Radio Nelayan Nusantara (RANN). Foto: Edzan Raharjo
Yogyakarta -
Nursihan Wardhana (55) bersama teman-temannya dari Orari DIY
menciptakan alat untuk memantau dan merekam pergerakan nelayan di laut.
Seperti apa alait tersebut?
Alat itu diberinama Radio Nelayan Nusantara (RANN).
Dengan peralatan ini, keberadaan nelayan bisa dipantau apabila terjadi bencana atau pun kapalnya mengalami kerusakan Sehingga diharapkan bantuan bisa segera didapat.
"Älat ini terdiri dari pemancar dan penerima radio komunikasi yang ditambah data GPS. Karena di laut nelayan kan posisinya tidak tau arah. Ini radio ditambahi GPS yang bisa connect dengan komputer," kata Nursihan di sela-sela acara 'Sosialisasi Pengguna Frekuensi Radio Dan Perijinan Secara Online (E-Licensing)' di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Selasa (5/12/2017).
Alat itu diberinama Radio Nelayan Nusantara (RANN).
Dengan peralatan ini, keberadaan nelayan bisa dipantau apabila terjadi bencana atau pun kapalnya mengalami kerusakan Sehingga diharapkan bantuan bisa segera didapat.
"Älat ini terdiri dari pemancar dan penerima radio komunikasi yang ditambah data GPS. Karena di laut nelayan kan posisinya tidak tau arah. Ini radio ditambahi GPS yang bisa connect dengan komputer," kata Nursihan di sela-sela acara 'Sosialisasi Pengguna Frekuensi Radio Dan Perijinan Secara Online (E-Licensing)' di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Selasa (5/12/2017).
Untuk membuat peralatan tersebut Nursihan membutuhkan biaya Rp 8,5 - Rp
10 juta. Peralatan yang berfungsi untuk komunikasi nelayan dengan pantai
ini memiliki jarak jangkauan maksimal 12 mil laut. Komunikasi
menggunakan jalur PHS (Personal Handy System) dengan frekuensi sekitar
156-160 MHz.
Alat tersebut, Nursihan, masih berupa prototype dan bisa terus dikembangkan. Sebelumnya RANN sudah diujicoba di Mentawai.
"Ini dilengkapi dengan fasilitas GPS, sehingga nelayan bisa mengetahui posisi koordinat dari kapal tersebut. Posisi bisa dikirim ke pantai melalui fasilitas call, sehingga pantai bisa tahu posisi nelayan di mana. Bisa diketahui juga jarak dari pantai ke kapal berapa, bisa juga untuk SMS," jelasnya.
Kepala Balai Monitor (Balmon) Kelas II DIY, Slamet Wibowo mengatakan alat tersebut sangat bermanfaat untuk para nelayan.
Balmon DIY yang memberikan izin terkait frekuensi yang digunakan dan sebagai pembinan, berusaha untuk mencari penyandang dana untuk pengembangan alat tersebut.
"Ini kreativitas teman-teman, untuk penyandang dana belum ada. Baru kita carikan untuk penyandang dana," kata Slamet.
(sip/sip)
Alat tersebut, Nursihan, masih berupa prototype dan bisa terus dikembangkan. Sebelumnya RANN sudah diujicoba di Mentawai.
"Ini dilengkapi dengan fasilitas GPS, sehingga nelayan bisa mengetahui posisi koordinat dari kapal tersebut. Posisi bisa dikirim ke pantai melalui fasilitas call, sehingga pantai bisa tahu posisi nelayan di mana. Bisa diketahui juga jarak dari pantai ke kapal berapa, bisa juga untuk SMS," jelasnya.
Kepala Balai Monitor (Balmon) Kelas II DIY, Slamet Wibowo mengatakan alat tersebut sangat bermanfaat untuk para nelayan.
Balmon DIY yang memberikan izin terkait frekuensi yang digunakan dan sebagai pembinan, berusaha untuk mencari penyandang dana untuk pengembangan alat tersebut.
"Ini kreativitas teman-teman, untuk penyandang dana belum ada. Baru kita carikan untuk penyandang dana," kata Slamet.
(sip/sip)
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3756258/warga-yogya-buat-alat-untuk-pantau-keberadaan-nelayan-di-laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar