27 November, 2013

21 Pulau Kecil Terluar Sudah Terpetakan Potensinya

 

[JAKARTA] Dua puluh satu pulau kecil terluar Indonesia kini sudah terpetakan secara tematik melalui satu peta (one map) yang dikerjakan kelompok kerja (pokja) nasional informasi geospasial tematik yang melakukan pemetaan sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

Selain one map 21 pulau kecil terluar ini, pokja juga telah berhasil merampungkan pembuatan satu peta (one map) mangrove pulau Jawa dan terumbu karang Indonesia.

Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Asep Karsidi mengatakan dengan telah dibuatnya one map untuk pulau kecil terluar, sedini mungkin diketahui potensinya. Ketika ada tawaran investasi dan pengembangan potensinya,  Indonesia sudah tahu persis potensi riil dari lokasi tersebut sehingga tidak lagi kecolongan.

"Dengan begitu kita punya bargaining position. Jangan seperti Raja Ampat yang sudah dikuasai asing duluan," katanya di sela peluncuran one map dan buku Pemetaan Pesisir dan Laut di Jakarta, Senin (25/11).

Dua puluh satu pulau kecil terluar itu yakni Pulau Sebatik, Maratua, Kawio, Marore, Miangas, Marampit, Fani, Fanildo, Bras, Larat, Liran, Nusakambangan, Enggano, Simuk, Berhala, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Nongsa, Pari dan Pulau Kemboleng.

Asep juga menambahkan melalui one map bisa dijadikan rujukan dalam menentukan zonasi. Diharapkan hal ini bisa menetapkan zonasi dengan tepat, sehingga masyarakat pesisir memiliki petunjuk untuk melakukan aktivitasnya. Hal ini juga bisa menjadi pegangan bagi pemerintah daerah merancang pembangunan daerah khususnya di wilayah pesisir.

Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono mengungkapkan penetapan zonasi mengacu pada peta tematik sangat penting untuk pembangunan kelautan. 

Rencana zonasi perlu didetailkan untuk mengelola wilayah pesisir, misalnya untuk pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, serta kegiatan pesisir lainnya. "Rencana zonasi untuk memastikan kegiatan laut sesuai dengan peruntukan. Ada 16 tema yang dibutuhkan di antaranya ekosistem, kualitas air dan oseanografi," ucapnya.

One map yang berfungsi memetakan zonasi ini juga mampu menghindari konflik. Namun untuk merinci atau mendetailkan zonasi diperlukan skala peta 1:50.000.

Selain meluncurkan one map, BIG juga meluncurkan buku populer pemetaan mangrove di Sumatera skala 1: 50.000, pemetaan lahan garam di Bali, Nusa Tenggara Timur skala 1:25.000, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Selain itu juga ada pemetaan karakteristik perairan dangkal Gorontalo dan Sulawesi Tengah. [R-15]
 

Sumber: SUARAPEMBAHARUAN.COM Tanggal 26 November 2013 Hal.1

Tidak ada komentar: