NATUNA, KOMPAS.com - Nelayan di Pulau Natuna,
Kepulauan Riau, mengakui bahwa aksi penenggelaman kapal yang kerap
dilakukan di bawah pimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti memberikan dampak signifikan.
Kapal asing yang dulu
kerap terlihat di perairan Natuna sudah jauh berkurang. Ketua Koperasi
Nelayan Pulau Subi Mahyu menuturkan, dia sudah jarang menemui nelayan asing masuk perairan Indonesia.
"Sekarang
sudah jarang, kapal asing memang sudah turun cukup drastis, tidak
seperti dulu," ujar Mahyu saat ditemui di Pelabuhan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa di Natuna, Kepulauan Riau, Senin
(29/1/2018).
Kalaupun ada yang ditemuinya, lanjut Mahyu, nelayan
asing itu mengambil ikan di perairan Indonesia di lokasi yang jauh.
Misalnya, bila nelayan asing dulu masih berani masuk hingga 5 mil dari
garis pantai, kini bergeser hingga ke 30 mil atau 40 mil dari garis
pantai.
"Kadang ada dua atau tiga kapal, ada yang Vietnam atau Thailand. Dulu mereka berani sampai berjajar 20-an kapal," ucap dia.
Tarmini,
nelayan dari Desa Sedadap, Pulau Tiga, juga mengamini perubahan
tersebut. Dia mengaku tidak pernah lagi menjumpai nelayan asing saat
melaut mencari ikan di perairan Natuna.
"Kalau kapal asing saya tengok sepi, tidak pernah kami jumpai sama sekali," kata dia.
Kebijakan
peneggelaman kapal asing dilakukan oleh Menteri kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti. Penenggelaman dilakukan bila sudah ada putusan
pengadilan negeri terhadap kapal asing yang mencuri ikan di perairan
Indonesia.
Selain pemberian hukuman tersebut, KKP juga memantau
perairan Indonesia menggunakan radar satelit, pelacak yang disematkan di
nelayan Indonesia yang terdaftar, serta Kapak Pengawas Perikanan yang
berjumlah empat unit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar