunnews.com/2017/03/09/belangkas-hewan-purba-berdarah-biru
Hewan berdarah biru yang telah Menyelamatkan banyak Manusia
https://youtu.be/o13A4upsF4Q
Tidak ada komentar:
Posting Komentar