Ada beberapa hal yang harus dihindari agar perusahaan tidak menuju kebangkrutan. Inilah 10 di antaranya…
Ada banyak cara untuk meraih sukses dalam berwirausaha. Tapi memang, tantangan pasti selalu saja menghadang. Bahkan, untuk perusahaan yang sudah sukses sekian lama pun, tantangan selalu ada. Tak jarang, yang kurang sigap dalam menanggapi terjadinya perubahan, harus siap mengalami kegagalan yang berujung pada kebangkrutan.
Tengok kisah bagaimana General Motors di Amerika Serikat yang sangat berjaya, tiba-tiba harus bersaing dengan Toyota dari Jepang. Atau, lihat pula persaingan di dunia teknologi informasi (TI) yang perkembangannya sangat cepat. Biaya komunikasi yang sangat murah membuat beberapa perusahaan telekomunikasi harus putar otak agar mampu terus bertahan. Dari mulai menurunkan harga, hingga terpaksa diakuisisi oleh perusahaan lain yang memiliki modal lebih besar. Coba lihat pula misalnya di industri rokok bernikotin rendah (mild) di Indonesia. Jika dulu hampir semua lini dikuasai oleh A Mild dari Sampoerna, kini persaingannya telah makin keras antarprodusen baru.
Maka, jangan heran, jika banyak merek legendaris yang kemudian hanya tinggal sejarah. Mereka bukannya tak berubah dan berusaha mempertahankan usahanya. Tapi, kemajuan zaman dan perkembangan teknologi serta pergeseran budaya, membuat merek dan produk yang tak bisa beradaptasi dengan cepat, akan langsung tergerus perputaran zaman.
Karena itulah, Donald R. Keough, mantan pimpinan sebuah produk minuman berkarbonasi, Coca Cola, sampai menuliskan hal-hal yang harus dijauhi agar produk kita bisa tetap bertahan. Keough yang juga pernah menjabat sebagai eksekutif di berbagai perusahaan, menulis sebuah buku berjudul The Ten Commandments for Business Failure. Dalam buku tersebut, ia mengemukakan 10 hal yang harus dijauhi agar bisnis bisa langgeng.
Berikut beberapa hal yang dituliskan Keough. Tentu, perlu kebijaksanaan kita juga untuk menelaah dan tidak menelan mentah-mentah. Karena, bisa jadi, konteks di sana (baca: Amerika Serikat) berbeda dengan yang berlaku di sini…
Ada banyak cara untuk meraih sukses dalam berwirausaha. Tapi memang, tantangan pasti selalu saja menghadang. Bahkan, untuk perusahaan yang sudah sukses sekian lama pun, tantangan selalu ada. Tak jarang, yang kurang sigap dalam menanggapi terjadinya perubahan, harus siap mengalami kegagalan yang berujung pada kebangkrutan.
Tengok kisah bagaimana General Motors di Amerika Serikat yang sangat berjaya, tiba-tiba harus bersaing dengan Toyota dari Jepang. Atau, lihat pula persaingan di dunia teknologi informasi (TI) yang perkembangannya sangat cepat. Biaya komunikasi yang sangat murah membuat beberapa perusahaan telekomunikasi harus putar otak agar mampu terus bertahan. Dari mulai menurunkan harga, hingga terpaksa diakuisisi oleh perusahaan lain yang memiliki modal lebih besar. Coba lihat pula misalnya di industri rokok bernikotin rendah (mild) di Indonesia. Jika dulu hampir semua lini dikuasai oleh A Mild dari Sampoerna, kini persaingannya telah makin keras antarprodusen baru.
Maka, jangan heran, jika banyak merek legendaris yang kemudian hanya tinggal sejarah. Mereka bukannya tak berubah dan berusaha mempertahankan usahanya. Tapi, kemajuan zaman dan perkembangan teknologi serta pergeseran budaya, membuat merek dan produk yang tak bisa beradaptasi dengan cepat, akan langsung tergerus perputaran zaman.
Karena itulah, Donald R. Keough, mantan pimpinan sebuah produk minuman berkarbonasi, Coca Cola, sampai menuliskan hal-hal yang harus dijauhi agar produk kita bisa tetap bertahan. Keough yang juga pernah menjabat sebagai eksekutif di berbagai perusahaan, menulis sebuah buku berjudul The Ten Commandments for Business Failure. Dalam buku tersebut, ia mengemukakan 10 hal yang harus dijauhi agar bisnis bisa langgeng.
Berikut beberapa hal yang dituliskan Keough. Tentu, perlu kebijaksanaan kita juga untuk menelaah dan tidak menelan mentah-mentah. Karena, bisa jadi, konteks di sana (baca: Amerika Serikat) berbeda dengan yang berlaku di sini…
1. Takut untuk mengambil risiko
Banyak perusahaan yang kadang—setelah
mencapai sukses yang didambakan—jadi takut untuk mengambil langkah maju
yang cenderung berisiko. Sebab, kesuksesan kadang melenakan, sehingga
akhirnya kita takut untuk melangkah lebih jauh. Analoginya, kapal yang
bersandar di pelabuhan mungkin saja memang lebih aman dari gangguan
badai. Tapi, bukankah “takdir” kapal seharusnya berlayar di tengah
lautan? Karena itu, jika menghadapi kondisi zona nyaman, segeralah
bergegas untuk mencari tantangan lain. Sebab jika tidak, tantangan tetap akan datang dan saat tidak siap, kita akan kalah oleh perputaran zaman.
2. Cenderung tidak fleksibel
Orang yang kaku, orang yang tak adaptif,
cenderung akan mati. Sebab, kondisi di sekitar pasti selalu berubah.
Maka, jika kita tidak mengantisipasi—atau bahkan terlalu yakin dengan
apa yang kita percayai—maka kita akan mengalami kegagalan. Untuk itu,
saat menjalankan sebuah perusahaan, kita harus terus belajar dan mencari
inovasi terbaik yang bisa dilakukan guna mengembangkan produk yang kita
miliki.
3. Mengisolasi diri sendiri
Ada orang-orang tertentu yang mengisolasi
dirinya pada ruangan besar dan menutup rapat-rapat ruangannya. Ia
seolah-olah mengatakan pada orang di sekelilingnya: “Jangan membuat bos
marah. Jangan bawa kabar buruk.” Orang seperti ini hanya akan menjadi
“katak dalam tempurung” yang tak tahu perkembangan yang terjadi di
sekelilingnya. Akibatnya, ia pun tak bisa mendapat banyak masukan yang
berguna untuk perkembangan usaha.
4. Beranggapan tidak terjadi kesalahan apa-apa
Sifat sering mencari kambing hitam kadang
juga melanda sebuah perusahaan. Maka, ketika terjadi sesuatu yang
mengguncangkan perusahaan—dan masih saja merasa itu adalah kondisi di
luar perusahaan yang memengaruhi—siap-siap sajalah menerima kekalahan.
Karena itu, jika tidak ingin hal tersebut melanda perusahaan kita,
cobalah untuk lebih terbuka untuk mengevaluasi secara menyeluruh baik
internal dan eksternal.
5. Bermain-main dengan “garis batas pelanggaran”
Ada beberapa pihak yang kadang
menjadikan pelanggaran sebagai bagian—yang konon—akan mempermudah
jalannya usaha. Untuk jangka waktu yang pendek, barangkali ini akan
jalan. Tapi, seiring dengan penegakan hukum yang terus dilakukan, hal
seperti ini tak akan langgeng. Untuk itu, etika dalam berbisnis sudah
sepantasnya harus selalu dijaga sejak awal berdirinya usaha.
6. Tidak menyempatkan diri untuk berpikir
Kita memang berada pada zaman serbacepat
yang menuntut untuk melakukan segala tindakan dengan cepat. Apalagi,
perubahan teknologi menjadi kekuatan yang melipatgandakan kecepatan itu.
Namun, menurut Keough, untuk memutuskan sesuatu tidak lantas harus
gegabah. Perlu pemikiran matang langkah-langkahnya, agar bisa terus
melanggengkan perusahaan.
7. Meletakkan semua keyakinan pada pendapat ahli dan konsultan
Memang, kita sering kali butuh pendapat
pakar dan ahli untuk memajukan perusahaan. Tapi, tak semua harus
dijalani dengan kaku. Sebab, yang mengerti kondisi perusahaan kita
sepenuhnya sebenarnya adalah kita sendiri. Maka, ambil saja nilai
positif dari pendapat mereka, tapi jangan bergantung sepenuhnya.
8. Terlalu birokratis
Sebuah sistem memang diperlukan untuk
menjalankan usaha. Namun, saat birokrasi dalam sistem itu telah menjadi
kaku, sudah saatnya perlu dilakukan perubahan. Sebab jika tidak,
birokrasi—misalnya soal hubungan senior dan junior—bisa jadi membuat
talenta terbaik perusahaan malah beralih ke perusahaan lain.
9. Mengirimkan pesan multitafsir
Komunikasi yang jelas
adalah kunci yang memudahkan koordinasi dengan semua lapisan di
perusahaan. Karena itu, jangan sampai membuat pesan-pesan atau perintah
yang bisa menimbulkan banyak tafsiran.
10. Takut dengan masa depan
Masa depan tak bisa dihadapi oleh
orang-orang yang punya mental pesimis. Karena itu, jangan pernah
berkata: “Ini sudah cukup baik”. Sebab, kesuksesan tidak akan
menghampiri perusahaan yang mengerjakan sesuatu setengah-setengah. Maka,
hadapilah masa depan dengan keberanian.
Itulah sepuluh hal yang—menurut Keough—harus dijauhi agar perusahaan bisa maju. Selain itu, ia juga menyebutkan, ada satu hal utama yang SAMA SEKALI TAK BOLEH DILAKUKAN, yakni KEHILANGAN SEMANGAT (PASSION) dalam kerja yang kita lakukan.
Itulah sepuluh hal yang—menurut Keough—harus dijauhi agar perusahaan bisa maju. Selain itu, ia juga menyebutkan, ada satu hal utama yang SAMA SEKALI TAK BOLEH DILAKUKAN, yakni KEHILANGAN SEMANGAT (PASSION) dalam kerja yang kita lakukan.
Selamat mencoba! Sukses selalu untuk Anda!
http://www.andriewongso.com/articles/details/14106/Ingin-Usaha-Maju-3F-Jauhi-10-Hal-Ini-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar