REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan sektor perikanan di Indonesia
dapat meniru sistem yang diterapkan dua negara kawasan Skandinavia yaitu
Swedia dan Finlandia, kedua negara yang dikenal tergantung pada hasil
perikanan.
"Swedia
dan Finlandia merupakan dua negara di Eropa yang mengandalkan
ekonominya dari sektor perikanan," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Lingkungan Hidup Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan Shinta
Widjaja Kamdani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad
(15/2).
Menurut
Shinta, kedua negara itu memahami sepenuhnya kelebihan potensi laut di
daerah empat musim seperti Eropa sehingga merupakan rumah dari beberapa
jenis ikan yang terkenal akan tingkat harganya yang relatif tinggi di
dunia, salah satunya adalah ikan salmon.
Oleh
karena itu, ujar dia, keduanya menyadari bahwa eksplorasi ikan yang
tidak dapat diatur dapat mengakibatkan kepunahan terhadap beragam ikan
yang ada di kawasan perairan negaranya sehingga mereka benar-benar
menjaga populasi ikan di lautnya.
"Negara
kita punya lebih banyak kekayaan laut, tapi bukan berarti kita akan
terus merasakan kekayaan tersebut jika proses alamiah perkembangbiakan
ikan tidak pernah kita perhitungkan dalam strategi pengembangan
perikanan," katanya.
Sebelumnya,
Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara)
Abdul Halim juga mengatakan bahwa pemerintah perlu meniru pemerintahan
Swedia dalam mengelola dinamika sebelum melarang sepenuhnya alat tangkap
perikanan yang dinilai merusak lingkungan
Swedia,
menurut Abdul Halim, harus menyiapkan dari tahun 1980-an sampai
benar-benar diberlakukan pelarangan alat tangkap perusak lingkungan pada
tahun 2000-an.
Selain
itu, ujar dia, Swedia juga berani dan mampu menerapkan hingga batasan
kuota per nelayan, berbeda dengan Indonesia yang menerapkan batasan
berdasarkan beragam hal seperti ukuran kapal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar