JAKARTA
(20/4) – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kamis (20/4)
melantik Muhammad Yusuf sebagai Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta. Yusuf
didaulat menggantikan Andha Fauzie Miraza yang memasuki masa pensiun.
Sebelumnya, Yusuf pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta
Selatan.
“Saya ucapkan selamat datang Pak Yusuf
dalam tim KKP. Saya sudah bekerja bersama Bapak mungkin sudah cukup
lama, meskipun tidak sama-sama di KKP, waktu Bapak masih di PPATK. Waktu
itu, bapak membantu kita dalam kerja-kerja kita dengan Satgas untuk
menjaga good governance di KKP. Bapak Andha, Bapak memasuki pensiun.
Saya juga ucapkan terima kasih, selama ini Bapak telah menjadi Irjen di
KKP. Banyak hal yang kita perbaiki bersama selama saya bekerja bersama
Bapak,” ungkap Menteri Susi dalam pidato pelantikannya.
Dalam pidatonya, Menteri Susi menekankan
pentingnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran KKP. Ia
meminta seluruh jajaran KKP menggunakan anggaran secara bijak untuk
mencapai tujuan dan cita-cita KKP demi menyejahterakan nelayan
Indonesia.
Menteri Susi mengungkapkan, sumber daya
alam kelautan dan perikanan kini menjadi salah satu andalan utama
Indonesia untuk meningkatkan pemasukan negara karena sifatnya yang dapat
diperbaharui. Untuk itu, ia meminta semua pihak bersama-sama
berkomitmen untuk menjaga keberlanjutannya.
“Sumber daya kita yang kaya seperti
minyak dan tambang, sudah hampir habis dan tidak akan kembali. Tapi,
kita masih punya satu kelautan dan perikanan, sumber daya alam yang
renewable, yang bisa terus-menerus sustain dan ada untuk keperluan kita.
Tetapi tentu saja hanya kalau kita jaga dengan benar. Hanya jika ada
sustainability di cara pengelolaannya,” terang Menteri Susi.
Menurut Menteri Susi, terbitnya Perpres
Nomor 44 tertanggal 18 Mei 2016 adalah salah satu bentuk komitmen
Presiden Joko Widodo untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan
Indonesia. “Beliau merubah perikanan tangkap masuk dalam daftar negative
list investasi asing. Itu adalah suatu kemenangan nasional, kemenangan
bangsa Indonesia. Tetapi apabila kita tidak bisa menjaga ini
(keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan), maka habislah sumber
daya alam terakhir yang kita punya,” tutur Menteri Susi.
Menteri
Susi mengungkapkan kebanggaannya terhadap sumber daya laut Indonesia
yang sangat beragam dan berharga. Menurut Menteri Susi, sumber daya
kelautan Indonesia ini sudah seharusnya dimanfaatkan oleh bangsa
Indonesia bukan pihak asing. Ia juga menuturkan, kebijakan KKP
memberantas illegal fishing melalui berbagai kebijakan termasuk
moratorium kapal asing sudah menunjukkan hasil yang baik dengan
meningkatnya hasil tangkapan dan jumlah kapal-kapal lokal.
“Saya kemarin kedatangan bapak-bapak
pemilik kapal dari Juwana. Mereka berterima kasih. Katanya kalau tidak
akibat aturan KKP, kapal mereka tidak mungkin sampai ke Arafura, sampai
ke Merauke. Bangsa kita berkewarganegaraan Indonesia, kapalnya aslinya
Indonesia, tidak bisa menangkap ikan di wilayah bagian timur NKRI.
Kenapa bisa? Berarti ada kesalahan di situ. Makanya sekarang kita bikin
aturan agar laut yang kaya itu tak lagi dikuasai asing,” cerita Menteri
Susi.
Kepada Irjen yang baru, Menteri Susi
berpesan agar tak goyah atas tekanan yang akan ditujukan kepada
Indonesia dari berbagai pihak atas dalam menjalankan komitmen KKP yang
telah ditetapkan.
“Bapak Yusuf sebagai Irjen Baru nanti,
tugas kita menjaga sumber daya ini sangat berat. Tetangga-tetangga kita
tahun ini melakukan moratorium bersama-sama. Cina moratorium mulai
tanggal 1 Mei. Padahal dia baru melakukan moratorium selama 2 tahun,
yang berakhir September tahun lalu. Thailand juga akan melakukan
moratorium, kemudian Vietnam juga sama. Karena apa? Karena mereka sudah
habis stok ikannya. Kenapa kita harus jaga? Karena kalau ini terjadi,
pressure untuk menangkap ikan di wilayah kita akan lebih besar lagi,”
terang Menteri Susi.
Menteri Susi mengingatkan, KKP baru
berhasil mencapai 40% tambahan tangkapan ikan dari target yang telah
dibuat. Menurutnya, target tambahan tangkapan ikan ini bukan untuk
diekspor semua, melainkan utamanya untuk peningkatan kualitas manusia
Indonesia.
“Bukan berarti kita tangkap terus harus
kita ekspor semua. Kita harus ingat ini adalah pangan, kita harus
memastikan dulu ini cukup untuk bangsa kita. Lebihnya, itu yang kita
ekspor. Benar devisa penting, tetapi kualitas manusia-manusia Indonesia
juga sangat penting. Dengan tekanan-tekanan kebutuhan dan demand dunia
akan seafood, seafood yang kita punya akan dicari dan dikejar oleh
banyak negara. Saya ingatkan kepada bapak-bapak semua, utamakan untuk
bangsa kita dahulu,” amanat Menteri Susi.
Menteri Susi juga mengungkapkan
keprihatinannya atas angka stunting indeks anak-anak Indonesia yang
sangat tinggi. Berdasarkan data 2003-2013, stunting indeks anak-anak
Indonesia mencapai 39%, di mana 1 dari tiga anak-anak Indonesia tumbuh
kuntet. “Seperti tikus mati di lumbung padi. Ikan banyak, tapi anak-anak
Indonesia tidak cukup tumbuh sehat,” kata Menteri Susi.
“Saya harap, Bapak dan Ibu semua
konsisten dan tetap jaga integritas. Saya bangga dan senang dan
bersyukur kita sempat menjaga ini sebelum habis,” tandas Menteri Susi.
Adapun
Muhammad Yusuf, sebagai Irjen yang baru menyampaikan rasa terima kasih
atas kepercayaan yang telah diberikan Menteri Susi kepadanya. “Tidak
semua orang bisa dipercaya (sebagai Irjen), apalagi Ibu Susi kan
orangnya perfectionist. Ini tentu tantangan bagi saya. Saya terpacu
untuk bayak belajar bagaimana cara Ibu Susi bekerja, perlu tahu
bagaimana budaya kerjanya, apa yang diinginkan, sehingga nanti tidak ada
kekecewaan,” tutur dia sesaat setelah acara pelantikan.
Menurut Yusuf, bekerja di KKP adalah
sebuah panggilan jiwa untuknya, mengingat tujuan KKP yang sangat mulia
untuk menyejahterakan nelayan Indonesia. Ia ingin semua ikut bersinergi
membantu mewujudkan cita-cita KKP agar generasi selanjutnya punya untuk
dapat hidup layak, nyaman, dengan asupan gizi yang terpenuhi.
Yusuf mengungkapkan, dalam masa
jabatannya ia akan menambahkan satu ke dalam tiga pilar yang biasa
dipakai dalam kerja organisasi. “Selama ini kan ada tiga pilar yang
dipakai, control by audit, control by report, control by system. Saya
ingin satu lagi control by accompany intelling, pendampingan yang
melekat. Artinya saat ada progress yang signifikan, dalam jumlah yang
besar, yang berpengaruh kepada hidup orang banyak secara langsung, kita
berharap ada tim atau anggota inspektorat di sana, untuk pencegahan dini
agar jangan sampai ada defiasi,” tukas dia.
Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Kerja Sama dan Humas
Kepala Biro Kerja Sama dan Humas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar