JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti geram dengan pernyataan Wali Kota General
Santos City, Filipina, Ronnel Rivera, yang merendahkan nelayan
Indonesia. Tak sungkan, Susi pun menyebut pernyataan itu sebagai
pernyataan yang sangat merendahkan bangsa Indonesia.
"Coba itu baca berita (Asian Correspondent), masa mereka bilang orang Indonesia enggak bisa mancing, enggak bisa jadi kapten kapal, merendahkan sekali itu," ujar Susi di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (13/3/2015).
Menurut Susi, banyak kapal asal General Santos yang mempekerjakan anak buah kapal asal Indonesia, bahkan ada yang sampai 15 tahun. Dari kurun waktu sepanjang itu, para pemilik kapal tidak pernah memberdayakan ABK Indonesia. Padahal, kata Susi, berkembangnya kota General Santos ialah karena 60 persen pasokan ikan dari Laut Sulawesi.
Bahkan, saat ini, karena kebijakan transhipment yang dilakukan Susi, sebagian besar industri pengolahan dan pengalengan ikan tuna di General Santos harus berhenti karena kehilangan pasokan ikan tuna. Saking geramnya, Susi pun tak ingin ada ikan tuna asal Indonesia yang dibawa ke General Santos.
"Yang penting ikan enggak boleh 'lari' ke General Santos. Ikan Sulawesi ya diproses di Sulawesi," kata dia.
Sebelumnya, salah satu media luar negeri, yaitu Asian Correspondent, memberitakan bahwa industri perikanan tuna Filipina mengalami ancaman baru terkait berbagai pengetatan kebijakan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
Dalam berita itu, Wali Kota General Santos City, Ronnel Rivera, mengatakan bahwa orang Indonesia tak memiliki kemampuan menjadi kapten kapal. Oleh karena itu, kata dia, orang Indonesia masih membutuhkan orang Filipina sebagai kapten kapal.
Selain itu, salah seorang kepala pemasaran dari perusahaan perikanan di General Santos, yaitu San Andres Fishing Industry, Dexter Tan, mengatakan bahwa untuk menjadi kapten kapal, seseorang harus memiliki kemampuan dan pengalaman khusus. Oleh karena itu, kata dia, pekerjaan tersebut tak bisa diserahkan kepada nelayan Indonesia karena alasan kemampuan dan pengalaman.
"Coba itu baca berita (Asian Correspondent), masa mereka bilang orang Indonesia enggak bisa mancing, enggak bisa jadi kapten kapal, merendahkan sekali itu," ujar Susi di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (13/3/2015).
Menurut Susi, banyak kapal asal General Santos yang mempekerjakan anak buah kapal asal Indonesia, bahkan ada yang sampai 15 tahun. Dari kurun waktu sepanjang itu, para pemilik kapal tidak pernah memberdayakan ABK Indonesia. Padahal, kata Susi, berkembangnya kota General Santos ialah karena 60 persen pasokan ikan dari Laut Sulawesi.
Bahkan, saat ini, karena kebijakan transhipment yang dilakukan Susi, sebagian besar industri pengolahan dan pengalengan ikan tuna di General Santos harus berhenti karena kehilangan pasokan ikan tuna. Saking geramnya, Susi pun tak ingin ada ikan tuna asal Indonesia yang dibawa ke General Santos.
"Yang penting ikan enggak boleh 'lari' ke General Santos. Ikan Sulawesi ya diproses di Sulawesi," kata dia.
Sebelumnya, salah satu media luar negeri, yaitu Asian Correspondent, memberitakan bahwa industri perikanan tuna Filipina mengalami ancaman baru terkait berbagai pengetatan kebijakan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
Dalam berita itu, Wali Kota General Santos City, Ronnel Rivera, mengatakan bahwa orang Indonesia tak memiliki kemampuan menjadi kapten kapal. Oleh karena itu, kata dia, orang Indonesia masih membutuhkan orang Filipina sebagai kapten kapal.
Selain itu, salah seorang kepala pemasaran dari perusahaan perikanan di General Santos, yaitu San Andres Fishing Industry, Dexter Tan, mengatakan bahwa untuk menjadi kapten kapal, seseorang harus memiliki kemampuan dan pengalaman khusus. Oleh karena itu, kata dia, pekerjaan tersebut tak bisa diserahkan kepada nelayan Indonesia karena alasan kemampuan dan pengalaman.
Penulis | : Yoga Sukmana | |||
Editor | : Bambang Priyo Jatmiko | http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/13/175312026/Seorang.Wali.Kota.Filipina.Lecehkan.Indonesia.Menteri.Susi.Berang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar