BANDA
NEIRA (23/10) – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan menghadiri
acara Peringatan 350 Tahun Treaty of Breda (Perjanjian Breda), yaitu
kesepakatan pertukaran Manhattan (sekarang New York) dengan Pulau Run,
Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Peringatan perjanjian antara
Belanda dan Inggris tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti
350 tahun Treaty of Breda oleh Menteri Susi dan Donovan, di Pulau run,
Minggu (22/10).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Sekretaris Daerah (Sekda)
Maluku Hamin Bin Thahir, Wakil Bupati Maluku Tengah Larlatu Leleury, dan
sejumlah Muspida Maluku Tengah.
Sebagai informasi, Perjanjian Breda merupakan kesepakatan Belanda
untuk melepaskan kekuasaannya di Manhattan yang kala itu dinamai Nieuw
Amsterdam untuk ditukar dengan Pulau Run di Kepulauan Banda demi
mempertahankan monopoli Belanda atas perdagangan rempah dunia pada abad
ke-17.
Belanda rela menukar Pulau Manhattan dengan Pulau Run karena hasil
perkebunannya berupa buah pala memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
sehingga dengan memiliki Pulau Run Belanda memegang peran penting dalam
perekonomian dunia kala itu.
Pulau Manhattan yang terletak di sebelas selatan ujung Sungai Hudson
merupakan satu dari lima kota bagian yang membentuk New York yang ada
saat ini.
“Saya sebetulnya tidak mengira bahwa ada pulau kecil jauh dari
mana-mana, in the middle of nowhere, bisa menjadi bahan tukar guling
antara dua pemerintah di dunia. Bahkan itu yang mengakhiri perang antara
Belanda dan Inggris. Itu adalah salah satu hal yang luar biasa,” ungkap
Menteri Susi dalam pidatonya.
Selain terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya, Pulau Run juga
terkenal dengan hasil lautnya. Untuk itu, Menteri Susi mengimbau agar
masyarakat turut mengembangkan potensi laut dengan optimal. Ia ingin
agar masyarakat Pulau Run dan masyarakat Maluku pada umumnya menjaga
lautnya dari ‘penjarahan’ negara asing, selayaknya mereka menjaga sumber
daya rempah dari para penjajah.
“Kapal-kapal ikan besar besar yang selama ini mengambil ikan Bapak
dan Ibu punya sudah pergi. Sekarang Tuna besar-besar Bapak nikmati dan
tangkap. Saya yakin 3 tahun yang lalu tidak ada ikan tuna yang 90 kg di
sini karena dari dulu lebih dari ribuan kapal asing di Provinsi Maluku
yang menangkap ikan di tengah laut Bapak-bapak,” tutur Menteri Susi.
Sebagai
tindak lanjut bersihnya laut dari pencuri, Menteri Susi meminta
masyarakat setempat untuk ikut mengawasi kembalinya para pencuri ikan
dan meninggalkan penggunaan alat tangkap dan bahan peledak yang dapat
merusak lingkungan seperti trawl (pukat harimau), bom, dinamit,
potasium, dan sebagainya.
Menteri Susi juga mengimbau agar masyarakat tidak lagi memunggungi
laut dengan mengubah beranda depan rumah menghadap ke laut. Hal ini
dilakukan agar masyarakat tak lagi sembarangan membuang sampah ke laut.
“Sekarang dapurnya yang menghadap ke jalan, kamar dan ruang depannya
yang menghadap ke laut. Betapa indahnya liat gelombang, riaknya air
biru, bersih, cantik,” imbuh Menteri Susi.
Ia ingin masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga laut dari sampah
plastik. “Tolong bersihkan jangan sampai ramalan 2050 itu nanti
terbukti. Nanti 2030 sampah dan ikan, plastik dan ikan sama jumlahnya di
laut. Tahun 2050 lebih banyak plastik daripada ikan di laut,” tambahnya
lagi.
Hal ini menjadi penting karena menurut Menteri Susi, jika dulu orang
tertarik datang ke Maluku karena Pala, Lada, dan Cengkehnya, sekarang
laut, koral, dan ikannya yang menjadi daya Tarik.
“Kembalikan sejarah seperti 300 tahun yang lalu. Masyarakat dari
seluruh dunia mencari Pulau Run karena kekayaannya yaitu ikan, koral
yang bersih, dan air laut yang jernih,” tutupnya.
Lilly Aprilya Pregiwati Kepala Biro Kerja Sama dan Humas KKP
http://kkp.go.id/2017/10/23/hadiri-peringatan-350-tahun-perjanjian-breda-menteri-susi-pikat-dunia-dengan-keindahan-laut-banda/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar