Merdeka.com - Setiap tahun Indonesia setidaknya kehilangan
penghasilan Rp 300 triliun dari kasus illegal fishing ini. Kehilangan
yang sangat besar juga diderita Indonesia dari kasus illegal logging dan
eksplorasi minyak ilegal. Sudah lama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti geram dengan aksi pencurian ikan di laut Indonesia. Terutama yang dilakukan oleh nelayan asing.
Mereka masuk ke wilayah laut Indonesia secara ilegal. Di sisi lain,
sebuah kapal berukuran besar yang disebut-sebut berbendera Hong Kong,
menunggu pasokan ikan ilegal dari para nelayan tersebut. Habis sudah kesabaran Menteri Susi. Dia berulang kali mengancam bakal
menenggelamkan kapal asing yang masuk perairan Indonesia tanpa izin,
apalagi yang kedapatan menangkap ikan secara ilegal.
"Sanksi harusnya ditenggelamin, lelang atau suruh pulang (jika masih beroperasi)," ujarnya beberapa waktu lalu. Susi mengaku tidak takut jika akan mendapat ancaman dari pihak asing
atas kebijakan ini. Pasalnya, para duta besar negara mitra kerja
Indonesia, sudah menemuinya dan memberi dukungan atas kebijakan Susi
tersebut.
Terlebih, Presiden Joko Widodo
juga mendukung rencana Susi. Kepala negara meminta Menteri Susi
menindak tegas pelaku, kalau perlu tenggelamkan kapal illegal fishing. "Saya sampaikan kemarin, sudahlah enggak sudah tangkap-tangkapan.
Langsung tenggelamkan 10 atau 20 baru nanti mikir," kata Jokowi.
Tapi Jokowi memberi catatan. Sebelum kapal ditenggelamkan, terlebih dahulu tangkap dan selamatkan nelayannya.
"Tapi orangnya diselamatkan dulu. Nanti jadi rame kalau sama negara
lain. Tenggelamkan 100 biar nanti yang lain mikir. Kalau enggak kayak
gitu ya kekayaan kita habis," tegasnya Beberapa pekan lalu, Menteri Susi melakukan patroli di laut
Indonesia. Direktur Jenderal Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Asep Burhanuddin
menuturkan, penenggelaman kapal juga tidak bisa dilakukan serampangan.
Ada undang-undang dan aturan teknis lain mesti dipatuhi. Jika ada
kapal terlihat mencurigakan. Maka petugas patroli harus terlebih dahulu
memberikan peringatan agar kapal tersebut berhenti. "Itu akan diperingati jika secara visual terlihat dengan jarak 5 mil," tuturnya.
Kapal berhenti, lanjut Asep, petugas bisa langsung memeriksa
kelengkapan dokumen. Jika tak ada kekurangan, kapal bisa dilepas
berlayar kembali. Namun, masalah muncul jika kapal terus melaju tak
mengindahkan peringatan. Kalau sudah begini, petugas harus terlebih
dahulu memberikan ancaman kecil-kecilan dengan menembakkan peluru hampa.
Tak juga berhenti, petugas menaikkan skala ancaman dengan menembak ke
arah kiri dan kanan kapal. "Kalau enggak mau berhenti juga, ya kita
tembak kapalnya." Ada cerita lucu yang disampaikan Menteri Susi dan anak buahnya terkait upaya menenggelamkan kapal asing. Merdeka.com mencatatnya, berikut paparannya.
1.
Ditembak cuma bolong-bolong
"Kami sudah siap-siap saja menenggelamkan. Tetapi senjata kami punya
buat nembak kapal berapa kali juga tidak bakal tenggelam. Paling cuma
bolong-bolong saja," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Asep
Burhanuddin saat bertemu pemimpin media massa, di Jakarta, Senin (1/12).
2.
Kapal KKP ikut tenggelam
Jika kapal tenggelam, para awaknya harus tetap diselamatkan oleh
petugas patroli. Sayangnya kapasitas kapal patroli milik Kementerian
Kelautan dan Perikanan hanya cukup menampung 20 anak buah kapal.
"Sekarang kalau ditenggelamkan di tengah laut, lalu 20 ABK harus
menyelamatkan 61 ABK kapal asing, dinaikkan ke kapal kami. Ya tenggelam
juga itu kapal karena kelebihan kapasitas," kata
3.
Tidak punya Solar
"Saya ngancem bom, tetapi kapal buat ngebomnya tidak bisa jalan, karena
tidak ada Solar. Sedih, seperti nelayan kita mau buat ikan asin tidak
ada ikannya," ucap Susi.
http://www.merdeka.com/uang/kisah-lucu-anak-buah-menteri-susi-sulit-tenggelamkan-kapal-asing.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar