[JAKARTA]
Dua puluh satu pulau kecil terluar Indonesia kini sudah terpetakan
secara tematik melalui satu peta (one map) yang dikerjakan kelompok kerja (pokja) nasional informasi geospasial tematik yang melakukan pemetaan sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Selain
one map 21 pulau kecil terluar ini, pokja juga telah berhasil
merampungkan pembuatan satu peta (one map) mangrove pulau Jawa dan
terumbu karang Indonesia.
Kepala Badan Informasi Geospasial
(BIG) Asep Karsidi mengatakan dengan telah dibuatnya one map untuk
pulau kecil terluar, sedini mungkin diketahui potensinya. Ketika ada
tawaran investasi dan pengembangan potensinya, Indonesia sudah tahu
persis potensi riil dari lokasi tersebut sehingga tidak lagi kecolongan.
"Dengan
begitu kita punya bargaining position. Jangan seperti Raja Ampat yang
sudah dikuasai asing duluan," katanya di sela peluncuran one map dan
buku Pemetaan Pesisir dan Laut di Jakarta, Senin (25/11).
Dua
puluh satu pulau kecil terluar itu yakni Pulau Sebatik, Maratua, Kawio,
Marore, Miangas, Marampit, Fani, Fanildo, Bras, Larat, Liran,
Nusakambangan, Enggano, Simuk, Berhala, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong,
Nongsa, Pari dan Pulau Kemboleng.
Asep
juga menambahkan melalui one map bisa dijadikan rujukan dalam
menentukan zonasi. Diharapkan hal ini bisa menetapkan zonasi dengan
tepat, sehingga masyarakat pesisir memiliki petunjuk untuk melakukan
aktivitasnya. Hal ini juga bisa menjadi pegangan bagi pemerintah daerah
merancang pembangunan daerah khususnya di wilayah pesisir.
Direktur
Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan
Perikanan Subandono Diposaptono mengungkapkan penetapan zonasi mengacu
pada peta tematik sangat penting untuk pembangunan kelautan.
Rencana
zonasi perlu didetailkan untuk mengelola wilayah pesisir, misalnya
untuk pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, serta kegiatan
pesisir lainnya. "Rencana zonasi untuk memastikan kegiatan laut sesuai
dengan peruntukan. Ada 16 tema yang dibutuhkan di antaranya ekosistem,
kualitas air dan oseanografi," ucapnya.
One
map yang berfungsi memetakan zonasi ini juga mampu menghindari konflik.
Namun untuk merinci atau mendetailkan zonasi diperlukan skala peta
1:50.000.
Selain
meluncurkan one map, BIG juga meluncurkan buku populer pemetaan
mangrove di Sumatera skala 1: 50.000, pemetaan lahan garam di Bali, Nusa
Tenggara Timur skala 1:25.000, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi
Selatan. Selain itu juga ada pemetaan karakteristik perairan dangkal
Gorontalo dan Sulawesi Tengah. [R-15]
Sumber: SUARAPEMBAHARUAN.COM Tanggal 26 November 2013 Hal.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar